“Aku benci sekali melihat dia ada di sini.”“Iya, aku juga ingin sekali melemparinya dengan telur busuk.”“Tidak tahu diri. Sudah mengambil suami orang, terlihat seolah-olah seperti ibu peri yang nggak punya dosa.”Sinar tidak tuli dan dia bisa mendengar gerutuan dari para pelayan yang ada di sana. Mereka ada di balik dinding dan seperti sengaja mengatakan semuanya itu agar Sinar mendengarnya. Sinar tidak peduli dengan ucapan orang-orang itu. Memilih fokus pada pekerjaannya sambil sesekali memastikan Askara baik-baik saja.Di rumah tersebut, Sinar hanyalah orang asing meskipun dia adalah seorang menantu dari keluarga Wirawan. Tidak ada yang menyukainya kecuali suaminya dan salah satu dari pelayan. Itu pun dia tak yakin jika kebaikannya tulus.“Saya harap, Praba segera sadar atas perasaan yang dirasakan sekarang dan bisa segera meninggalkan kamu.” Cindy bergabung di halaman belakang bersama dengan Sinar hanya untuk mengatakan hal-hal tidak perlu.Sinar menoleh menatap ibu mertuanya sam
“Aku nggak masalah kalau sesekali kita datang ke sana dan menginap. Tapi, aku ingin tempat tinggal yang permanen adalah rumah kita. Rumah yang akan kita beli.”Sinar memilih bungkam dan tidak mengatakan apa pun. Dia bertanya pada dirinya sendiri, kenapa pernikahannya dengan Praba menjadi seserius ini? Dia pikir dulu mereka tidak akan berada di titik sekarang.Nyatanya, takdir membawanya pada sesuatu yang bahkan tidak pernah terbayangkan. Sinar sekarang bahkan tidak tahu apakah dia harus bahagia atau sebaliknya. Jika ditelusuri lebih jauh bagaimana perasaannya kepada Praba, tentu dia sekarang tengah membentengi hatinya agar dia tak jatuh cinta kepada suaminya tersebut.Dia masih belum percaya jika Praba tulus dengan semua yang dilakukan ini. Maka dia harus lebih berhati-hati. Entah kenapa Sinar tidak begitu percaya dengan yang dialami sekarang dan juga segala kebaikan Praba.“Kita bahas ini lagi nanti, Mas.” Sinar akhirnya bersuara. Lihat saja bagaimana kondisi mereka setelah perceraia
“Bereskan semua barang-barang kamu. Kita pergi dari sini sekarang!” Praba sudah berubah menjadi dingin dan tampak tidak bersahabat.“Mas ….”“Aku nggak bisa bertahan di rumah ini kalau kamu sudah diperlakukan sangat nggak adil, Sinar.” Praba sudah mengeluarkan aura panas dari dalam tubuhnya.Lelaki itu bahkan mengusap wajahnya kasar karena amarah sudah menyerangnya. Lagi-lagi, sisi lain dalam diri Praba terlihat. Lelaki itu tampak tidak tenang ketika Sinar berada dalam masalah. Hal itu tentu saja sangat berbeda ketika Praba bersama dengan Talita.“Kamu masih bisa tahan? Maksudku, kamu masih bisa tahan laparnya?”Sinar mengangguk dan mulai merasa tersentuh dengan yang dilakukan oleh Praba kepadanya. Dia tidak menyangka kalau Praba akan melakukan semua ini demi dirinya. Maka, Sinar segera bergerak. Dia memasukkan barang-barangnya yang tidak banyak itu ke dalam koper. Dia juga meminta susternya untuk segera bersiap-siap secara diam-diam.Tak lama setelah itu, Dante menghubungi Praba jika
Praba menatap Sinar dengan lekat ketika gadis itu menikmati makan malamnya. Askara ada di gendongannya dan memberikan waktu kepada Sinar untuk mengisi perutnya sampai kenyang.Dia merasa bersalah karena sudah membawa Sinar dalam masalah besar. Orang tuanya sekarang mungkin tidak akan pernah tinggal diam, tetapi setidaknya, dia bisa melindungi Sinar dan memastikan tidak ada hal buruk menimpa gadis itu.“Mas yakin akan keluar dari perusahaan?” tanya Sinar setelah beberapa saat. “Maksudku, Mas yakin mengorbankan semuanya hanya demi untuk menolongku?”“Apa yang salah dengan itu? Kamu istriku, ‘kan? Atau jangan-jangan kamu nggak mau punya suami pengangguran?”“Memangnya perempuan mana di dunia ini yang ingin punya suami pengangguran?” Sinar menjawab sekeptis. “Semua perempuan juga ingin suami yang hebat.”Semua perempuan akan berpikir realistis termasuk Sinar. Hanya saja, bukan itu konteksnya dalam pembicaraan mereka.Sinar menarik napasnya panjang sebelum kembali berbicara. “Kita sudah be
“Gambar-gambar ini didapatkan semalam saat Bapak pergi ke restoran dengan Mbak Sinar dan Askara. Kami masih mencari siapa yang sudah menyebarkan foto-foto ini.”Praba bukan selebritis, dia hanya seorang pengusaha bertangan dingin yang namanya sudah banyak dibicarakan oleh kaum pebisnis. Lelaki tampan itu tidak pernah memiliki skandal apa pun selama ini dengan nama yang sangat bersih.Perusahaan ayahnya bahkan berkembang dengan pesat di bawah kepemimpinannya. Segalanya berjalan sesuai prosedur dan di bawah kendalinya. Namun, tangan-tangan iseng itu membuat Praba harus berhadapan dengan hal-hal remeh seperti ini.“Saya tidak akan ambil pusing. Dengan adanya masalah seperti ini, wartawan pasti akan mencari saya untuk mengonfirmasi.” Praba menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi dengan tatapan lekat ke arah Dante. “Pertama, saya tidak ingin diwawancara. Kedua, kita hanya bersikap seperti biasa. Senyap. Ketiga, tetap pantau berita ini sampai sejauh mana. Dan pastikan, orang-orang tidak tah
Abaikan huru-hara di luar sana tentang berita yang terjadi antara Praba dan Talita. Fokus Praba adalah mengatur kembali rumah tangganya bersama dengan Sinar. Satu tujuannya tercapai, yaitu lepas dari Talita. Namun, dia sekarang akan menempatkan posisi Sinar dan putranya di atas segalanya.Jangan tanyakan tentang cinta terlebih dulu karena Praba belum ada gambaran tentang itu. Baginya, jatuh cinta itu harus seperti dirinya saat bersama dengan perempuan yang dulu pernah dikasihi. Sedangkan sekarang, dia hanya merasakan perasaan tanggung jawab atas Sinar dan tak lebih dari itu.“Putuskan sekarang. Karena besok pagi akan langsung kita proses.”Sinar dulu tidak pernah muluk dengan membayangkan memiliki rumah besar dengan segala kemewahan. Dia tahu kemampuannya, rumah peninggalan orang tuanya saja sudah lebih cukup untuknya. Namun, tampaknya takdir berkata lain.Sekarang justru dia akan mendapatkan rumah dari suaminya. Terlepas bagaimana dulu hubungan mereka diawali, tetapi sekarang suaminy
Sinar tidak segera menjawab ketika menatap netra hitam Praba. Ada desiran hangat yang dia rasakan ketika tatapan mereka bertemu. Haruskah dia membiarkan perasaannya berkembang tanpa lagi membentengi diri? Sanggupkah dia nantinya kehilangan Praba jika seandainya Praba meninggalkannya?“Mas.” Suara Sinar terasa tercekat.“Kamu masih ragu?” tanya Praba tahu apa yang dipikirkan oleh Sinar. “Apa yang membuatmu ragu?” Praba melayangkan tangannya untuk mengelus rambut Sinar. “Takut aku akan meninggalkanmu? Atau takut karena kita belum saling mencintai?”‘Takut kalau nasibku akan seperti Talita,’ batin Sinar.“Aku tidak akan menjanjikan apa pun kepadamu tentang masa depan.” Praba kembali bersuara. “Karena aku nggak bisa meramal kita nanti akan bagaimana. Hanya saja untuk sekarang, aku akan di sini sama kamu dan Askara. Hidup bertiga dalam satu keluarga yang utuh.”Seringaian itu keluar di mulut Praba. “Itulah kenapa kita harus membuatkan adik untuk Askara. Dia harus punya saudara biar rumah k
“Ada banyak orang yang menghubungi Bapak agar Bapak bisa speak up tentang masalah yang sekarang ramai dibahas.”Dante menginformasikan segala sesuatu yang melibatkan Praba. Di luar sana, banyak spekulasi muncul dan semua pembawa berita pun berlomba ingin mengetahui kebenaran berita simpang siur tersebut. Hanya saja, Praba tidak berminat untuk mengurus hal tersebut.Akan ada waktu berita tersebut akan hilang dengan sendirinya. Praba tahu betul, masalah seperti ini tidak akan pernah bertahan lama di media. Ada hal yang lebih viral, maka berita yang sekarang akan tergerus begitu saja.“Lalu?” Praba menatap Dante sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Kedua tangannya memegangi ujung pena sesekali memutarnya.“Pak Dimas sekarang kembali memegang perusahaan. Ada sedikit gejolak yang terjadi di perusahaan sana, dan mereka berusaha agar masalah itu tidak sampai di teling wartawan.”Praktis sejak Praba keluar dari rumah orang tuanya dan dilarang menginjak kakinya di perusahaan sa