Tatapan Yuna beralih pada Monica yang berada di samping Steve. Waktu itu dia memang menutupi wajahnya ketika melakukan penyerangan mendadak. Mereka berdua memang sempat tatap muka secara langsung. Hanya saja, entah kenapa Yuna juga merasa ada yang aneh dengan Monica yang sekarang. Bahkan tidak ditemukan aura membunuh di sekujur tubuhnya.Oleh sebab itu, Yuna tanpa sadar terus melirik Monica. Hanya saja, tatapan Yuna malah disalahartikan oleh Steve. Dia langsung menjerit dengan marahnya, “Hei, aku lagi ngomong sama kamu! Apa kamu nggak dengar? Brandon, apa kamu nggak ajari istrimu?”“Aku memang nggak pernah mengajarinya.” Brandon mengangguk. Dia malah mengakuinya. Belum sempat Steve menyindirnya, Brandon lanjut berkata, “Bagaimana kalau Om Steve memperagakan?”Steve terdiam membisu.Maksudnya, Brandon ingin melihat bagaimana Steve mengajari Monica? Bercanda? Memangnya nyawa Steve ada sembilan? Mana berani Steve melakukannya?Hanya saja, berhubung Steve sudah bersuara, tidak mungkin dia
Ketika kepikiran hal ini, raut wajah Hanny seketika berubah menjadi sangat dingin. Wajah merona akibat tersipu malu tadi sudah menghilang.“Aku baik-baik saja. Aku ingin pulang,” balas Hanny dengan sinis.“Pulang? Secepat ini?” Steve merasa kaget. Padahal masih banyak rencana selanjutnya, dia ingin membuat Monica menjadi miliknya. Dia ingin membuat nasi menjadi bubur, tapi Monica malah ingin pulang. Bukankah rencananya akan gagal?“Emm,” balas Hanny, lalu berjalan keluar lift. Dia berencana menelepon sopir untuk menjemputnya. Sebab, mobil masih diparkirkan di perusahaan.Melihat Monica benar-benar hendak pulang, Steve segera meraih pergelangan tangan Monica. “Nini! Ada apa sama kamu? Bukannya tadi kamu baik-baik saja? Bukankah kita sudah berjanji akan melewati malam yang romantis malam ini? Kamu ….”Hanny tidak berani menatap Steve. Dia takut dirinya akan berubah pikiran. Dia tidak boleh tinggal di sini lagi. Monica pasti akan marah. Setelah membayangkan akibatnya, sekujur tubuh Hanny
Steve tentu mengenal orang di hadapannya. Dia adalah asisten pribadi Monica. Mobil di depan sana juga adalah mobil Keluarga Yukardi. Apa dia datang untuk menjemput Monica?Hanya saja, Steve merasa asalkan Monica tidak bersedia untuk pergi, tidak ada gunanya dia datang menjemput Monica.Oleh sebab itu, Steve melambaikan tangannya. “Nanti aku akan antar nona kalian pulang. Kalian kembali dulu sana!”Sambil berbicara, Steve hendak memeluk pinggang langsing Monica. Namun, tangannya tidak berhasil memeluk apa pun.Hanny menggigit bibir bawahnya, berjalan maju, lalu menyingkirkan jas Steve dari tubuhnya.“Nini ….”Steve memanggil dengan lembut. Dia sungguh terkejut dengan sikap Monica, berencana menarik tangan Monica.Namun kali ini, Hanny hanya meliriknya sekilas, lalu berkata dengan tersenyum paksa, “Kamu pulang sana, aku juga sudah harus pulang. Kita … sampai jumpa!”Selesai berbicara, Hanny langsung memasuki mobil.“Nini, Nini!” panggil Steve, lalu mengejar ke depan mobil. Dia ingin memb
Sebenarnya Brandon ingin menikmati dunia milik berdua bersama dengan istrinya. Tak disangka, mereka malah bertemu dengan kedua orang itu.Setelah duduk di bangku, makanan yang sudah dipesan sebelumnya juga sudah disuguhkan ke atas meja. Mereka berdua makan dengan heningnya, seperti sedang kelaparan saja.Hanya saja, mereka tidak menyantapnya dengan cepat. Beberapa saat kemudian, Yuna duluan memecahkan keheningan. “Apa kamu merasa Nona Monica agak aneh?”“Kamu juga merasakannya?” Brandon menatap Yuna. Dia tidak terlihat kaget sama sekali.Penglihatan Yuna sangatlah jeli. Jika Brandon bisa menyadarinya, tidaklah aneh jika Yuna bisa menyadarinya juga. Sepertinya wanita ini memang ada yang berbeda dengan Monica yang dijumpainya waktu itu?“Sepertinya aku nggak keliru.”Setelah mendengar balasan Brandon, Yuna pun mengangguk.Tadi Yuna merasa dirinya sudah berpikir kebanyakan. Bagaimanapun, dia tidak tergolong kenal dengan Monica. Namun setelah mendengar ucapan Brandon, sepertinya memang ada
Brandon terdiam.Apa … Yuna sedang cemburu?Hanya saja, dari senyuman di wajah Yuna, sepertinya dia sengaja ingin menyindirnya, tidak mirip sedang lagi cemburu.Brandon memotong steak sapi dengan perlahan, lalu menyuapkannya ke mulut Yuna. “Dia tidak ada hubungannya sama aku. Tapi setahuku, kalau kamu tidak kenyang, nanti kamu pasti akan menjerit kelaparan nanti!”“Maksudmu, aku rakus?” Yuna melirik Brandon sekilas, lalu mengunyah daging yang disuapi Brandon tadi. Hmm … dagingnya sungguh lezat.“Mana mungkin? Aku malah berharap kamu bisa makan lebih banyak lagi,” ucap Brandon dengan tersenyum.Mereka berdua saling tersenyum membuat suasana kembali terasa hangat.Hanya saja, Yuna masih merasa cemas. “Seandainya … aku hanya lagi berandai-andai saja. Kalau kondisi Nona Monica seperti yang kamu katakan tadi, sepertinya cukup merepotkan.”“Hmm?”“Kalau dia memang punya kepribadian ganda. Itu berarti perbuatan yang dia lakukan nggak diketahui kepribadiannya yang lain. Kita juga nggak tahu ki
Mendengar perintah Monica, Hanny refleks menuruti apa katanya, langsung berlutut di tempat.Monica berdiri, lalu berjalan ke sampingnya. Tetiba Monica menghentikan langkahnya, menundukkan kepalanya menatap Hanny tanpa bersuara.Tanpa mengangkat kepala pun, Hanny bisa merasakan tatapan penuh amarah yang sedang melihatnya. Hanny tidak bersuara, dia hanya menundukkan kepalanya sambil menggigit kedua bibirnya dengan erat.Sebenarnya sejak Hanny dan Steve meninggalkan perusahaan untuk pergi makan malam, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menerima hukuman. Jadi saat ini, Hanny tidak terlalu gugup, melainkan sedang bersiap-siap untuk menunggu hukuman.“Sekarang kamu sudah besar, ya!” ucap Monica dengan perlahan. Salah satu tangannya diletakkan di atas pundak Hanny. Kemudian, dia melanjutkan, “Sekarang kamu sudah semakin hebat saja!”Rasa sakit seketika terasa di bagian pundak. Tidak dipungkiri, tenaga Monica memang besar. Tak peduli betapa miripnya Hanny dengan kakaknya, dia tetap tidak
Raut wajah Monica juga sudah berubah.Monica adalah seorang praktisi seni bela diri. Dia sangat memiliki batasan dalam mengeluarkan tenaganya. Hanya saja, tenaganya tadi memang sudah terlalu besar dan meretakkan tulang Hanny. Sebenarnya Monica juga tidak berencana untuk berbuat seperti ini. Hanya saja, amarah di hatinya terus membara membuat dirinya kehilangan akal sehatnya.Masalah ini juga bukanlah hal bagus Monica.“Nona,” panggil Adam yang berada di samping.Adam terlihat berdiri di samping dengan sangat tenang. Selain Monica, hidup matinya orang lain tidak ada hubungannya dengan dia, meski orang itu memiliki wajah yang mirip dengan majikannya.Monica menundukkan kepalanya menatap wanita yang sedang tidak menyadarkan diri di lantai. Melihat wajah yang sangat mirip dengannya, Monica spontan merasa semakin kesal lagi. “Bawa dia ….”Baru saja Monica hendak menyuruh Adam untuk membawanya kembali ke kamar. Tiba-tiba suatu kilau cahaya terlintas di matanya.Setelah melihat dengan saksama
Ucapan Hanny itu sungguh mengagetkan Monica.Ini adalah pertama kalinya Hanny berani meminta kembali barang yang diambilnya.Sejak kecil, Hanny hanya berani mengambil barang pemberian Monica saja. Sejak kapan, dia berani meminta barang dari Monica?Sepertinya cincin ini …. Bukan, lebih tepatnya lelaki itu sangat penting bagi Hanny?Dengan berpikir seperti ini, tatapan Monica semakin tajam lagi. Tatapan yang awalnya tertuju ke cincin beralih ke diri Hanny. “Apa katamu? Coba ulangi sekali lagi. Aku nggak jelas.”Dari ekspresi Monica, dapat diketahui bahwa dia sudah mendengarnya dengan sangat jelas. Hanny tidak seharusnya berbicara lagi. Sekarang kakaknya sedang marah. Rasa sakit di pundaknya hanyalah peringatan supaya dia tidak berulah lagi.Namun, ketika melihat cincin ini, terlintas bayangan wajah Steve. Hanny masih ingat dengan janji sucinya. Dia ingin bersama dengan lelaki itu selamanya. Lagi pula, masalah juga sudah berkembang hingga tahap seperti ini. Tidak ada gunanya untuk takut
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta