Kali ini, Steve kembali dengan menggenggam sebuket bunga mawar merah yang sangat indah.“Monica!” panggil Steve, lalu setengah berlutut di hadapannya.Hanny pun terbengong.Pada saat ini, seorang pemusik memainkan violin di samping. Pandangan semua orang yang sedang menyantap makan malam di restoran langsung tertuju pada diri mereka.“Monica, kita memang sudah bertunangan, tapi setelah aku pikir-pikir, sudah seharusnya aku melakukan hal ini. Sekarang, aku, Steve Setiawan, ingin melamarmu di sini. Aku berharap kamu bisa menikahiku. Aku pasti akan membahagiakanmu untuk selamanya, oke?” Entah sejak kapan ada sebuah kotak kecil di tangan Steve. Kotak dibuka, lalu tampak sebuah cincin berlian di dalamnya. Berlian itu sangatlah besar dan berkilauan.Hanny pun terkejut ketika melihatnya. Ketika mendengar kata terakhir itu, Hanny spontan bergumam, “Untuk selamanya ….”Selamanya? Indah sekali! Sepertinya sulit untuk dikabulkan!Hanny juga berharap bisa bersama Steve untuk selamanya. Hanya saja,
Akhirnya Hanny merasa puas.Saat ini tidak peduli siapa yang ada di hati Steve. Setidaknya, Steve sedang memanggil namanya, bukan nama kakaknya.Hanny ingin membohongi dirinya untuk sementara waktu. Saat dia sedang dilamar, dia membayangkan orang yang dilamar adalah dirinya sendiri, bukan kakaknya.“Kamu ulang sekali lagi!” Hanny masih belum puas dan mulai serakah. Dia masih ingin mendengar Steve memanggil namanya, mengucapkan ucapan manis dan janji suci itu. Seumur hidup Hanny, dia tidak tahu bisa mendengar berapa kali lagi. Jadi, dia ingin Steve mengulanginya.Steve tertegun. Sepertinya ada yang salah dengan otak wanita ini! Dia malah disuruh ulang berkali-kali? Apa Steve tidak capek? Apa dia kira Steve adalah orang yang sabar?Tentu saja Steve merasa kesal. Hanya saja, Steve juga tidak berdaya. Dia mesti bersabar demi mencapai tujuannya.Steve menjilat bibir bawahnya, lalu menaikkan suaranya, “Nini, aku cinta sama kamu, menikahlah denganku!”Orang-orang di sekeliling akhirnya mengen
Tak disangka, Steve akan menciumnya di hadapan begitu banyak orang. Wajah Hanny langsung merona. Dia seketika kepikiran gambaran ini mungkin akan dipotret oleh orang-orang sekitar. Dia langsung membalikkan badannya dan berlari pergi.Respons mendadak Hanny membuat Steve terbengong. “Calon istrimu lagi malu! Cepat kejar dia!” Ada yang mengingatkan.Steve lekas menoleh, lalu berkata dengan tersenyum, “Oke!”Tanpa berbasa-basi, Steve langsung mengejar langkah Monica. Dia sudah mendekorasi kamar di lantai atas. Mana mungkin dia akan membiarkan mangsanya pergi begitu saja.Hanny berlari ke dalam lift, lalu menekan tombol lift membiarkan pintu lift dalam keadaan terbuka.Hatinya terasa sangat kacau. Dia terus menatap ke luar lift berharap Steve mengejar langkahnya, tapi dia juga tidak berharap Steve mengejarnya. Hanny sungguh bingung. Namun pada akhirnya, dia memilih untuk pergi. Dia tidak mungkin berada di samping Steve. Meski dirinya tidak pergi, Monica pasti akan mengutus bawahan untuk m
Awalnya mereka berdua tidak acuh. Hanya saja, mereka sungguh tidak menyangka orang yang keluar dari lift adalah Brandon dan Yuna. Mereka berdua spontan terbengong.“Kamu?” Steve mengerutkan keningnya. Dia tidak menyangka akan bertemu Brandon di sini.Sama halnya dengan Brandon, dia juga merasa syok.Setelah menyelesaikan pekerjaan hari ini, waktu masih tergolong pagi. Kepikiran Yuna sudah bosan di rumah melulu, dia pun berencana mengajak Yuna untuk makan enak. Tak disangka, dia malah bertemu mereka di sini.Setelah melirik Steve sekilas, tatapannya spontan beralih ke diri Monica. Kelihatannya ada yang aneh dengan mereka berdua.Hanya saja … entah kenapa, Brandon merasa Monica yang berada di hadapannya ini kelihatan sangat aneh, sungguh berbeda dari sebelumnya.Brandon juga bingung di mana perbedaan itu. Hanya saja, berhubung Brandon baru beberapa kali bertemu Monica, dia juga tidak berpikir kebanyakan. Mungkin dia masih tidak begitu kenal dengan Monica.Ketika melihat Monica, Brandon s
