Hanya saat kakaknya membutuhkannya saja, Hanny baru bisa keluar untuk menghirup udara segar. Terkadang Hanny sungguh berharap Monica sibuk tidak memiliki waktu luang.Sekarang Hanny sungguh gembira lantaran memiliki waktu bebas di dalam kantor. Mengenai masa depannya, Hanny juga tidak pernah memikirkannya. Mungkin dia juga tidak memiliki masa depan.“Tut ….” Telepon kantor berbunyi. Terdengar suara Rossa. “Bu Monica, Tuan Setiawan datang untuk bertamu. Tapi dia tidak melakukan janji sebelumnya. Dia ….”Tuan Setiawan?Jantung Hanny seketika berdegup kencang. Terlintas wajah lelaki itu di benak Hanny. Namun, dia berusaha untuk menyadarkan dirinya. Tidak! Sebelumnya Hanny sempat berharap kedatangan Steve, tak disangka orang yang bertamu ke rumah adalah Brandon. Lagi pula, ada banyak orang yang bermarga Setiawan di dunia ini.Tak peduli siapa pun lelaki itu, Hanny juga tidak berhak memutuskan untuk menemuinya atau tidak. Namun saat Hanny hendak menghubungi kakaknya, pintu ruangannya pun su
Hanny hanya berdiri di tempat. Dia menatap Steve dengan terdiam, tidak tahu apa yang sedang dipikirkan lelaki itu.Sikap Hanny saat ini membuat Steve tidak berani untuk bergerak. Dia menghentikan langkahnya, tidak berani berdiri terlalu dekat dengan wanita itu. Steve sudah cukup trauma dikasari calon istrinya.Steve kembali mengangkat kepalanya untuk melihat ekspresi Monica. Monica yang bersolek itu tidak kelihatan sepucat sebelumnya lagi, sepertinya kondisinya sudah membaik.“Monica, kamu baik-baik saja, ‘kan? Apa lukamu sudah membaik?” tanya Steve dengan penuh hati-hati. Sepertinya Steve tidak salah bicara, ‘kan? Seharusnya dia tidak akan marah, ‘kan?Namun, ternyata dugaan Steve salah!Sebenarnya hati Hanny merasa bergejolak ketika melihat kedatangan Steve. Dia sudah beberapa hari tidak bertemu dengan Steve. Sejak kakaknya tinggal di kediaman Setiawan, Hanny pun tidak berkesempatan untuk bertemu dengannya. Hanny sungguh merindukannya.Sebelumnya Hanny tidak pernah merindukan seseora
Steve memandang ke arah pintu. Hmm, tidak tergolong jauh! Jika Monica benar-benar hendak mengasarinya, Steve bisa langsung berdiri dan melarikan diri.Nanti Steve juga bisa menyiram kopi di tangannya untuk mengulur sedikit waktu. Kepikiran hal ini, dia tidak lagi mencicipi kopinya. Menyadari Steve duduk begitu jauh, suasana hati Hanny semakin buruk lagi. Dia berkata dengan sinis, “Apa kamu begitu membenciku?”“Ahh? Ahh ….” Pertanyaan yang sangat mendadak itu sungguh mengagetkan Steve. Dia segera menggeleng, “Nggak! Kenapa aku mesti membencimu? Aku malah suka sama kamu. Kenapa … kenapa kamu bertanya seperti ini? Aku khawatir dengan kondisi tubuhmu. Jadi, aku datang untuk menjengukmu. Apa … kamu masih merasa nggak enak badan? Jadi … kamu, kamu, kamu ….”Tiba-tiba Steve menjadi terbata-bata lantaran melihat wanita mengerikan itu berjalan mendekatinya.Dia … dia … dia! Apa dia mau turun tangan? Sebenarnya kesalahan apa yang sudah diperbuatnya? Steve sungguh tidak mengerti!“Aku … tiba-tib
Ketika dicium oleh Steve, awalnya Hanny merasa bingung. Namun setelah tersadar dari bengongnya, Hanny juga tidak mendorongnya. Sepertinya Hanny juga mendambakannya.Hanny sungguh merindukan lelaki ini. Dia ingin bersama dengan Steve. Jadi ketika Steve menciumnya, dia tidak menolak, malah mulai membalas ciumannya.Ketika merasakan ada balasan dari Hanny, Steve semakin gembira lagi. Wanita ini tidak bersikap kasar seperti sebelumnya, dia malah menunjukkan sikap malunya.Seketika rasa takut di hati Steve sudah sirna. Dia langsung menggendong Hanny, lalu menindihnya di atas sofa.Hanny merasa kepalanya agak pusing. Perasaan ini sangatlah indah. Dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Seketika Hanny tidak ingat lagi dengan hal-hal yang membuatnya sakit kepala. Dia membiarkan Steve mengecup bibirnya, wajahnya, lehernya, bahkan membiarkan Steve memasukkan tangannya ke dalam kemeja ….Saat jari tangan Steve menyentuh kulitnya, Hanny seketika tersadar dan langsung mendorongn
