Beranda / Rumah Tangga / Istri Kedua yang Diinginkan / Part 59. Menghadapi Mertua

Share

Part 59. Menghadapi Mertua

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-27 19:30:57

Hal pertama kali yang dilihat Sinar ketika dia turun ke lantai satu adalah tangis Talita. Dihadapkan dengan pengacara yang akan mengurus perceraian dirinya dengan Praba tentu saja bukan perkara yang mudah.

Perempuan itu ada di pelukan Cindy dengan perempuan paruh baya itu berusaha menenangkan. Suasana di ruangan keluarga itu cukup mencekam karena isakan dari Talita.

“Apa yang kurang dari aku, Ma? Aku sudah berusaha menjadi istri yang baik. Kenapa Mas Praba masih merasa kurang dan sekarang justru akan menceraikanku.”

Sinar menarik napas panjang ketika mendengar apa yang dikatakan Talita. Drama perempuan itu tentu saja tak akan pernah ada habisnya. Sekarang, apa pun yang dikatakan oleh Talita, Sinar bahkan merasa tidak perlu mempercayainya. Sifat manipulatifnya sudah mendarah daging.

“Aku mencintai Mas Praba dan aku rela melakukan apa saja. Tapi, justru aku terasa dikhianati dengan keberadaan perempuan lain, Ma. Sekarang aku harus bagaimana?”

Tidak ada yang menjawab ucapan Talita sama s
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 60. Hanya Akting?

    “Saya tidak perlu pengakuan!” Sinar menjawab ringan. “Ibu tidak perlu mengakui saya jika Ibu tidak ingin.”Cindy pikir pasti dia bisa membuat Sinar tertekan berada di rumahnya, nyatanya tidak sama sekali. Gadis itu bahkan tidak terlihat terpengaruh atas sikap Cindy atau bahkan Dimas yang terus bersikap sinis.Gadis itu tampaknya tidak mudah ditaklukkan. Dia tak peduli dengan apa pun, yang terpenting baginya adalah dia bersama dengan Askara.Cindy beranjak ketika Praba datang. Tanpa mengatakan apa pun, dia pegi begitu saja membuat Praba mengernyit aneh.“Kamu diintimidasi oleh Mama?” tanya Praba setelah duduk di samping Sinar.Sinar mengedikkan bahunya tak acuh. “Udah biasa,” katanya tidak peduli.Praba tidak mendesak agar Sinar tidak bertanya lebih banyak lagi. Lelaki itu sekarang tahu jika Sinar bukan gadis lemah yag akan menangis hanya dalam sekali gertakan. Lebih dari itu, Sinar adalah gadis tangguh.Kehidupannya yang keras tentu saja sudah banyak hal yang dihadapi sehingga dia bis

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 61. Ulah Ibu Mertua

    “Omong kosong! Jangan berpura-pura lagi karena kami tahu kalau semua yang kamu lakukan ini hanya acting!”“Maaf, Bu. Mas Askara sepertinya haus.”Belum juga Sinar menjawab ucapan ibu mertuanya, suara baby sitter menginteruksi Sinar. Ya, karena ada satu dan lain hal, akhirnya Praba mencarikan Askara seorang baby sitter yang sudah berpengalaman untuk membantu Sinar. Benar-benar hanya membantu karena selagi Sinar mampu melakukan semuanya sendiri, maka Sinar akan melakukannya.Sinar melangkah cepat naik ke lantai dua untuk melihat Askara. Bayi yang beberapa hari lalu tampak layu dan kurus itu sekarang sudah terlihat gembil kembali. Hal itu membuat Sinar lega karena putranya sudah kembali sehat.“Mbak Ririn bisa istirahat. Biar saya saja yang urus Askara.” Begitu katanya kepada sang baby sitter. Perempuan yang usianya tidak beda jauh dari Sinar itu mengangguk dan memilih pergi dari hadapan Sinar.Menutup dan mengunci pintu kamar Praba, Sinar memilih untuk menemani Aksara. Bayinya masih bel

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 62. Kemarahan Praba

    “Kenapa kamu menerimanya, Sinar?” Praba menyahut cepat dengan mata memerah marah. “Kamu bisa menolak!”“Mungkin karena aku baik hati, jadi aku nggak bisa menolak.” Sinar tampak tidak peduli dan terlihat abai.Kesal, Praba menarik Sinar agar mereka keluar dari dapur dan mengetuk pintu kamar ibunya. Rasa kesalnya tidak bisa lagi dibendung. Dia baru saja pulang dari kantor dan melihat Sinar dijadikan ‘budak’ oleh ibunya.Tangannya mendapatkan luka dari cipratan minyak panas. Bekas piring dan gelas kotor menumpuk, dan lebih parah lagi, Sinar benar-benar hanya bekerja seorang diri.Katakanlah dia tak mencintai gadis itu dan bisa saja dia mengabaikan hal tersebut, tetapi Praba sudah bertekad untuk memperlakukan Sinar dengan baik.“Kamu kenapa teriak-teriak begitu, Praba?”Cindy keluar dari kamar sudah segar sehabis mandi. Perempuan itu melirik Sinar yang berdiri di samping putranya, tetapi hanya sebentar karena dia segera kembali menggeser tatapannya pada Praba.“Mama sengaja, ‘kan?” tanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 63. Dilabrak

    Sinar tidak tahu apa yang sebenarnya ada di dalam otak para lelaki, terutama Praba. Tidak ada angin tidak ada hujan, lelaki itu mendekatinya dan mendekap erat tubuhnya. Selanjutnya yang terjadi adalah Praba menciumi tengkuk istrinya berkali-kali. Sesekali menenggelamkan wajahnya di sana.“Kamu benar-benar membuatku hampir gila, Sinar,” gumamnya dengan pelan.Apa semua lelaki seperti Praba atau hanya Praba yang bersikap seperti ini? tanya Sinar pada dirinya sendiri. Pantas saja kalau tanpa cinta pun, lelaki bisa berhubungan badan dengan perempuan.“Lepasin, Mas. Aku mau ganti baju.”Tanpa aba-aba, Praba membalik tubuhnya untuk menghadap ke arahnya. Menatap lekat wajah gadis itu yang tampak begitu segar tanpa makeup. Alis yang tanpa diubah, bibir yang merah, pipi yang sekarang sudah kemerahan karena gugup, semua itu membuat Praba tidak bisa mengendalikan dirinya.“Rasanya aku nggak bisa menahan sampai lepas dari Talita, Sinar.”“Seorang lelaki itu harus bisa dipegang kata-katanya,” ucap

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 64. Sweater

    “Kamu benar-benar tidak punya hati. Lelaki paling buruk yang saya pernah saya temui.” Suara ibu Talita terdengar begitu tajam dengan aura permusuhan yang tidak bisa terbantahkan. “Talita, setujui perceraian ini dan kamu bisa bebas dari Praba.”“Ma!” Tangis Talita semakin berderai-derai mendengar ucapan ibunya. Bagaimana mungkin ibunya justru mengizinkan dirinya bercerai. “Seharusnya Mama tidak menyalahkan Mas Praba karena dari awal yang tidak tahu diri adalah Sinar.”Mendengar namanya disebut, Sinar segera bersikap waspada. Tidak mengatakan apa pun, tetapi dia tengah mengambil ancang-ancang untuk bersuara jika sudah terdesak.“Kamu akan bertahan dengan lelaki yang tidak mencintaimu, Talita?” Sang ayah bersuara lantang. “Buka matamu dan jangan bodoh. Praba tidak pernah mencintai kamu!”“Aku nggak peduli, Pa. Yang penting aku mencintai Mas Praba dan aku nggak mau kehilangan dia.”“Apa kamu bahagia selama menikah dengannya?” tanya ibunya setelah itu. “Apa kamu diperlakukan dengan baik?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 65. Sidang Mediasi

    Praba tidak akan pernah menarik kembali keputusan yang sudah diambil. Dalam mediasi yang sudah dilakukan, tidak ada yang mampu mengubah pendiriannya meskipun raungan tangis Talita memenuhi ruangan.Inilah yang ditunggu-tunggu oleh Praba selama ini. Dia terlepas dari hubungan tidak sehat yang dijalani selama hampir empat tahun. Tidak ada rasa sesal sedikitpun ketika dia meminta Ramon untuk meneruskan perceraiannya.“Mas.” Talita menahan Praba saat mereka keluar dari ruangan mediasi. Paham situasi, semua orang yang tadinya bersama dengan mereka itu kini memilih menjauh.Memberikan waktu kepada sepasang suami istri itu untuk bicara. Praba kali ini tidak menghindari Talita dan memilih untuk mendengarka apa pun yang akan dibicarakan oleh Talita kepadanya.“Aku sedih kalau harus berakhir seperti ini.” Talita akhirnya mampu mengeluarkan suaranya meskipun tenggorokannya terasa sakit luar biasa. “Tapi, aku tidak akan mampu mengubah keputusan yang sudah Mas ambil.”Setetes bulir bening menetes

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 66. Intimidasi

    “Aku benci sekali melihat dia ada di sini.”“Iya, aku juga ingin sekali melemparinya dengan telur busuk.”“Tidak tahu diri. Sudah mengambil suami orang, terlihat seolah-olah seperti ibu peri yang nggak punya dosa.”Sinar tidak tuli dan dia bisa mendengar gerutuan dari para pelayan yang ada di sana. Mereka ada di balik dinding dan seperti sengaja mengatakan semuanya itu agar Sinar mendengarnya. Sinar tidak peduli dengan ucapan orang-orang itu. Memilih fokus pada pekerjaannya sambil sesekali memastikan Askara baik-baik saja.Di rumah tersebut, Sinar hanyalah orang asing meskipun dia adalah seorang menantu dari keluarga Wirawan. Tidak ada yang menyukainya kecuali suaminya dan salah satu dari pelayan. Itu pun dia tak yakin jika kebaikannya tulus.“Saya harap, Praba segera sadar atas perasaan yang dirasakan sekarang dan bisa segera meninggalkan kamu.” Cindy bergabung di halaman belakang bersama dengan Sinar hanya untuk mengatakan hal-hal tidak perlu.Sinar menoleh menatap ibu mertuanya sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 67. Tidak Diakui

    “Aku nggak masalah kalau sesekali kita datang ke sana dan menginap. Tapi, aku ingin tempat tinggal yang permanen adalah rumah kita. Rumah yang akan kita beli.”Sinar memilih bungkam dan tidak mengatakan apa pun. Dia bertanya pada dirinya sendiri, kenapa pernikahannya dengan Praba menjadi seserius ini? Dia pikir dulu mereka tidak akan berada di titik sekarang.Nyatanya, takdir membawanya pada sesuatu yang bahkan tidak pernah terbayangkan. Sinar sekarang bahkan tidak tahu apakah dia harus bahagia atau sebaliknya. Jika ditelusuri lebih jauh bagaimana perasaannya kepada Praba, tentu dia sekarang tengah membentengi hatinya agar dia tak jatuh cinta kepada suaminya tersebut.Dia masih belum percaya jika Praba tulus dengan semua yang dilakukan ini. Maka dia harus lebih berhati-hati. Entah kenapa Sinar tidak begitu percaya dengan yang dialami sekarang dan juga segala kebaikan Praba.“Kita bahas ini lagi nanti, Mas.” Sinar akhirnya bersuara. Lihat saja bagaimana kondisi mereka setelah perceraia

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30

Bab terbaru

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 125. End

    Halaman belakang rumah besar Praba dipenuhi keceriaan yang luar biasa. Askara, Bhumi, dan Cherry berdiri di depan panggangan barbeque sambil sesekali saling menyenggol. Namun, kali ini tidak ada yang mencoba untuk melerainya.Para pekerja juga membantu mereka memanggang banyak makanan. Aroma makanan menguar tiada henti. Begitu nikmat luar biasa. Cherry pergi lebih dulu, lalu duduk dan bergabung dengan kedua orang tuanya.“Makan dulu, Bos.” Begitu katanya kepada sang ayah juga ibunya. “Ayo, Bunda makan dulu. Mengobrol juga butuh tenaga.”Ya, tidak ada yang salah dengan panggilan Cherry karena di sana memang ada Talita. Setelah obrolan Talita dan Sinar saat itu, hubungan dua perempuan itu lambat laun membaik. Mereka menekan ego mereka demi Askara.Begitu juga dengan Praba dan anak-anak mereka. Bhumi dan Cherry bahkan ikut-ikutan memanggil Talita dengan bunda. Jika dalam kondisi yang lalu, Talita pasti akan merasa keberatan, tetapi sekarang tentu berbeda. Dia bahkan merasa memiliki tiga

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 124

    “Sebagai seorang ibu, kita adalah dua orang yang sama-sama menyayangi dan mencintai Askara. Dia memintaku untuk mempertimbangkan agar kita bisa berdamai.”Talita secara pribadi datang ke rumah Sinar dan membicarakan masalah tersebut setelah dia berpikir secara terus menerus. Dia menarik garis ke belakang dan memikirkan tentang masa lalu yang sudah terjadi. Jika dia menyalahkan Sinar sepenuhnya dan menganggap perempuan itu salah, maka itu tidak benar.Sinar dulu juga seorang korban. Dia juga perempuan yang sudah memberikan cintanya dengan penuh kepada Askara. Tidak sekalipun dia merasa terganggu dengan kehadiran putranya tersebut.“Selama ini saya tidak pernah ingin berseteru dengan Ibu secara terus menerus. Hanya saja, Ibu masih menganggap saya adalah orang yang harus Ibu musuhi.” Itu adalah jawaban yang diberikan oleh Sinar. “Melihat bagaimana hubungan kita selama ini, saya yakin itu menjadikan tekanan sendiri bagi Askara. Itulah kenapa dia ingin melihat kita berdamai.”Sinar menging

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 123

    “Abang nggak jadi ke luar negeri, Ma.”Sinar yang sedang membuatkan sandwich untuk Askara itu segera mendongak menatap putranya yang tengah duduk di stole bar. Anggota keluarganya yang lain sedang sibuk sendiri-sendiri dan hanya ada Sinar dan Askara saja di sana.“Abang bicara banyak dengan Bunda. Bunda pun mengerti tentang keinginan Abang. Kalaupun toh nanti misalnya Abang ingin sekolah di sana, itu atas dasar keinginan Abang sendiri. Tapi, sampai sekarang, Abang belum ingin. Abang masih lebih suka di negeri sendiri.”Sinar meletakkan sandwich-nya ke atas piring lalu meletakkan di depan Askara. “Mama senang mendengar itu.” Perempuan itu duduk di samping putranya dan menemani makan.“Abang berharap, Mama dan Bunda bisa berbaikan.”Kalimat itu membuat Sinar segera menoleh ke arah putranya. Tatapan remaja itu penuh pengharapan. Dia tampaknya ingin melihat kedua orang yang disayanginya tidak lagi berselisih paham. Askara tentulah tahu jika sebenarnya yang selalu membuat masalah antara ke

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 122

    Untuk pertama kalinya, Askara menghadiri acara keluarga Talita. Dia berusaha berbaur dengan keluarganya yang menerima Askara dengan sangat baik. Nenek dan kakeknya begitu bahagia melihat cucunya akhirnya datang dan berumpul dengan keluarga.“Nenek senang kamu ada di sini.” Askara menoleh dan mendapati seorang perempuan tua yang tampak masih begitu sehat. Tentu jika bersama dengan nenek dan kakeknya bukan pertama kalinya mereka bertemu, hanya saja dia selalu menolak untuk hadir ketika acara-acara seperti ini dilakukan.“Nenek sudah makan?” tanya Askara mencoba untuk perhatian. “Aku lihat, sejak tadi hanya mondar-mandir ke sana-kemari. Nenek harus menjaga kesehatan.”Perempuan tua itu tersenyum lembut. Menarik tangan Askara, lalu menggenggamnya. “Nenek senang kalau cucu-cucu Nenek berkumpul seperti ini, hati Nenek terasa bahagia sekali.”Askara menatap langit yang mucul sekumpulan bintang-bintang. Indah sekali. Sayangnya ini bukan bulan purnama. Jika bulan purnama, sekarang ibunya pasti

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 121

    Kedua tangan Askara maupun Talita penuh dengan barang belanjaan. Talita benar-benar membeli banyak barang untuk dirinya sendiri dan juga Askara. Setelah keluarga bersama dengan Talita, melepaskan segala beban yang selama ini dirasakan, Askara sedikit luluh dengan sikap ibunya.“Terima kasih. Abang sudah bersedia berjalan-jalan dengan Bunda.”Mereka sudah sampai di rumah dan sama-sama melepas lelah dengan duduk di sofa. Askara segera membaringkan tubuhnya di sofa dan memeluk bantal sofa. Memainkan ponselnya sebentar sebelum meletakkannya kembali.“Kalau ngantuk, naik gih, tidur di kamar.” Talita menepuk kaki Askara, lalu mengelus pelan kaki tersebut.“Aku di sini aja. Jendelanya biarin kebuka aja, Bun. Nggak usah pakai AC.” Askara menutup matanya setelah itu. Dia sepertinya benar-benar lelah luar biasa.Talita membuka jendela-jendela lebar itu agar angin bisa masuk. Membuat Askara menjadi nyaman luar biasa. Lelaki itu segera saja terlelap dalam tidurnya. Jika Askara sudah memutuskan un

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 120

    “Cerita Tante ternyata cukup rumit.” Tanggapan Bastian setelah itu. Menatap Askara setelah itu. “Bagaimana tanggapan lo tentang itu, Askara?”Askara menanggapi santai. “Gue udah pernah cerita itu dari Papa. Nggak beda jauh. Hanya beda sudut pandang.”“Papamu menceritakannya?” Talita mengernyit, lalu dia mengingat sesuatu. “Apa karena saat Bunba minta kamu bertanya tentang waktu itu ….”“Ya.” Askara memotong ucapan ibunya. “Papa sudah cerita semuanya.”“Lalu, apa tanggapanmu?” tanya Bastian lagi. “Menurut gue, ini terlalu rumit.”“Kehidupan orang tua selalu rumit dan gue benci itu.” Askara menarik napasnya panjang. “Bukankah keegoisan mereka sehingga membuat gue harus berada dalam masalah? Harus memilih di antara dua ibu.” Askara tersenyum kecil. “Percayalah, itu sangat menyebalkan.”Akhirnya, Askara mengungkapkan isi hatinya yang terpendam. Sejak kecil dia harus ditarik ke sana-kemari untuk hidup dan tinggal bersama mereka. Dia kesal luar biasa.Ruangan itu seketika hening karena keju

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 119

    “Ma, Abang akan menginap di rumah Bunda,” pamit Askara kepada Sinar. Weekend ini dia ingin mencoba membuka hatinya untuk ‘melihat’ lebih dekat kehidupan yang dijalani oleh Talita. Seperti yang Bastian katakan, dia ingin benar-benar memahami posisi Talita.Dia selama ini selalu marah dan tertekan jika Talita memintanya untuk tinggal bersama dengannya. Baginya, Talita tidak seperti Sinar yang sangat dia sayangi. Sekarang, dia sudah berpikir lebih dingin dan dia ingin menjalani semuanya dengan lebih tenang.“Abang sudah bilang kepada Bunda kalau Abang mau datang?” tanya Nilam. “Biasanya Bunda yang akan menjemput Abang.”“Nanti pulang sekolah langsung diantar supir ke rumah Bunda, Ma. Aku udah bilang sama Bunda juga.”Sinar diam tak segera menanggapi karena dia merasa Askara sudah mulai terbuka dengan Talita. Ada rasa takut, tetapi dia juga tidak bisa menghentikan.“Ya sudah. Abang hati-hati. Kalau ada apa-apa langsung bilang ke Mama.” Sinar mengelus pundak putranya dengan lembut.“Iya, M

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 118

    “Askara!”Panggilan itu membuat Askara menoleh. Dia mendapati seorang lelaki muda berdiri tak jauh darinya dan menatapnya. Lelaki itu tersenyum sebelum mendekat ke arahnya.“Gue udah lama nunggu.”Askara tidak mengenal lelaki itu. Oleh karena itu dia hanya memberi tatapan penuh tanya ke arah lelaki itu. Tahu jika dia harus memperkenalkan dirinya, lelaki itu lantas mengulurkan tangannya.“Gue Bastian. Sepupu lo.”Barulah Askara menyadari jika lelaki itu adalah lelaki yang dimaksud oleh bundanya. Sepupu yang kuliah di luar negeri. Askara menerima uluran tangan lelaki itu. “Askara.”Bastian tampak masih tersenyum. “Ada kafe di depan, kita ke sana? Sekalian ngobrol.” Askara tidak langsung menjawab dan tampak berpikir, tetapi Bastian segera bersuara. “Nanti gue antar pulang.”“Nggak perlu, gue bisa pulang sendiri. Gue nunggu sopir atau adik-adik gue buat pamit.” Askara menoleh ke sana-kemari untuk mencari keberadaan kedua adiknya, tetapi mereka tidak juga muncul.Lantas dia mengeluarkan po

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 117

    “Kalau bukan karena dia, Talita masih tetap akan menjadi menantu keluarga kita.”“Cukup!” Dimas berteriak membentak Cindy. “Mama ini benar-benar, ya. Mau sampai kapan Mama terus memusuhi Sinar. Ini sudah lama sejak Praba dan Sinar menikah. Kehidupan mereka baik-baik saja sampai sekarang, tapi Mama masih bertahan dengan ego Mama.”“Kalau Oma nggak suka sama kami, sebenarnya nggak masalah.” Bhumi bersuara. “Tapi nggak perlu menjelekkan Mama. Mama adalah mama terbaik buat kami.”“Tahu apa kamu tentang ibumu? Ibumu adalah perempuan yang mengambil suami perempuan lain. Dia itu pelakor.” Cindy semakin tua mulutnya benar-benar luar biasa menyebalkan.“Kalau Mama terus saja menyebut istriku seperti itu, lebih baik Mama tidak perlu datang ke rumah ini.” Praba sudah muak dengan segala macam hinaan yang dikeluarkan Cindy kepada istrinya.Tidak sedikitpun Cindy merasa tersentuh dengan kebaikan Sinar selama ini. Bahkan suatu hari dia pernah dirawat di rumah sakit dan Sinar yang menjaganya sampai k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status