Tatapan Yuna beralih pada Monica yang berada di samping Steve. Waktu itu dia memang menutupi wajahnya ketika melakukan penyerangan mendadak. Mereka berdua memang sempat tatap muka secara langsung. Hanya saja, entah kenapa Yuna juga merasa ada yang aneh dengan Monica yang sekarang. Bahkan tidak ditemukan aura membunuh di sekujur tubuhnya.Oleh sebab itu, Yuna tanpa sadar terus melirik Monica. Hanya saja, tatapan Yuna malah disalahartikan oleh Steve. Dia langsung menjerit dengan marahnya, “Hei, aku lagi ngomong sama kamu! Apa kamu nggak dengar? Brandon, apa kamu nggak ajari istrimu?”“Aku memang nggak pernah mengajarinya.” Brandon mengangguk. Dia malah mengakuinya. Belum sempat Steve menyindirnya, Brandon lanjut berkata, “Bagaimana kalau Om Steve memperagakan?”Steve terdiam membisu.Maksudnya, Brandon ingin melihat bagaimana Steve mengajari Monica? Bercanda? Memangnya nyawa Steve ada sembilan? Mana berani Steve melakukannya?Hanya saja, berhubung Steve sudah bersuara, tidak mungkin dia
Ketika kepikiran hal ini, raut wajah Hanny seketika berubah menjadi sangat dingin. Wajah merona akibat tersipu malu tadi sudah menghilang.“Aku baik-baik saja. Aku ingin pulang,” balas Hanny dengan sinis.“Pulang? Secepat ini?” Steve merasa kaget. Padahal masih banyak rencana selanjutnya, dia ingin membuat Monica menjadi miliknya. Dia ingin membuat nasi menjadi bubur, tapi Monica malah ingin pulang. Bukankah rencananya akan gagal?“Emm,” balas Hanny, lalu berjalan keluar lift. Dia berencana menelepon sopir untuk menjemputnya. Sebab, mobil masih diparkirkan di perusahaan.Melihat Monica benar-benar hendak pulang, Steve segera meraih pergelangan tangan Monica. “Nini! Ada apa sama kamu? Bukannya tadi kamu baik-baik saja? Bukankah kita sudah berjanji akan melewati malam yang romantis malam ini? Kamu ….”Hanny tidak berani menatap Steve. Dia takut dirinya akan berubah pikiran. Dia tidak boleh tinggal di sini lagi. Monica pasti akan marah. Setelah membayangkan akibatnya, sekujur tubuh Hanny
Steve tentu mengenal orang di hadapannya. Dia adalah asisten pribadi Monica. Mobil di depan sana juga adalah mobil Keluarga Yukardi. Apa dia datang untuk menjemput Monica?Hanya saja, Steve merasa asalkan Monica tidak bersedia untuk pergi, tidak ada gunanya dia datang menjemput Monica.Oleh sebab itu, Steve melambaikan tangannya. “Nanti aku akan antar nona kalian pulang. Kalian kembali dulu sana!”Sambil berbicara, Steve hendak memeluk pinggang langsing Monica. Namun, tangannya tidak berhasil memeluk apa pun.Hanny menggigit bibir bawahnya, berjalan maju, lalu menyingkirkan jas Steve dari tubuhnya.“Nini ….”Steve memanggil dengan lembut. Dia sungguh terkejut dengan sikap Monica, berencana menarik tangan Monica.Namun kali ini, Hanny hanya meliriknya sekilas, lalu berkata dengan tersenyum paksa, “Kamu pulang sana, aku juga sudah harus pulang. Kita … sampai jumpa!”Selesai berbicara, Hanny langsung memasuki mobil.“Nini, Nini!” panggil Steve, lalu mengejar ke depan mobil. Dia ingin memb
Sebenarnya Brandon ingin menikmati dunia milik berdua bersama dengan istrinya. Tak disangka, mereka malah bertemu dengan kedua orang itu.Setelah duduk di bangku, makanan yang sudah dipesan sebelumnya juga sudah disuguhkan ke atas meja. Mereka berdua makan dengan heningnya, seperti sedang kelaparan saja.Hanya saja, mereka tidak menyantapnya dengan cepat. Beberapa saat kemudian, Yuna duluan memecahkan keheningan. “Apa kamu merasa Nona Monica agak aneh?”“Kamu juga merasakannya?” Brandon menatap Yuna. Dia tidak terlihat kaget sama sekali.Penglihatan Yuna sangatlah jeli. Jika Brandon bisa menyadarinya, tidaklah aneh jika Yuna bisa menyadarinya juga. Sepertinya wanita ini memang ada yang berbeda dengan Monica yang dijumpainya waktu itu?“Sepertinya aku nggak keliru.”Setelah mendengar balasan Brandon, Yuna pun mengangguk.Tadi Yuna merasa dirinya sudah berpikir kebanyakan. Bagaimanapun, dia tidak tergolong kenal dengan Monica. Namun setelah mendengar ucapan Brandon, sepertinya memang ada