Teriakan Alina berhasil membuat Dion berhenti menghajar Jacob. Dengan tatapan mata yang tajam Dion menetap Jacob yang sudah bersimbah darah. Darah mengalir dari sudut bibirnya yang pecah dan beberapa giginya ada yang patah. Nafas Alina memburu jantungnya pun seakan berhenti berdetak. Beruntung Max langsung mengamankan si kembar dan membawanya masuk ke dalam kamar sehingga tidak melihat adegan kekerasan yang baru saja terpampang di hadapan Alina. "Jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Panji pada Dion dan menatapnya tajam. "Cukup!" Alina kembali berteriak, karena jika dia berkata pun mungkin tidak akan ada yang mendengarnya jadi terpaksa Alina berteriak. Panji menatap Alina, yang tengah mengatur nafas terlihat dari dadanya yang naik turun. "Apakah masalah ini tidak bisa dibicarakan baik-baik Tuan Panji Kusuma Wijaya?" tanya Alina lirih dan memanggil nama lengkap Panji. "Pasti Tuan bertanya-tanya, kenapa saya bisa berada di Amerika? Kenapa saya bisa menikah dengan Tuan Marce
Panji tidak menceritakan perjuangannya selama ini untuk mencari Alina. Ia lebih memilih menguburnya rapat-rapat. Ia pun berencana ingin menemui Nina, dan menyampaikan pesan dari mamanya. Panji berpamitan pada Alina dan Marcel dengan membawa Jacob yang dibekuk oleh Dion. Saat ia melangkah dan ingin meninggalkan ruangan itu terdengar teriakan dari salah seorang anak kembar yang memanggilnya uncle. "Uncle...," Kenzie berlari ke arah Panji dengan senyum yang mengembang lalu memeluk Panji dengan sangat erat. "Terima kasih uncle, karena uncle sudah mengembalikan mainan Kenzie," kata Kenzie dengan polosnya, dan menggunakan bahasa Inggris yang lancar. Kenzo hanya melihat tanpa ingin mendekat ada rasa kesal di hatinya saat melihat Kenzie begitu dekat dengan orang yang belum ia kenal, dan sempat membuat Mommy ketakutan. Entah karena ikatan batin antara Kenzie dan Panji hingga ia enggan untuk melepaskan Panji pergi. Hingga Kenzie harus menangis saat Kenzo melepaskannya dengan paksa pelukan
"Panggil Alina, sekarang juga!" Seru seorang wanita kepada salah seorang asisten rumah tangga yang dari tadi sedang sibuk mengepel lantai di ruang tamu.Mbok Sumi pun dengan patuh menuruti apa yang diperintahkan oleh sang majikan. Ia segera berjalan tergopoh-gopoh menuju ke arah dapur untuk memanggil Alina. Seorang gadis muda yang baru 1 bulan terakhir ini bekerja bersamanya menjadi pembantu rumah tangga."Lina....Lin kamu dimana?" Triak Mbok Sum setelah sampai di dapur dan tidak menemukan Lina yang tadi saat Ia tinggal sedang mencuci piring."Cucian piring masih banyak gini, tapi si Lina kemana? gumam Mbok Sum berbicara sendiri.Mbok Sumi menyusuri lorong menuju paviliun di belakang, paviliun yang di peruntukan untuk tempat tinggal para pekerja di rumah besar milik pasangan suami istri yang terkenal sangat kaya di kota. Dan benar saja dugaan Mbok Sum jika Alina berada di paviliun. "Tapi.....tunggu, kenapa dia menangis?" Mbok Sum segera menghampiri Alina yang sedang menangis dengan me
"Tunggu!""Mulai malam ini kamu tidurlah di kamar tamu! Saya tidak suka jika calon istri saya masih tidur di paviliun." kata Panji dengan suara datarnya.Maria segera mengantarkan Alina ke kamar tamu yang sudah ia sediakan sebelumnya."Istirahatlah di sini dan persiapkan dirimu, besok adalah hari pernikahanmu!" kata Maria sambil berlalu meninggalkan Alina."Tu-tunggu Nyonya," lirih Alina pelan tapi masih terdengar jelas oleh Maria.Maria yang hendak melangkah segera menghentikan langkahnya, karena Alina memanggilnya. Ia segera berbalik dan tersenyum menatap Alina yang berjalan mendekat."Ada apa?""Maaf Nyonya, ke-kenapa Nyonya meminta Tuan menikahi saya? tanya Alina dengan suara yang lembut dan sangat hati hati.Maria tersenyum mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Alina. Ia tau jika Alina pasti akan bertanya mengenai hal ini. Dengan memegang kedua pundak Alina dengan erat tapi tidak menyakiti."Maafkan saya ya Alina, karena saya telah menyeret kamu masuk ke dalam lingkaran mas
"Dengan siapa aku akan tinggal di sini Mbok?" tanya Alina."Kamu akan tinggal di sini bersama seorang asisten rumah tangga yang akan membantumu setiap hari,''"Sekarang aku harus pulang dulu, karena Nyonya besar akan pulang dari hongkong bersama Tuan Besar. Mereka pasti akan marah jika aku tak ada di rumah dan menyambut mereka," kata Mbok Sum pamit dan meninggalkan Alina di apartemen bersama satu satpam dan satu asisten rumah tangga.Mbok Sumi dan Mang Jono pun kembali ke rumah Tuan Panji. Karena misi mereka berhasil telah menyembunyikan Alina dari Nyonya Lisa dan Tuan Aroon. Sebenarnya Nyonya Lisa sudah tidak suka dengan Nyonya Maria karena dulu pernah beberapa kali melihat jika sang menantu sedang berjalan mesra dengan seorang pria. Saat itu Nyonya Lisa akan melabrak sang menantu akan tetapi Tuan Aroon menghentikannya dan mengajaknya pulang. Sampai pada saat ini Nyonya Lisa selalu menjaga jarak dengan menantunya.Satu jam kemudian Mbok Sumi dan Mang Jono tiba di kediaman Tuan Panji
"Tap-tapi Tuan, " kata Alina masih ragu.Tanpa menjawab, Panji nampak menghubungi seseorang untuk memesan tiket pesawat menuju Surabaya. Ia memesan tiket pesawat VIP, untuk berangkat satu jam kemudian.Bersiaplah dari sekarang karena pesawat akan berangkat jam 8 pagi. Karena nanti malam kita harus sudah kembali ke sini lagi.Kata Panji sambil menyeruput kembali kopi buatan Alina yang sudah dingin tinggal setengah.Alina masuk ke dalam kamar hanya tinggal mengganti pakaian saja dan mengambil sebuah tas kecil yang harganya pun tidaklah mahal. Dengan mengenakan celana jeans berwarna Navy dan kemeja berlengan pendek berwarna hitam Alina pun mematutkan diri di depan cermin besar yang terdapat di dalam kamarnya tinggi cermin itu secara setara dengan tinggi badannya. Setelah selesai Ia pun keluar kamar dan menghampiri Panji yang sedang sibuk menelpon ia berdiri dengan jarak 1 m dari arah Panji yang berdiri di jendela dan menghadap ke taman belakang apartemen."Aku pasti tidak akan lama sayan
"Apa kamu tidak mau membuat ibumu senang dalam keadaannya yang sakit?" tanya Panji pada Alina yang terdiam."Tapi tidak seperti ini caranya Tuan, apalah artinya jika sekarang ibu saya bahagia setelah saya akan menikah dengan tuan, akan tetapi suatu saat beliau akan tau jika semua ini adalah sebuah kebohongan yang akan terungkap nantinya!" kata Alina dengan suara yang bergetar dan airmata yang mengalir deras membasahi wajahnya yang putih mulus.Alina tergugu membayangkan jika suatu hari nanti ibunya akan tau jika ia menjual rahimnya untuk sang majikan, apakah ibunya tidak akan merasa kecewa dengannya? Alina sangat terkejut saat Panji berusaha menarik tubuhnya ke dalam pelukanya untuk menenangkannya. Ia mencoba berontak akan tetapi ia tidak bisa melepaskan pelukan Panji sangat erat hingga ia pasrah dan menangis dalam pelukan pria yang masih berstatus majikannya.EheeemTerdengar deheman dari seorang pria yang ternyata adalah paman Asep. ''Kalian baik baik saja?" tanya Paman Asep khawati
"Tap-tapi Tuan, " kata Alina masih ragu.Tanpa menjawab, Panji nampak menghubungi seseorang untuk memesan tiket pesawat menuju Surabaya. Ia memesan tiket pesawat VIP, untuk berangkat satu jam kemudian.Bersiaplah dari sekarang karena pesawat akan berangkat jam 8 pagi. Karena nanti malam kita harus sudah kembali ke sini lagi.Kata Panji sambil menyeruput kembali kopi buatan Alina yang sudah dingin tinggal setengah.Alina masuk ke dalam kamar hanya tinggal mengganti pakaian saja dan mengambil sebuah tas kecil yang harganya pun tidaklah mahal. Dengan mengenakan celana jeans berwarna Navy dan kemeja berlengan pendek berwarna hitam Alina pun mematutkan diri di depan cermin besar yang terdapat di dalam kamarnya tinggi cermin itu secara setara dengan tinggi badannya. Setelah selesai Ia pun keluar kamar dan menghampiri Panji yang sedang sibuk menelpon ia berdiri dengan jarak 1 m dari arah Panji yang berdiri di jendela dan menghadap ke taman belakang apartemen."Aku pasti tidak akan lama say