Share

Pisau Yang Memotong Nadi

"Tuan, ini ruangannya."

Daffa berhenti melangkah dengan tangan menunjuk sebuah ruangan. Tubuh Erland juga otomatis berbalik, lantas mendekati sang sekretaris.

Berdiri dengan mata memandang ke arah pintu yang dikunci rapat. Rumah sakit jiwa sudah sedikit sepi karena penghuni kembali di ruangan mereka masing-masing.

"Aku dengar dia dirantai karena sering mengamuk," singgung Erland.

Daffa yang memegang kunci, membuka pintunya dengan pelan. Begitu sudah terbuka, langkah kaki Erland memasukinya.

Bibir mengulas senyum saat melihat Yuda meringkuk di atas ranjang tanpa dilapisi selimut. Apalagi saat pria ini menolehkan kepala dan berakhir dengan menghela napas panjang.

"Sialan. Hari-hari tenangku jadi rusak karena kedatanganmu."

"Bau apa ini?" gumam Daffa pelan.

Mata Erland melirik sejenak, sang sekretaris yang mengusir aroma yang mampir ke hidung. Lantas, Erland menatap Yuda. Aroma tak sedap berasal dari tubuh pria tersebut.

"Kasihan sekali, sepertinya rantai ini tidak cukup dibawa sampai
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status