Share

Bab 3

Author: Author Tinta Ireng
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Dengan siapa aku akan tinggal di sini Mbok?" tanya Alina.

"Kamu akan tinggal di sini bersama seorang asisten rumah tangga yang akan membantumu setiap hari,''

"Sekarang aku harus pulang dulu, karena Nyonya besar akan pulang dari hongkong bersama Tuan Besar. Mereka pasti akan marah jika aku tak ada di rumah dan menyambut mereka," kata Mbok Sum pamit dan meninggalkan Alina di apartemen bersama satu satpam dan satu asisten rumah tangga.

Mbok Sumi dan Mang Jono pun kembali ke rumah Tuan Panji. Karena misi mereka berhasil telah menyembunyikan Alina dari Nyonya Lisa dan Tuan Aroon. Sebenarnya Nyonya Lisa sudah tidak suka dengan Nyonya Maria karena dulu pernah beberapa kali melihat jika sang menantu sedang berjalan mesra dengan seorang pria. Saat itu Nyonya Lisa akan melabrak sang menantu akan tetapi Tuan Aroon menghentikannya dan mengajaknya pulang. Sampai pada saat ini Nyonya Lisa selalu menjaga jarak dengan menantunya.

Satu jam kemudian Mbok Sumi dan Mang Jono tiba di kediaman Tuan Panji setelah keduanya masuk tidak lama kemudian Nyonya Lisa dan Tuan Aroon pun tiba di rumah. Meskipun kedua pasangan itu sudah tidak muda lagi, tapi mereka tetap menunjukkan kemesraan dan keharmonisan satu sama lainnya.

Saat kedua orang tua Panji sudah masuk dan baru saja duduk di sofa untuk melepas lelah dan penat, Maria dan Panji sudah bersiap akan pergi ke apartemen Alina. Maria sangat terkejut saat melihat Aroon dan Lisa sudah berada di dalam rumah.

"Mama, Papa kalian kapan datang? kenapa tidak memberi kabar jika mau pulang?" tanya Maria berbahasa basi dan mencium punggung tangan kedua orang tua suaminya.

Lisa bukanya menjawab pertanyaan sang menantu akan tetapi dia malah heran dan bertanya pada anak dan menantu yang terlihat sudah sudah sangat rapi.

"Kalian mau kemana? Disaat kami baru datang kalian malah akan pergi?" Sungut Lisa yang langsung beranjak meninggalkan anak dan menantunya yang masih mematung dan membanting pintu kamar dengan sangat keras.

"Braaakk"

Aroon hanya menghela nafas cepat, dan tanpa bertanya apapun ia meninggalkan anak dan menantunya menyusul istrinya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar.

"Sayang, salah aku sebenarnya apa? Kedua orang tuamu sekarang sangat membenciku. Mereka sudah tidak lagi seperti dulu yang sangat menyayangiku,'' ucap Maria di sela isak tangisnya.

Dalam hatinya Maria mengumpat, ia sangat kesal sekali karena wanita tua itu berani berbuat seperti ini, sudah tidak menganggapnya ada lagi di rumah ini.

"Sayang, sebaiknya aku tidak ikut denganmu ya?" Ucap Maria lembut.

"Kenapa, Sayang?" tanya Panji heran karena hari ini adalah hari yang di inginkan Maria untuknya menikahi Alina.

"Aku mau masak, masakan kesukaan Mama. Semoga Mama tak akan marah lagi sama aku." kata Maria kemudian memeluk dadabidang suaminya. Tanpa mereka sadari Lisa melihat anak dan menantunya merasa geram karena ulah Lisa yang yang tak tau malu jika sudah berselingkuh dari putranya.

''Sekarang aku pergi dulu ya, aku hanya ingin menemuinya dan sedikit ingin tau tentangnya mungkin hanya sekedar ngobrol sedikit, aku tidak akan menikahinya hari ini. Tanpa adanya kamu yang menjadi saksi,'' kata Panji sambil mengecup kening Maria dan juga mengecup bibirnya yang selama ini menjadi candu baginya.

Sepeninggal Panji, Maria segera menuju ke dapur dan menemui Mbok Sumi yang sedang sibuk menyiapkan masakan buat makan siang Nyonya besar.

"Mbok, masak apa?" tanya Maria saat masuk dapur.

"Ini Nyonya, saya masak gurame asam manis kesukaan Tuan dan salad sayur kesukaan Nyonya," kata Mbok Sumi tersenyum.

******

Di tempat lain Panji sudah tiba di apartemen Alina. Tepat berada di depan pintu apartemen ia segera mengetuk pintu dan di sambut oleh asisten rumah tangga yang di tugaskan menemani Alina.

Panji langsung melangkah masuk dan tanpa mengucapkan salam saat masuk kedalam apartemen. "DI mana Nyonya kecil?" tanya Panji pada Tiwi tanpa melihat.

"Nyonya kecil sedang melaksanakan kewajibannya Tuan, " jawab tiwi ragu.

Panji mengernyitkan dahinya karena bingung, bahkan ia berfikir Alina sedang melaksanakan kewajibannya pada siapa? Apakah dia berani berbuat hal yang tidak senonoh dan memalukan disini? Bola mata matanya memotong dan rahangnya mengeras. Ia sudah tak tahan ingin masuk ke dalam kamar dan melabrak Alina yang sudah berani berbuat hal yang memalukan.

"Tuan....jangan masuk," kata Tiwi mencoba menghalangi Panji yang akan menerobos masuk kedalam kamar.

"Kau berani menghalangiku!" kata Panji menahan marah dan raut wajahnya sudah merah padam.

"Tapi Tuan," tiwi hanya bisa menahan tawanya saat Tuan Panji memaksa menerobos masuk ke dalam kamar Nyonya kecil.

"Braaakk!"

Pintu kamar Alina di dorong paksa hingga membentur ke dinding. Panji berdiri mematung dan dan matanya mengedar ke segala penjuru ruangan tapi ia tidak menemukan siapapun kecuali Alina yang sedang sholat. Setelah Alina mengucapkan salam di akhir shalatnya dia sangat terkejut dengan keberadaan Tuan Panji di dalam kamarnya.

"Astagfirullah hal adzim,'' pekik Alina histeris.

"Ke-kenapa Tuan Panji berada di dalam kamar saya? Apa yang sedang Tuan lakukan?"

"Eheeem," Panji mencoba menetralkan raut wajahnya yang menahan malu karena telah salah paham dengan apa yang di katakan Tiwi tentang "melaksanakan kewajiban" ternyata Alina sedang melakukan kewajiban sholat dhuhur. Panji pun menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Tanpa menjawab Alina Panji langsung melangkah keluar kamar dan menuju ke kamar mandi yang berada di dekat dapur.

Alina segera keluar kamar dan masih bingung dengan apa yang terjadi. Ia mencari Tiwi, yang sedang tertawa terpingkal pingkal sambil duduk di lantai.

"Tiwi, ini kenapa? Tuan mana?" tanya Alina lembut dan pandangannya mencari sosok Panji.

''Itu Nyonya.... anu.....Tuan ada di kamar mandi." Jawab Tiwi yang seketika berhenti tertawa.

Tapi saat Tiwi akan menjawab, Panji terlebih dulu keluar dari kamar mandi dan berusaha memasang raut wajah dinginnya. Sebesar mungkin ia tidak memperlihatkan raut wajah gugur dan malunya.

Alina berjalan menghampiri Panji yang sudah duduk di ruang tengah dan memandang lurus padanya.

"Tuan apakah, Tuan mau saya buatan kopi?" tanya Alina saat sudah berada di hadapan Panji.

Tanpa berpikir panjang Panji mengiyakan tawaran Alina, karena memang dari rumah ia belum sempat meminum kopi karena buru buru datang ke sini. Belum lagi keadaan di rumah beberapa jam yang lalu mengingat sikap mamanya pada istrinya tercinta.

Beberapa saat kemudian Alina datang membawa Secangkir kopi yang dibuat oleh tangannya sendiri. Dengan berhati-hati ia meletakkan cangkir kopi itu di atas meja beserta dengan pisang goreng yang telah dibuatnya. Panji memperhatikan Alina dan menghirup aroma wangi kopi buatan Alina.

"Duduklah di sini dan jangan tinggalkan saya di saat saya sedang minum kopi."

Alina mengangguk dan hatinya ingin mengungkapkan isi hati dan keinginannya tentang keinginan bertemu sang ibu.

"Maaf Tuan, apakah saya boleh pulang dulu ke desa untuk menemui ibu saya, saya sangat mencemaskan keadaan ibu saya." kata Alina dengan suara yang pelan dan hati hati.

Panji menatap Alina dengan tajam, ia menghela nafas panjang dan kemudian membuangnya kasar.

"Apa kamu mau kabur?" tanya Panji tiba tiba.

Alina menggeleng, "saya tidak akan kabur Tuan, saya hanya ingin bertemu dengan ibu saya sebelum saya melaksanakan kewajiban saya menjadi istri kontrak Tuan, hanya itu saja."

"Nyonya harus tau dulu, apakah dia akan mengizinkan atau tidak," kata Panji sambil meraih ponsel yang berada dalam kantung jaznya.

"Hallo sayang,"

"....."

" Alina bilang dia mau ke desa dulu karena ingin melihat keadaan ibunya paskah operasi."

"....."

"Tapi bagaimana denganmu sayang?"

"....."

"Ok..."

'Eheeem'

"Alina, kapan kamu akun pulang ke desa?" tanya Panji setelah menelepon Maria

"Kalau bisa hari ini Tuan,"

"Baiklah, Saya akan ikut dan mengantarmu," kata Panji sambil menyerupai kopi buatan Alina yang terasa enak dan nikmat bahkan bisa melebihi enaknya dari buatan Maria.

Kedua bola mata Alina membulat saat Panji mengatakan akan ikut dan mengantarkannya.

"Tap-tapi Tuan, " kata Alina masih ragu.

Related chapters

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 4

    "Tap-tapi Tuan, " kata Alina masih ragu.Tanpa menjawab, Panji nampak menghubungi seseorang untuk memesan tiket pesawat menuju Surabaya. Ia memesan tiket pesawat VIP, untuk berangkat satu jam kemudian.Bersiaplah dari sekarang karena pesawat akan berangkat jam 8 pagi. Karena nanti malam kita harus sudah kembali ke sini lagi.Kata Panji sambil menyeruput kembali kopi buatan Alina yang sudah dingin tinggal setengah.Alina masuk ke dalam kamar hanya tinggal mengganti pakaian saja dan mengambil sebuah tas kecil yang harganya pun tidaklah mahal. Dengan mengenakan celana jeans berwarna Navy dan kemeja berlengan pendek berwarna hitam Alina pun mematutkan diri di depan cermin besar yang terdapat di dalam kamarnya tinggi cermin itu secara setara dengan tinggi badannya. Setelah selesai Ia pun keluar kamar dan menghampiri Panji yang sedang sibuk menelpon ia berdiri dengan jarak 1 m dari arah Panji yang berdiri di jendela dan menghadap ke taman belakang apartemen."Aku pasti tidak akan lama sayan

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 5

    "Apa kamu tidak mau membuat ibumu senang dalam keadaannya yang sakit?" tanya Panji pada Alina yang terdiam."Tapi tidak seperti ini caranya Tuan, apalah artinya jika sekarang ibu saya bahagia setelah saya akan menikah dengan tuan, akan tetapi suatu saat beliau akan tau jika semua ini adalah sebuah kebohongan yang akan terungkap nantinya!" kata Alina dengan suara yang bergetar dan airmata yang mengalir deras membasahi wajahnya yang putih mulus.Alina tergugu membayangkan jika suatu hari nanti ibunya akan tau jika ia menjual rahimnya untuk sang majikan, apakah ibunya tidak akan merasa kecewa dengannya? Alina sangat terkejut saat Panji berusaha menarik tubuhnya ke dalam pelukanya untuk menenangkannya. Ia mencoba berontak akan tetapi ia tidak bisa melepaskan pelukan Panji sangat erat hingga ia pasrah dan menangis dalam pelukan pria yang masih berstatus majikannya.EheeemTerdengar deheman dari seorang pria yang ternyata adalah paman Asep. ''Kalian baik baik saja?" tanya Paman Asep khawati

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 6

    "Tap-tapi Tuan, " kata Alina masih ragu.Tanpa menjawab, Panji nampak menghubungi seseorang untuk memesan tiket pesawat menuju Surabaya. Ia memesan tiket pesawat VIP, untuk berangkat satu jam kemudian.Bersiaplah dari sekarang karena pesawat akan berangkat jam 8 pagi. Karena nanti malam kita harus sudah kembali ke sini lagi.Kata Panji sambil menyeruput kembali kopi buatan Alina yang sudah dingin tinggal setengah.Alina masuk ke dalam kamar hanya tinggal mengganti pakaian saja dan mengambil sebuah tas kecil yang harganya pun tidaklah mahal. Dengan mengenakan celana jeans berwarna Navy dan kemeja berlengan pendek berwarna hitam Alina pun mematutkan diri di depan cermin besar yang terdapat di dalam kamarnya tinggi cermin itu secara setara dengan tinggi badannya. Setelah selesai Ia pun keluar kamar dan menghampiri Panji yang sedang sibuk menelpon ia berdiri dengan jarak 1 m dari arah Panji yang berdiri di jendela dan menghadap ke taman belakang apartemen."Aku pasti tidak akan lama say

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 7

    "Apa yang ingin kau katakan?" tanya Alina bingung."Maaf Nyonya, saya tidak bisa memberitahukan." kata satpam yang bernama Agung itu.Alina hanya bisa menghela nafas panjang, apa yang di katakan oleh pak satpam rumahnya sedikit mengganggu fikiranya."Pak agung ini bisa saja membuat saya jadi kepikiran," celetuk Alina kemudian."Maaf bu saya tidak bisa memberitahu, alangkah baiknya ibu nanti bisa tahu sendiri." kata agung lagi."Ada apa dengan nyonya Maria, kenapa aku harus berhati-hati dengannya? Bukankah selama ini nyonya Maria itu adalah wanita yang sangat baik padaku. Dan dia adalah wanita yang sangat lembut. Tuhan Panji saja sangat sayang dan mencintainya. Bahkan kecantikannya di atas rata-rata.Setelah makan malam selesai pak agung kembali ke depan pintu apartemen untuk berjaga di sana bersama rekannya. Dan Tiwi di dalam rumah dia membersihkan sisa makan malam bersama nyonya kecil dan segera mencuci piring.Alina sendiri langsung masuk ke dalam kamar iya ingin istirahat. Karena

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 8

    "Panji juga sekarang sedang bersenang-senang dengan istri barunya. Mama dan papa juga sedang pergi ke luar negeri. Kalau aku tidak ke sini ngapain aku di rumah sendiri kan sangat membosankan?" Kata Maria"Pintar sekali Kamu honey," pintar memanfaatkan keadaan kata Riko sambil mengecup bibir merah milik wanita itu. Lambat laun ciuman mereka semakin liar dan semakin panas.Keduanya bercinta dan menghabiskan malam hingga pagi menjelang. Hingga Maria sangat terkejut ketika banyaknya panggilan video call dari Panji."Ada apa Panji menghubungiku? Apakah malam ini mereka berdua tidak bersenang-senang? gumam Maria lirih.Maria lebih terkejut lagi saat membaca chat dari Panji isi chat itu mengatakan bahwa semalam Panji pulang ke rumah dan tidak menemukan Maria di rumah dan Panji menanyakan di mana sekarang Maria berada."Sayang mampus gue, panji semalam tidak tidur di apartemen Alina tapi dia pulang ke rumah! ada apa dengan pria itu?" Celoteh Maria yang langsung turun dari ranjang dan bergegas

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 9

    Setelah Maria sudah selesai dengan perawatannya Dia segera meninggalkan salon kecantikan itu untuk pergi ke butik langganannya. Kebetulan butik itu tidak jauh dari tempat Maria menjalani perawatan kecantikan, hanya berjarak sekitar sepuluh meter dari salon.Maria masuk ke dalam butik dan mulai memilih pakaian apa yang pas dan cocok dikenakan oleh Alina. Hingga kedua matanya tertuju pada sebuah gaun dengan model off shoulder dengan bagian lengan menggantung dan berwarna green mint. Ia pun tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi.Setelah mendapatkan gaun dan high heels buat Alina kenakan Maria segera berjalan ke kasir untuk melakukan pembayaran. Beberapa menit kemudian setelah selesai melakukan pembayaran Maria kembali ke salon dan menyerahkan paper bag pada pelayan agar diserahkan pada Alina saat ia sudah selesai perawatan dan segera berganti pakaian.Masih ada waktu sekitar tiga puluh menit Maria menunggu Alina. Ia menyempatkan diri untuk menghubungi Riko, dan memberi

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 10

    "Shit!" Umpat Panji kemudian melangkah menuju pintu dan ingin memaki siapapun yang berada di depan pintu."Tiwi, ada apa?" tanya Panji datar."Maaf, Tuan. Di luar ada tamu yang ingin bertemu," kata Tiwi sambil menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap raut wajah Panji yang menahan amarah."Katakan padanya tunggu sebentar," kata Panji langsung berbalik dan menutup pintu masuk ke dalam kamar dimana Alina sedang gelisah di dalam.Alina menatap Panji yang sedang berjalan ke arahnya, jantungnya kembali berdetak dan menari-nari di dalam dadanya. Ia mulai gugup kembali saat tangan kekar Panji mulai memberikan sentuhan lembut di kulit wajahnya yang mulus lalu mendaratkan sebuah kecupan singkat. Alina masih belum bisa menguasai keadaannya, ia masih diam terpaku melihat Panji perlahan melepaskan ciumannya lalu membisikkan sebuah kalimat. "Tunggu di sini, dan jangan tidur dulu! Karena saat aku kembali nanti kita akan memulainya lagi dari awal. Sekarang aku akan pergi dulu, ada urusan yang m

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 11

    Panji gelisah, ia mondar-mandir menunggu Alina pulang. Akan tetapi jam dinding sudah menunjukkan pukul 22.30 tapi Alina tak kunjung pulang.Panji akan menghubungi Tiwi akan tetapi, handphone milik handphone milik Tiwi tertinggal di meja dapur.Saat Panji hendak ingin menyusul Alina yang sedang belanja di supermarket, ia sudah bersiap dengan berganti pakaian. Saat ia keluar kamar ternyata Alina dan Tiwi sudah masuk ke dalam apartemen dan tanpa Panji sadari terbitlah senyum di wajahnya. Rasa kekhawatirannya berangsur-angsur menghilang saat melihat Alina baik-baik saja.Alina tersenyum melihat Panji yang sudah rapi, ia menghampirinya dan bertanya, "Tuan Panji mau ke mana sudah malam," tanya Alina lembut."Aah....tidak..... Saya tidak mau ke mana-mana." kata Panji kemudian sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal."Apakah Tuan sudah makan?" tanya Alina lagi.Panji tersenyum hatinya merasa hangat, ia merasa senang karena Alina memperhatikannya. Ia pun kemudian menggelengkan kepalanya tand

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 71

    Panji tidak menceritakan perjuangannya selama ini untuk mencari Alina. Ia lebih memilih menguburnya rapat-rapat. Ia pun berencana ingin menemui Nina, dan menyampaikan pesan dari mamanya. Panji berpamitan pada Alina dan Marcel dengan membawa Jacob yang dibekuk oleh Dion. Saat ia melangkah dan ingin meninggalkan ruangan itu terdengar teriakan dari salah seorang anak kembar yang memanggilnya uncle. "Uncle...," Kenzie berlari ke arah Panji dengan senyum yang mengembang lalu memeluk Panji dengan sangat erat. "Terima kasih uncle, karena uncle sudah mengembalikan mainan Kenzie," kata Kenzie dengan polosnya, dan menggunakan bahasa Inggris yang lancar. Kenzo hanya melihat tanpa ingin mendekat ada rasa kesal di hatinya saat melihat Kenzie begitu dekat dengan orang yang belum ia kenal, dan sempat membuat Mommy ketakutan. Entah karena ikatan batin antara Kenzie dan Panji hingga ia enggan untuk melepaskan Panji pergi. Hingga Kenzie harus menangis saat Kenzo melepaskannya dengan paksa pelukan

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 70

    Teriakan Alina berhasil membuat Dion berhenti menghajar Jacob. Dengan tatapan mata yang tajam Dion menetap Jacob yang sudah bersimbah darah. Darah mengalir dari sudut bibirnya yang pecah dan beberapa giginya ada yang patah. Nafas Alina memburu jantungnya pun seakan berhenti berdetak. Beruntung Max langsung mengamankan si kembar dan membawanya masuk ke dalam kamar sehingga tidak melihat adegan kekerasan yang baru saja terpampang di hadapan Alina. "Jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Panji pada Dion dan menatapnya tajam. "Cukup!" Alina kembali berteriak, karena jika dia berkata pun mungkin tidak akan ada yang mendengarnya jadi terpaksa Alina berteriak. Panji menatap Alina, yang tengah mengatur nafas terlihat dari dadanya yang naik turun. "Apakah masalah ini tidak bisa dibicarakan baik-baik Tuan Panji Kusuma Wijaya?" tanya Alina lirih dan memanggil nama lengkap Panji. "Pasti Tuan bertanya-tanya, kenapa saya bisa berada di Amerika? Kenapa saya bisa menikah dengan Tuan Marce

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 69

    Perasaan yang Panji rasakan campur aduk, bahkan ia kehilangan kata-kata hanya untuk sekedar berkata maaf. "Tu-Tuan...," "Ka-kamu...," Ucap Panji dan Alina terbata dan bersamaan. "Kamu saja lebih dulu yang berbicara!" kata Panji. "Tuan saja silakan lebih dulu berbicara, saya akan mendengarkan!" sahut Alina dengan lembut. Marcel yang mengerti dengan keadaan saat ini ia memilih keluar dan memberikan waktu untuk Alina dan Panji berbicara berdua. "Sayang..., Lebih baik aku keluar dulu ya ajak anak-anak kamu dan dia ngobrol aja dulu," kata Marcel dan kemudian bangun dari duduknya lalu menghampiri si kembar untuk mengajaknya keluar ruangan. Akan tetapi Alina menggeleng kuat dan menahan Marcel untuk tidak meninggalkannya. Alina merasa takut bayang-bayang masa lalu yang dilakukan Panji terhadapnya saat Panji hampir saja menghilangkan nyawanya dengan mencekik nya, waktu itu menari-nari di pelupuk matanya. Apalagi saat membayangkan kemarahan Panji saat melempar hasil tes DNA ke waj

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 68

    Panji tidak bisa mengenali pria yang bersama Alina karena sosok pria tersebut berdiri memunggunginya. Dadanya terasa sesak saat mendengar si kembar memanggil pria itu dengan sebutan Deddy. Terlihat begitu sangat bahagia Alina bersama pria itu bahkan si kembar menganggap pria itu adalah ayahnya.Panji meraba dadanya yang terasa sakit dan berdenyut, iya sedikit limbung beruntung Dion menopang tubuhnya."Boos..., kau tidak apa-apa?" tanya Dion khawatir.Airmata Panji mengalir tanpa permisi pandangannya menatap lurus pada punggung yang semakin menjauh. Di genggaman tangannya ia meremas salah satu mainan miniatur milik dua puncak kembar tadi yang terjatuh tidak sengaja saat berlari keluar lift."Tuan Panji, anda tidak apa-apa? tanya Mr lee yang datang menyusul karena Panji tidak kunjung datang memenuhi panggilannya dan ia terkejut saat melihat Panji sedang bersimpuh di lantai dengan keadaan yang sedikit kacau.Panji yang ia kenal adalah panji yang mempunyai sikap tegas kejam pada siapapun

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 67

    Panji dan Dion telah tiba di bandara setelah melewati perjalanan yang cukup panjang 18 jam perjalanan dengan menggunakan jet pribadi milik Panji. Kali ini ia berjanji dalam hatinya akan membawa Alina dan anak-anaknya pulang bagaimanapun caranya.Akan tetapi Panji heran, "Kenapa Alina bisa berada dan tinggal di Amerika? Dia tinggal bersama siapa?" gumam Panji lirih. Ia harus mencari tau.Panji dan Dion langsung diantar oleh Alex menuju apartemen untuk beristirahat sejenak, karena nanti malam ketiganya akan menghadiri acara pesta anniversary rekan bisnis yang mengundang Panji beserta Dion. Sedangkan Alex tentu saja Ia mendapatkan undangan secara khusus karena iya adalah salah satu orang yang sudah memperkenalkan Panji dengan salah satu orang berpengaruh di Amerika."Sebaiknya kalian istirahat dulu," Alex menepuk pundak Panji dan tersenyum lalu berpamitan meninggalkan Panji dan Dion.Panji melangkah lebih dulu memasuki kamar yang terlihat mewah di ap

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 66

    Lima tahun kemudian  di Boston Amerika. Seorang pria dewasa tengah bermain dengan dua bocah laki-laki kembar yang salah satunya mirip dengan Sang Mama mempunyai sifat yang lebih lembut, hangat, dan ceria. Sedangkan sang kakak mempunyai sikap yang lebih dingin cenderung cuek dan tidak peduli menjadi pribadi yang tertutup adalah cerminan dari sang Papa.Ya, si kembar Kenzo dan Kenzie sudah tumbuh besar dan usianya saat ini menginjak lima tahun lebih. Mereka sedang bermain di taman ditemani oleh Marcel. Satu-satunya pria yang dianggap oleh si kembar adalah papanya. Marcel sangat tulus menyayangi si kembar, yang menganggap mereka seperti anak kandungnya sendiri. Kasih sayangnya murni dari hati tidak ada sedikitpun unsur pemaksaan saat meminta Alina, lima tahun yang lalu untuk menikah dengannya.Marcel hanya berniat untuk menolong Alina dan kedua bayinya waktu itu. Dan pernikahan mereka dari dulu hingga sekarang belum pernah sekalipun untuk keduanya melakukan hubungan s

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 65

    Setelah Marcel mengamankan Nina dan si kembar ia bergegas akan menyelamatkan Alina. Ia menyayangkan mengapa Alina yang harus menjadi korban penyekapan ini. Tujuannya hanya satu agar ia datang untuk menyelamatkan Alina.Marcel pun beruntung karena telah memasang alat pelacak yang ia pasang di jam tangan milik Alina. Sehingga membuat Marcel lebih gampang untuk menemukan di mana keberadaan Alina.Marcel terpaksa membawa Nina dan si kembar ke mansion, karena di sana akan lebih aman."Kita berada di mana ini Nak, Marcel?" tanya Nina saat berada di bangunan megah."Bu, Ibu tinggal di sini dulu ya sementara waktu, hingga semuanya aman dan aku bisa menyelamatkan Alina!" ucap Marcel pada Nina."Nak, Nak Marcel...,"  Nina menghentikan langkah Marcel yang hendak melangkah.Dengan menatap sendu Nina berkata pada Marcel dengan memohon. "Selamatkan Alina Nak Marcel!" pinta Nina sambil menggenggam erat tangan Marcel.Marcell pun tersen

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 64

    Bayi kembar yang usianya baru tiga bulan kurang itu menangis dengan sangat kencang.Anehnya saat Marcel mendekati si kembar mereka langsung saja anteng saat digendong oleh Marcel, membuat Alina menatapnya dengan haru.Andai saja yang menggendong si kembar saat ini adalah ayahnya, mungkin Alina akan sangat bahagia saat sosok pria yang sedang menggendong si kembar adalah suaminya sendiri yaitu Panji. Tak terasa bulir bening mengalir di ujung netra Alina.Nina yang menyadari kesedihan Alina kemudian menghampiri dan memeluknya. Memberikan kekuatan dan menyalurkan energi positif."Apakah kamu tidak mau melihat anak-anakmu bahagia?" tanya Nina tiba-tiba, membuat Alina terkejut atas pertanyaan yang diberikan oleh ibunya."Al..., anak-anakmu butuh sosok seorang ayah. Menikahlah dengan Marcel!" pinta Nina pada Alina untuk mempertimbangkan kebahagiaan si kembar."Tapi Bu, aku dan Mas Panji belum resmi bercerai," kata Alina"Panji

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 63

    Awalnya Marcel itu ragu untuk menolong kedua wanita yang berbeda usia itu, namun hati nuraninya mengatakan hal yang berbeda. Hatinya berkata untuk menolong kedua wanita itu dan melihat bayi kembar yang berada dalam gendongan masing-masing wanita itu. Lalu Marcel mencoba menghubungi ambulans di rumah sakit terdekat.Menunggu beberapa menit kemudian ambulans pun datang dan beberapa perawat mengeksekusi korban masuk ke dalam mobil ambulans dan bayi kembar digendong oleh dua orang perawat wanita yang saat Marcel memesan ambulans Ia juga memesan dua perawat untuk membawa bayi kembar yang menangis dipelukan ibu dan neneknya.Setelah tiba di rumah sakit Marcel berjalan mondar-mandir tidak tenang dan di dalam hatinya berdoa agar dua wanita yang ia tabrak itu selamat.Satu jam berlalu dokter yang menangani pasien keluar dari ruangan IGD dan menyampaikan jika keadaan pasien baik-baik saja hanya mengalami luka benturan di kepalanya.Marcell pun akhirnya bisa

DMCA.com Protection Status