“Mulai sekarang, jangan panggil aku Monica lagi!” ucap Hanny dengan terus terang.“Jangan panggil? Kenapa? Kamu nggak suka? Jadi, aku panggil apa?” tanya Steve dengan bingung.Namun, Hanny tidak menjawab. Dia hanya melihat Steve saja, seakan-akan sedang memberinya ujian saja.Steve berpikir dengan teliti, tiba-tiba dia kepikiran dengan apa yang dikatakan Monica sebelumnya. “Ni … Nini?”“Emm.” Ketika mendengar nama itu dari mulut lelaki tercintanya, akhirnya ekspresi Hanny tidak sedingin tadi lagi. Dia sungguh menyukai nama itu, lebih enak didengar daripada nama Monica.Kepikiran hal ini, Hanny tiba-tiba bertanya, “Apa sebelumnya kamu pernah memanggilku seperti itu?”“Sebelumnya? Maksudmu?” Steve semakin bingung lagi.Sebelumnya Steve pernah memanggilnya dengan sebutan itu atau tidak, kenapa dia bisa tidak tahu? Kenapa dia malah bertanya pada Steve?“Maksudku, beberapa hari lalu sewaktu aku tinggal di rumahmu, aku lupa apa kamu pernah memanggilku seperti itu atau nggak.” Hanny berpikir
Steve mengendarai mobil. Hanny yang duduk di sampingnya juga tidak tidur. Dia terus memandang ke luar jendela, memandang pemandangan indah di luar sana.Sementara, Steve terus fokus dalam mengendarai mobilnya. Sesekali dia kepalanya untuk melirik Monica sekilas. Tampak Monica terus melihat ke luar jendela. Steve juga tidak tahu apa bagusnya pemandangan di luar sana. Sosok Monica saat ini sungguh mirip dengan anak kecil yang tidak pernah melihat dunia luar saja.Tentu saja Steve tidak tahu Hanny sangat menghargai setiap detik melihat pemandangan di luar sana.Setiap kalinya, Hanny akan keluar dengan membawa misi. Setelah misi selesai, dia pun harus segera pulang. Jadi, tidaklah mungkin bagi Hanny untuk bisa jalan-jalan di luar.Namun, selama bersama Steve, Hanny bisa jalan-jalan, membeli aksesori, menindik cuping telinganya, berpelukan, dan bahkan berciuman ….Semuanya terasa baru dan indah bagi Hanny. Semuanya itu adalah hal yang sangat didambakan Hanny. Dia tidak berani memejamkan mat
Kali ini, Steve kembali dengan menggenggam sebuket bunga mawar merah yang sangat indah.“Monica!” panggil Steve, lalu setengah berlutut di hadapannya.Hanny pun terbengong.Pada saat ini, seorang pemusik memainkan violin di samping. Pandangan semua orang yang sedang menyantap makan malam di restoran langsung tertuju pada diri mereka.“Monica, kita memang sudah bertunangan, tapi setelah aku pikir-pikir, sudah seharusnya aku melakukan hal ini. Sekarang, aku, Steve Setiawan, ingin melamarmu di sini. Aku berharap kamu bisa menikahiku. Aku pasti akan membahagiakanmu untuk selamanya, oke?” Entah sejak kapan ada sebuah kotak kecil di tangan Steve. Kotak dibuka, lalu tampak sebuah cincin berlian di dalamnya. Berlian itu sangatlah besar dan berkilauan.Hanny pun terkejut ketika melihatnya. Ketika mendengar kata terakhir itu, Hanny spontan bergumam, “Untuk selamanya ….”Selamanya? Indah sekali! Sepertinya sulit untuk dikabulkan!Hanny juga berharap bisa bersama Steve untuk selamanya. Hanya saja,
Akhirnya Hanny merasa puas.Saat ini tidak peduli siapa yang ada di hati Steve. Setidaknya, Steve sedang memanggil namanya, bukan nama kakaknya.Hanny ingin membohongi dirinya untuk sementara waktu. Saat dia sedang dilamar, dia membayangkan orang yang dilamar adalah dirinya sendiri, bukan kakaknya.“Kamu ulang sekali lagi!” Hanny masih belum puas dan mulai serakah. Dia masih ingin mendengar Steve memanggil namanya, mengucapkan ucapan manis dan janji suci itu. Seumur hidup Hanny, dia tidak tahu bisa mendengar berapa kali lagi. Jadi, dia ingin Steve mengulanginya.Steve tertegun. Sepertinya ada yang salah dengan otak wanita ini! Dia malah disuruh ulang berkali-kali? Apa Steve tidak capek? Apa dia kira Steve adalah orang yang sabar?Tentu saja Steve merasa kesal. Hanya saja, Steve juga tidak berdaya. Dia mesti bersabar demi mencapai tujuannya.Steve menjilat bibir bawahnya, lalu menaikkan suaranya, “Nini, aku cinta sama kamu, menikahlah denganku!”Orang-orang di sekeliling akhirnya mengen
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta