Steve memandang ke arah pintu. Hmm, tidak tergolong jauh! Jika Monica benar-benar hendak mengasarinya, Steve bisa langsung berdiri dan melarikan diri.Nanti Steve juga bisa menyiram kopi di tangannya untuk mengulur sedikit waktu. Kepikiran hal ini, dia tidak lagi mencicipi kopinya. Menyadari Steve duduk begitu jauh, suasana hati Hanny semakin buruk lagi. Dia berkata dengan sinis, “Apa kamu begitu membenciku?”“Ahh? Ahh ….” Pertanyaan yang sangat mendadak itu sungguh mengagetkan Steve. Dia segera menggeleng, “Nggak! Kenapa aku mesti membencimu? Aku malah suka sama kamu. Kenapa … kenapa kamu bertanya seperti ini? Aku khawatir dengan kondisi tubuhmu. Jadi, aku datang untuk menjengukmu. Apa … kamu masih merasa nggak enak badan? Jadi … kamu, kamu, kamu ….”Tiba-tiba Steve menjadi terbata-bata lantaran melihat wanita mengerikan itu berjalan mendekatinya.Dia … dia … dia! Apa dia mau turun tangan? Sebenarnya kesalahan apa yang sudah diperbuatnya? Steve sungguh tidak mengerti!“Aku … tiba-tib
Ketika dicium oleh Steve, awalnya Hanny merasa bingung. Namun setelah tersadar dari bengongnya, Hanny juga tidak mendorongnya. Sepertinya Hanny juga mendambakannya.Hanny sungguh merindukan lelaki ini. Dia ingin bersama dengan Steve. Jadi ketika Steve menciumnya, dia tidak menolak, malah mulai membalas ciumannya.Ketika merasakan ada balasan dari Hanny, Steve semakin gembira lagi. Wanita ini tidak bersikap kasar seperti sebelumnya, dia malah menunjukkan sikap malunya.Seketika rasa takut di hati Steve sudah sirna. Dia langsung menggendong Hanny, lalu menindihnya di atas sofa.Hanny merasa kepalanya agak pusing. Perasaan ini sangatlah indah. Dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Seketika Hanny tidak ingat lagi dengan hal-hal yang membuatnya sakit kepala. Dia membiarkan Steve mengecup bibirnya, wajahnya, lehernya, bahkan membiarkan Steve memasukkan tangannya ke dalam kemeja ….Saat jari tangan Steve menyentuh kulitnya, Hanny seketika tersadar dan langsung mendorongn
“Mulai sekarang, jangan panggil aku Monica lagi!” ucap Hanny dengan terus terang.“Jangan panggil? Kenapa? Kamu nggak suka? Jadi, aku panggil apa?” tanya Steve dengan bingung.Namun, Hanny tidak menjawab. Dia hanya melihat Steve saja, seakan-akan sedang memberinya ujian saja.Steve berpikir dengan teliti, tiba-tiba dia kepikiran dengan apa yang dikatakan Monica sebelumnya. “Ni … Nini?”“Emm.” Ketika mendengar nama itu dari mulut lelaki tercintanya, akhirnya ekspresi Hanny tidak sedingin tadi lagi. Dia sungguh menyukai nama itu, lebih enak didengar daripada nama Monica.Kepikiran hal ini, Hanny tiba-tiba bertanya, “Apa sebelumnya kamu pernah memanggilku seperti itu?”“Sebelumnya? Maksudmu?” Steve semakin bingung lagi.Sebelumnya Steve pernah memanggilnya dengan sebutan itu atau tidak, kenapa dia bisa tidak tahu? Kenapa dia malah bertanya pada Steve?“Maksudku, beberapa hari lalu sewaktu aku tinggal di rumahmu, aku lupa apa kamu pernah memanggilku seperti itu atau nggak.” Hanny berpikir
Steve mengendarai mobil. Hanny yang duduk di sampingnya juga tidak tidur. Dia terus memandang ke luar jendela, memandang pemandangan indah di luar sana.Sementara, Steve terus fokus dalam mengendarai mobilnya. Sesekali dia kepalanya untuk melirik Monica sekilas. Tampak Monica terus melihat ke luar jendela. Steve juga tidak tahu apa bagusnya pemandangan di luar sana. Sosok Monica saat ini sungguh mirip dengan anak kecil yang tidak pernah melihat dunia luar saja.Tentu saja Steve tidak tahu Hanny sangat menghargai setiap detik melihat pemandangan di luar sana.Setiap kalinya, Hanny akan keluar dengan membawa misi. Setelah misi selesai, dia pun harus segera pulang. Jadi, tidaklah mungkin bagi Hanny untuk bisa jalan-jalan di luar.Namun, selama bersama Steve, Hanny bisa jalan-jalan, membeli aksesori, menindik cuping telinganya, berpelukan, dan bahkan berciuman ….Semuanya terasa baru dan indah bagi Hanny. Semuanya itu adalah hal yang sangat didambakan Hanny. Dia tidak berani memejamkan mat
Kali ini, Steve kembali dengan menggenggam sebuket bunga mawar merah yang sangat indah.“Monica!” panggil Steve, lalu setengah berlutut di hadapannya.Hanny pun terbengong.Pada saat ini, seorang pemusik memainkan violin di samping. Pandangan semua orang yang sedang menyantap makan malam di restoran langsung tertuju pada diri mereka.“Monica, kita memang sudah bertunangan, tapi setelah aku pikir-pikir, sudah seharusnya aku melakukan hal ini. Sekarang, aku, Steve Setiawan, ingin melamarmu di sini. Aku berharap kamu bisa menikahiku. Aku pasti akan membahagiakanmu untuk selamanya, oke?” Entah sejak kapan ada sebuah kotak kecil di tangan Steve. Kotak dibuka, lalu tampak sebuah cincin berlian di dalamnya. Berlian itu sangatlah besar dan berkilauan.Hanny pun terkejut ketika melihatnya. Ketika mendengar kata terakhir itu, Hanny spontan bergumam, “Untuk selamanya ….”Selamanya? Indah sekali! Sepertinya sulit untuk dikabulkan!Hanny juga berharap bisa bersama Steve untuk selamanya. Hanya saja,
Akhirnya Hanny merasa puas.Saat ini tidak peduli siapa yang ada di hati Steve. Setidaknya, Steve sedang memanggil namanya, bukan nama kakaknya.Hanny ingin membohongi dirinya untuk sementara waktu. Saat dia sedang dilamar, dia membayangkan orang yang dilamar adalah dirinya sendiri, bukan kakaknya.“Kamu ulang sekali lagi!” Hanny masih belum puas dan mulai serakah. Dia masih ingin mendengar Steve memanggil namanya, mengucapkan ucapan manis dan janji suci itu. Seumur hidup Hanny, dia tidak tahu bisa mendengar berapa kali lagi. Jadi, dia ingin Steve mengulanginya.Steve tertegun. Sepertinya ada yang salah dengan otak wanita ini! Dia malah disuruh ulang berkali-kali? Apa Steve tidak capek? Apa dia kira Steve adalah orang yang sabar?Tentu saja Steve merasa kesal. Hanya saja, Steve juga tidak berdaya. Dia mesti bersabar demi mencapai tujuannya.Steve menjilat bibir bawahnya, lalu menaikkan suaranya, “Nini, aku cinta sama kamu, menikahlah denganku!”Orang-orang di sekeliling akhirnya mengen
Tak disangka, Steve akan menciumnya di hadapan begitu banyak orang. Wajah Hanny langsung merona. Dia seketika kepikiran gambaran ini mungkin akan dipotret oleh orang-orang sekitar. Dia langsung membalikkan badannya dan berlari pergi.Respons mendadak Hanny membuat Steve terbengong. “Calon istrimu lagi malu! Cepat kejar dia!” Ada yang mengingatkan.Steve lekas menoleh, lalu berkata dengan tersenyum, “Oke!”Tanpa berbasa-basi, Steve langsung mengejar langkah Monica. Dia sudah mendekorasi kamar di lantai atas. Mana mungkin dia akan membiarkan mangsanya pergi begitu saja.Hanny berlari ke dalam lift, lalu menekan tombol lift membiarkan pintu lift dalam keadaan terbuka.Hatinya terasa sangat kacau. Dia terus menatap ke luar lift berharap Steve mengejar langkahnya, tapi dia juga tidak berharap Steve mengejarnya. Hanny sungguh bingung. Namun pada akhirnya, dia memilih untuk pergi. Dia tidak mungkin berada di samping Steve. Meski dirinya tidak pergi, Monica pasti akan mengutus bawahan untuk m
Awalnya mereka berdua tidak acuh. Hanya saja, mereka sungguh tidak menyangka orang yang keluar dari lift adalah Brandon dan Yuna. Mereka berdua spontan terbengong.“Kamu?” Steve mengerutkan keningnya. Dia tidak menyangka akan bertemu Brandon di sini.Sama halnya dengan Brandon, dia juga merasa syok.Setelah menyelesaikan pekerjaan hari ini, waktu masih tergolong pagi. Kepikiran Yuna sudah bosan di rumah melulu, dia pun berencana mengajak Yuna untuk makan enak. Tak disangka, dia malah bertemu mereka di sini.Setelah melirik Steve sekilas, tatapannya spontan beralih ke diri Monica. Kelihatannya ada yang aneh dengan mereka berdua.Hanya saja … entah kenapa, Brandon merasa Monica yang berada di hadapannya ini kelihatan sangat aneh, sungguh berbeda dari sebelumnya.Brandon juga bingung di mana perbedaan itu. Hanya saja, berhubung Brandon baru beberapa kali bertemu Monica, dia juga tidak berpikir kebanyakan. Mungkin dia masih tidak begitu kenal dengan Monica.Ketika melihat Monica, Brandon s