Raut wajah Monica juga sudah berubah.Monica adalah seorang praktisi seni bela diri. Dia sangat memiliki batasan dalam mengeluarkan tenaganya. Hanya saja, tenaganya tadi memang sudah terlalu besar dan meretakkan tulang Hanny. Sebenarnya Monica juga tidak berencana untuk berbuat seperti ini. Hanya saja, amarah di hatinya terus membara membuat dirinya kehilangan akal sehatnya.Masalah ini juga bukanlah hal bagus Monica.“Nona,” panggil Adam yang berada di samping.Adam terlihat berdiri di samping dengan sangat tenang. Selain Monica, hidup matinya orang lain tidak ada hubungannya dengan dia, meski orang itu memiliki wajah yang mirip dengan majikannya.Monica menundukkan kepalanya menatap wanita yang sedang tidak menyadarkan diri di lantai. Melihat wajah yang sangat mirip dengannya, Monica spontan merasa semakin kesal lagi. “Bawa dia ….”Baru saja Monica hendak menyuruh Adam untuk membawanya kembali ke kamar. Tiba-tiba suatu kilau cahaya terlintas di matanya.Setelah melihat dengan saksama
Ucapan Hanny itu sungguh mengagetkan Monica.Ini adalah pertama kalinya Hanny berani meminta kembali barang yang diambilnya.Sejak kecil, Hanny hanya berani mengambil barang pemberian Monica saja. Sejak kapan, dia berani meminta barang dari Monica?Sepertinya cincin ini …. Bukan, lebih tepatnya lelaki itu sangat penting bagi Hanny?Dengan berpikir seperti ini, tatapan Monica semakin tajam lagi. Tatapan yang awalnya tertuju ke cincin beralih ke diri Hanny. “Apa katamu? Coba ulangi sekali lagi. Aku nggak jelas.”Dari ekspresi Monica, dapat diketahui bahwa dia sudah mendengarnya dengan sangat jelas. Hanny tidak seharusnya berbicara lagi. Sekarang kakaknya sedang marah. Rasa sakit di pundaknya hanyalah peringatan supaya dia tidak berulah lagi.Namun, ketika melihat cincin ini, terlintas bayangan wajah Steve. Hanny masih ingat dengan janji sucinya. Dia ingin bersama dengan lelaki itu selamanya. Lagi pula, masalah juga sudah berkembang hingga tahap seperti ini. Tidak ada gunanya untuk takut
Sambil berbicara, Hanny sambil menangis histeris, seolah-olah barang yang penting baginya itu akan hancur.Melihat air mata membanjiri wajah itu, emosi Monica malah memuncak.Sejak kapan dirinya pernah menangis seperti ini? Meskipun Hanny dipukul oleh Monica ataupun dikurung selama setengah tahun, dia juga tidak pernah menangis seperti ini. Seorang bayangan tidak seharusnya memiliki pemikiran sendiri. Namun sekarang, demi sebuah cincin rongsokan, dia malah menangis sehisteris ini.Bahkan tulang belikatnya juga sudah retak dan lengannya juga sudah tidak bisa diangkat. Dia malah masih ingin mengambil cincin itu kembali. Dari mana asal kekuatannya?Sepertinya Monica sudah salah. Dia sudah meremehkan pengaruh si lelaki pecundang itu. Dia sungguh tidak menyangka seorang lelaki berengsek akan membangkitkan sikap pembangkang seekor kelinci yang penurut itu. Sepertinya dia tidak boleh dibiarkan lagi!Kepikiran hal ini, tatapan Monica semakin tajam lagi. Dia langsung mengangkat kakinya untuk me
Berhubung sedang terluka dan emosi, Monica tidak bisa tidur nyenyak di malam ini. Kepala dan dadanya pun terasa sakit ketika bangun tidur, temperamennya juga semakin buruk.Monica meneguk air sambil mencari ponselnya. Pada saat ini, dia baru teringat bahwa ponsel sudah dibantingnya semalam. Sepertinya dia harus membeli ponsel baru.Kebetulan Monica merasa penat dalam dua hari ini, dia pun pergi jalan-jalan sekaligus memikirkan rencana selanjutnya. Brandon sudah mewaspadainya dan kitab rahasia sangatlah sulit untuk didapatkan. Sekarang tidak ada gunanya lagi Monica pergi ke Kediaman Setiawan. Sebab, kitab itu tidak mungkin berada di sana.Namun, kitab rahasia itu sudah dicari-cari Monica selama bertahun-tahun. Dia tidak mungkin akan menyerah begitu saja!Rasa sakit kembali menyerang kepala Monica. Dia menelan sebutir obat, memaksakan dirinya untuk tetap bersemangat. Pada saat Monica becermin, dia menyadari sepertinya dia sudah semakin kurus saja, semakin mirip dengan adiknya.Kepikiran
“Kamu? Kamu Nona Monica, ya?” Ketika dipertanyakan, salah seorang pramuniaga langsung bertanya.“Iya, benar!” Monica mengangguk. “Kamu kenal sama aku?”“Wah!” Siapa sangka reaksi mereka berdua akan begitu berlebihan. Mereka bahkan menjerit dengan serempak, kelihatan sangat kegirangan. “Apa kamu benar-benar Nona Monica?! Tadi sewaktu kamu masuk, aku merasa kamu mirip sekali sama dia. Tak disangka, kamu lebih cantik daripada di televisi! Kamu beruntung sekali! Selamat menempuh hidup baru, ya!”Monica terdiam membisu. Dia sungguh kebingungan. Apa yang sedang mereka katakan? Televisi? Selamat menempuh hidup baru?Sebentar, selamat menempuh hidup baru?Tiba-tiba Monica teringat hal bodoh yang dilakukan Hanny semalam. Dia menyipitkan matanya, lalu bertanya, “Tadi kalian bilang dari mana kalian melihatku? Televisi?”“Betul! Betul!” Salah satu pramuniaga mengangguk kuat. “Video lamaran Tuan Steve semalam sudah viral di internet! Dia romantis sekali! Kalian berdua sungguh serasi!”Serasi kepala
Ketika mendengar adanya suara mesin mobil, Steve spontan mengangkat kepalanya terbangun dari tidurnya. Dia memalingkan kepalanya melihat mobil yang kembali, lalu melihat sosok Monica yang sedang duduk di dalam mobil. Seketika terlintas kegembiraan di wajahnya. Dia langsung berlari ke arah mobil tersebut.Melihat kedatangan Steve, Adam memalingkan kepalanya. “Nona?”“Nggak usah ladeni dia! Jalan saja!” Tidak terlihat ekspresi apa-apa dari wajah Monica.Setelah mendapat perintah, Adam langsung menginjak pedal gas, mobil pun melintas melewati sisi Steve dengan kencang. Jika bukan karena Steve sempat mengelak, sepertinya dia sudah keserempet mobil.Steve pun bingung.Pintu gerbang vila terbuka dan mobil Monica memasuki ke dalam. Ketika Steve tersadar dari bengongnya, tampak pintu sudah mulai ditutup. Dia langsung berlari ke sisi pintu. Berhubung pintu ditutup dengan cepat, Steve tidak berhasil masuk ke dalam, malah menabrak pintu gerbang yang kokoh itu.“Bamm!”Steve sungguh bingung dan ma
Bisa dibayangkan, jika tadi Steve tidak sempat untuk melarikan diri, sepertinya tubuhnya akan ditusuk anak panah hingga berlubang-lubang!Steve kembali berdiri sambil menatap anak-anak panah di lantai. Emosinya membara dalam sesaat. Dia pun berteriak, “Monica Yukardi! Aku tahu kamu bisa mendengarku, apa maksudmu? Jelaskan!” Tidak dipungkiri, Steve memang menginginkan aset Keluarga Yukardi, lalu beraliansi dengan Keluarga Yukardi untuk mengalahkan Brandon. Kepikiran hal ini, Steve memilih untuk bersabar. Namun belum sempat Steve mengalahkan Brandon, nyawanya malah hampir melayang di tangan nona besar yang suka berubah-ubah pikiran.Sebelumnya Steve mengira Monica bisa bersikap seperti itu karena dimanja sejak kecil. Dia pun mencoba untuk toleransi. Hanya saja, bagaimana dengan hari ini? Bukankah perbuatan ini dinamakan pembunuhan berencana?Jelas-jelas hubungan mereka berdua baik-baik saja semalam. Monica masih menunjukkan ekspresi malu ketika dilamar olehnya. Hari ini, Monica malah ti
Pintu gerbang besi yang awalnya tertutup rapat sudah dibuka. Maksudnya … Steve diperbolehkan untuk masuk?Melihat pintu dibuka, Steve malah merasa ragu. Tadi Steve sudah memakinya dengan begitu kasar. Sekarang Monica malah membuka pintu membiarkan dirinya masuk. Jangan-jangan semua ini adalah jebakan? Dia sudah mempersiapkan bawahannya untuk menggebuki Steve?Dengan berpikir seperti ini, Steve mulai ketakutan. Hanya saja, dia tidak boleh menunjukkannya. Steve melihat ke arah kamera CCTV, lalu tersenyum sinis. “Kenapa? Kamu mau suruh aku masuk? Aku nggak mau! Atas dasar apa aku mesti menuruti apa katamu! Asal kamu tahu, Monica, aku sudah cukup dengan semua ini! Aku memang menghormatimu, mencintaimu, dan terus mengalah sama kamu, tapi bukan berani kamu bisa injak-injak aku. Bagaimanapun, aku juga adalah tuan muda dari Keluarga Setiawan. Belakangan ini kamu sudah keterlaluan! Aku malas meladenimu lagi!”Selesai berbicara, Steve langsung berjalan pergi.Di dalam ruang tamu, melihat Steve b
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta