Share

Bab 6

Author: Author Tinta Ireng
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Tap-tapi Tuan, " kata Alina masih ragu.

Tanpa menjawab, Panji nampak menghubungi seseorang untuk memesan tiket pesawat menuju Surabaya. Ia memesan tiket pesawat VIP, untuk berangkat satu jam kemudian.

Bersiaplah dari sekarang karena pesawat akan berangkat jam 8 pagi. Karena nanti malam kita harus sudah kembali ke sini lagi.

Kata Panji sambil menyeruput kembali kopi buatan Alina yang sudah dingin tinggal setengah.

Alina masuk ke dalam kamar hanya tinggal mengganti pakaian saja dan mengambil sebuah tas kecil yang harganya pun tidaklah mahal. Dengan mengenakan celana jeans berwarna Navy dan kemeja berlengan pendek berwarna hitam Alina pun mematutkan diri di depan cermin besar yang terdapat di dalam kamarnya tinggi cermin itu secara setara dengan tinggi badannya. Setelah selesai Ia pun keluar kamar dan menghampiri Panji yang sedang sibuk menelpon ia berdiri dengan jarak 1 m dari arah Panji yang berdiri di jendela dan menghadap ke taman belakang apartemen.

"Aku pasti tidak akan lama sayang, sore nanti aku juga akan pulang karena kita ada acara makan malam bersama Mama dan Papa," kata Panji kemudian memutar tubuhnya ke arah Alina berdiri.

"Sayang, sudah dulu ya aku sudah harus berangkat sekarang karena pesawat berangkat jam 8," kata Panji kemudian menutup sambungan telepon.

"Sudah selesai?" tanya Panji pada Alina berdiri sambil tersenyum.

"Sudah Tuan, mari berangkat," kata Alina sambil terus tersenyum dan terlihat sangat manis bagi penglihatan Panji.

Keduanya lalu berangkat dengan menggunakan mobil milik Panji dan tanpa diantar oleh sopir. Alina yang merasa canggung karena duduk di samping Panji, tidak berani mengatakan sepatah kata pun. Kedua tangannya saling bertautan ada perasaan lain dalam diri Alina saat duduk berdekatan dengan Panji bukan sekedar perasaan antara majikan dan pembantu, akan tetapi perasaan yang sulit untuk diartikan dan diungkapkan. Ia merasa sangat gugup jantungnya pun berdetak lebih cepat dari biasanya keringat dingin sudah mulai membasahi keningnya dan saat Panji berbicara pun dia terlihat sangat kaget.

"Kamu ini kenapa? Dari tadi keliatan gelisah?" tanya Panji saat melirik Alina yang menampakkan raut wajah tegang.

"Sa-saya tidak apa-apa Tuan," jawab Alina sambil tersenyum sangat manis dan menggemaskan.

"Boleh saya bertanya sesuatu, Alina?" tanya Panji ragu.

"Bo-boleh Tuan, silakan mau tanya apa?" jawab Alina.

"Karena saya butuh uang untuk biaya operasi ibu saya Tuan, karena ibu saya adalah nyawa saya, orang tua terakhir saya setelah kepergian Ayah saya," kata Alina lembut.

Di kediaman kusuma, Maria yang sedang berada di dalam kamar sangat terkejut ketika Lisa tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu.

"Mama, ada apa Mama sampai mau masuk ke dalam kamarku tanpa mengetuk pintu?" tanya Alina lembut.

"Apakah aku harus meminta ijin dahulu padamu saat akan memasuki kamar di dalam rumahku sendiri?" tanya Lisa sarkas dan menatap sang menantu dengan tajam.

Dengan tersenyum Maria menghampiri Lisa dan bergelayut manja di lengan Lisa akan tetapi bisa menghempaskannya begitu saja ia tidak ingin disentuh oleh menantu yang sudah menghianati anak semata wayangnya.

"DI mana Panji?" tanya Lisa.

"Panji sekarang lagi ada meeting di luar kota, Ma" kata Maria yang mencoba sabar tapi dalam hatinya dia mengumpat.

Lisa pun keluar dari kamar Maria dan turun menghampiri Aroon yang sudah duduk di meja makan karena makan siang.

"Pa, Panji keluar kota ada meeting mendadak Tadi berangkat jam 08.00," kata Lisa pada suaminya.

"Sudahlah Ma, lebih baik Mama jangan terlalu khawatir dengan Panji. Dia sudah dewasa Ma."

Lisa hanya diam saja dan tidak menanggapi apa yang di katakan oleh Aroon. Ia justru memanggil Mbok Sumi yang sedang sibuk di dapur.

"Mbok.... Mbok Sumi.....," Seru Lisa sambil berjalan ke arah dapur.

Mbak Sumi yang mendengar jika dirinya dipanggil oleh nyonya besar segera berjalan menghampirinya dengan tergopoh-gopoh.

"Iya Nyonya, ada apa Nyonya memanggil saya.

"Mbok Sumi, selama saya pergi apakah ada masalah yang saya tidak tahu? tanya Lisa dengan lembut.

"Ti- tidak ada Nyonya, semuanya baik baik baik saja selama Nyonya pergi.

"Mbok, Mbok jangan takut jika harus bercerita dengan saya, apakah ada yang mengancam Mbok?"

Saat Mbok Sumi akan menjawab pertanyaan Nyonya Lisa, pandangannya tertuju pada Maria yang sedang mengepalkan tangan ke arahnya. Itu adalah ultimatum agar Mbok sumi tidak menceritakan pada siapapun tentang masalah yang ada.

Mbok sumi dengan susah payah menelan salivanya, lalu menatap kembali pada Lisa yang menunggu jawabannya.

"Tidak Nyonya," jawab Mbok Sumi dengan tersenyum dan menampilkan raut wajah yang tidak panik.

"Syukurlah jika tidak ada masalah apapun, kata Lisa dengan tersenyum.

"Kalau begitu saya kembali ke dapur ya Nyonya, "pamit Mbok

*****

Di Bandara Panji dan Alina baru saja tiba. Panji langsung melangkah dan menarik lengan Alina sedikit kasar hingga membuatnya mengaduh.

"Tuan, sa-sakit tangan saya," kata alina sambil mencoba menhentakan lengan Panji.

Saat tersadar Panji pun minta maaf karena tidak sengaja menyakiti Alina yang. "Maafkan saya, jika sudah menyakitimu." kata Panji merasa bersalah dan melihat raut wajah Alina berubah sendu.

Alina menghentikan langkahnya saat Panji sudah menaiki pesawat. Ia merasa takut karena ini adalah pertamanya ia naik pesawat.

Panji yang menyadari jika Alina tidak berada di belakangnya Ia pun menoleh ke belakang dan memang ternyata Alina berhenti di bawah pesawat. "Sedang apa dia di sana?" gumam Panji

Panji pun turun kembali lalu ia menggandeng tangan Alina dan mengelus lembut punggungnya seolah memberi kekuatan seakan Panji mengetahui jika Alina sedang ketakutan jika naik pesawat.

"Tuan, tolong jangan tinggalkan saya. Saya takut naik pesawat," kata Alina memohon pada Panji saat Panji bangun dari duduknya dan ingin ke toilet.

"Saya hanya ingin buang air kecil, kamu tenang saja jangan takut."

Di belakang kursi Panji dan Alina ada dua orang kepercayaan Panji yang selama ini sudah Setia dan salah satu dari mereka adalah aspri. Keduanya mengawasi Alina selama Panji berada di toilet.

Tidak lama kemudian Panji sudah selesai melakukan ritual di kamar mandi toilet pesawat. Dan setelah duduk kembali

10 menit kemudian pesawat pun Take off

Take off adalah istilah penerbangan yang berarti “lepas landas” atau “terbang”. Saat take off, seluruh penumpang, termasuk para cabin crew harus duduk di kursi masing-masing dengan sabuk pengaman terpasang.

Pada saat pesawat mulai Take off sedikit terjadi gunjangan pada pesawat itu dan membuat Alina merasa sangat ketakutan, dan tanpa sadar ia mencengkeram punggung tangan Panji hingga kuku kuku panjangnya menancap di kulit mulus putihnya.

Panji pun membalas cengkeraman tangan Alina dengan erat tanpa menyakiti. Ia hanya memberikan sedikit kenyamanan buat Alina.

Di rumah sakit keadaan Bu Nina sudah jauh lebih baik dia sudah sadar dari pasca operasi, jantungnya sudah lebih baik dari sebelumnya waktu belum dioperasi, nafasnya juga sudah tidak sesak lagi. Pandangannya memindai setiap sudut ruangan. Ruangan yang warna chatnya berwarna putih. Ia tidak melihat siapapun di ruangan, hanya ada seorang pria yang sangat ia kenal sedang tertidur pulas di samping tempat tidurnya.

Tangan kanannya terangkat dan mendarat di puncak kepala pria itu hingga membuatnya terbangun.

"Nina, kamu sudah sadar? A-apa yang kamu rasakan sekarang, katakanlah! Aku akan panggil dokter untuk memeriksamu." Kata Pak asep yang terus melangkah tanpa menunggu jawaban dari Bu Nina.

Beberapa menit kemudian Pak Asep datang bersama seorang dokter yang sejak kemarin sudah merawat bu Nina dengan baik.

"Bagaimana keadaannya pasca operasi Dok?" tanya Pak Asep.

''Keadaannya jauh lebih baik dan sekarang tinggal masa pemulihan saja." kata dokter muda itu sambil tersenyum.

"Mas, siapa yang sudah membiayai biaya operasiku?" tanya Bu Nina.

"Ooh, itu kemarin tiba tiba ada orang yang baik datang ke sini, yang kebetulan saudaranya juga sedang di rawat. Pas aku sedang kebingungan dia dengan baik hati mau menjamin biaya operasi dan perawatanmu juga." kata pak Asep menjelaskan.

"Hmm, siapa ya orang baik itu?" gumam bu Nina.

Saat sedang sibuk memikirkan siapa orang baik yang sudah menanggung biaya operasi dan perawatannya Nina di kejutkan dengan adanya suara putri semata wayangnya yang mengucapkan salam.

"Assalamualaikum...."

"Wa'alaikum salam."

"Alina, i-ini beneran kamu yang datang Al?" tanya Bu Nina.

''Iya Bu, ini beneran aku," kata Alina yang kemudian mencium punggung tangan ibunya dan memeluknya.

Terlihat ada air mata yang mengalir dari ujung netra ibunya. Alina menghapus air mata itu yang mengalir membasahi pipi ibunya dengan lembut. Ia pun tidak lupa untuk mengenalkan Panji yang datang bersamanya sebagai majikannya, akan tetapi saat ia akan mengucapkan Panji adalah majikannya. Panji sudah mengatakan hal yang membuat Alina melotot dan tidak menyangka.

"Bu, ini kenalin namanya Tuan Panji dia adalah....."

"Saya Panji calon suaminya Alina," kata Panji lalu mencium punggung tangan Nina dengan sopan.

Alina tak menyangka jika Tuan Panji akan mengatakan hal itu pada ibunya dalam keadaan ibunya yang baru saja melewati masa kritis setelah pasca operasi. Alina yakin jika jantung ibunya belum sangat kuat.

"Kenapa Tuan Panji berkata seperti itu?" gumam Alina.

"Bu, tunggu sebentar ya. Alina mau bicara berdua dulu sebentar sama Tuan Panji." kata Alina sambil menarik tangan Panji untuk mengikutinya keluar ruangan.

"Tuan kenapa berkata seperti itu?" tanya Alina

"Berkata apa?" jawab Panji.

"Kenapa Tuan bilang, kalau Tuan adalah calon suami saya? Kenapa harus mengatakannya?"

Saya takut, Ibu saya akan salah paham jika Tuan mengatakan bahwa Tuan adalah calon suami saya.

"Tapi memang benar kan, saya ini calon suamimu," jawab Panji santai

"Calon suami contrak Tuan!" Kata Alina membenarkan ucapan Panji.

Panji menatap Alina dengan tajam dan menatap tepat pada netra coklatnya.

Baru kali ini ada wanita yang berani memarahinya bahkan Maria saja tidak berani. Tahapan keduanya saling mengunci. Panji berfikir selama ini Alina adalah gadis yang lemah lembut tapi dia ternyata adalah gadis yang sangat bar bar.

"Apa kamu tidak mau membuat ibumu senang dalam keadaannya yang sakit?" tanya Panji

Related chapters

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 7

    "Apa yang ingin kau katakan?" tanya Alina bingung."Maaf Nyonya, saya tidak bisa memberitahukan." kata satpam yang bernama Agung itu.Alina hanya bisa menghela nafas panjang, apa yang di katakan oleh pak satpam rumahnya sedikit mengganggu fikiranya."Pak agung ini bisa saja membuat saya jadi kepikiran," celetuk Alina kemudian."Maaf bu saya tidak bisa memberitahu, alangkah baiknya ibu nanti bisa tahu sendiri." kata agung lagi."Ada apa dengan nyonya Maria, kenapa aku harus berhati-hati dengannya? Bukankah selama ini nyonya Maria itu adalah wanita yang sangat baik padaku. Dan dia adalah wanita yang sangat lembut. Tuhan Panji saja sangat sayang dan mencintainya. Bahkan kecantikannya di atas rata-rata.Setelah makan malam selesai pak agung kembali ke depan pintu apartemen untuk berjaga di sana bersama rekannya. Dan Tiwi di dalam rumah dia membersihkan sisa makan malam bersama nyonya kecil dan segera mencuci piring.Alina sendiri langsung masuk ke dalam kamar iya ingin istirahat. Karena

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 8

    "Panji juga sekarang sedang bersenang-senang dengan istri barunya. Mama dan papa juga sedang pergi ke luar negeri. Kalau aku tidak ke sini ngapain aku di rumah sendiri kan sangat membosankan?" Kata Maria"Pintar sekali Kamu honey," pintar memanfaatkan keadaan kata Riko sambil mengecup bibir merah milik wanita itu. Lambat laun ciuman mereka semakin liar dan semakin panas.Keduanya bercinta dan menghabiskan malam hingga pagi menjelang. Hingga Maria sangat terkejut ketika banyaknya panggilan video call dari Panji."Ada apa Panji menghubungiku? Apakah malam ini mereka berdua tidak bersenang-senang? gumam Maria lirih.Maria lebih terkejut lagi saat membaca chat dari Panji isi chat itu mengatakan bahwa semalam Panji pulang ke rumah dan tidak menemukan Maria di rumah dan Panji menanyakan di mana sekarang Maria berada."Sayang mampus gue, panji semalam tidak tidur di apartemen Alina tapi dia pulang ke rumah! ada apa dengan pria itu?" Celoteh Maria yang langsung turun dari ranjang dan bergegas

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 9

    Setelah Maria sudah selesai dengan perawatannya Dia segera meninggalkan salon kecantikan itu untuk pergi ke butik langganannya. Kebetulan butik itu tidak jauh dari tempat Maria menjalani perawatan kecantikan, hanya berjarak sekitar sepuluh meter dari salon.Maria masuk ke dalam butik dan mulai memilih pakaian apa yang pas dan cocok dikenakan oleh Alina. Hingga kedua matanya tertuju pada sebuah gaun dengan model off shoulder dengan bagian lengan menggantung dan berwarna green mint. Ia pun tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi.Setelah mendapatkan gaun dan high heels buat Alina kenakan Maria segera berjalan ke kasir untuk melakukan pembayaran. Beberapa menit kemudian setelah selesai melakukan pembayaran Maria kembali ke salon dan menyerahkan paper bag pada pelayan agar diserahkan pada Alina saat ia sudah selesai perawatan dan segera berganti pakaian.Masih ada waktu sekitar tiga puluh menit Maria menunggu Alina. Ia menyempatkan diri untuk menghubungi Riko, dan memberi

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 10

    "Shit!" Umpat Panji kemudian melangkah menuju pintu dan ingin memaki siapapun yang berada di depan pintu."Tiwi, ada apa?" tanya Panji datar."Maaf, Tuan. Di luar ada tamu yang ingin bertemu," kata Tiwi sambil menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap raut wajah Panji yang menahan amarah."Katakan padanya tunggu sebentar," kata Panji langsung berbalik dan menutup pintu masuk ke dalam kamar dimana Alina sedang gelisah di dalam.Alina menatap Panji yang sedang berjalan ke arahnya, jantungnya kembali berdetak dan menari-nari di dalam dadanya. Ia mulai gugup kembali saat tangan kekar Panji mulai memberikan sentuhan lembut di kulit wajahnya yang mulus lalu mendaratkan sebuah kecupan singkat. Alina masih belum bisa menguasai keadaannya, ia masih diam terpaku melihat Panji perlahan melepaskan ciumannya lalu membisikkan sebuah kalimat. "Tunggu di sini, dan jangan tidur dulu! Karena saat aku kembali nanti kita akan memulainya lagi dari awal. Sekarang aku akan pergi dulu, ada urusan yang m

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 11

    Panji gelisah, ia mondar-mandir menunggu Alina pulang. Akan tetapi jam dinding sudah menunjukkan pukul 22.30 tapi Alina tak kunjung pulang.Panji akan menghubungi Tiwi akan tetapi, handphone milik handphone milik Tiwi tertinggal di meja dapur.Saat Panji hendak ingin menyusul Alina yang sedang belanja di supermarket, ia sudah bersiap dengan berganti pakaian. Saat ia keluar kamar ternyata Alina dan Tiwi sudah masuk ke dalam apartemen dan tanpa Panji sadari terbitlah senyum di wajahnya. Rasa kekhawatirannya berangsur-angsur menghilang saat melihat Alina baik-baik saja.Alina tersenyum melihat Panji yang sudah rapi, ia menghampirinya dan bertanya, "Tuan Panji mau ke mana sudah malam," tanya Alina lembut."Aah....tidak..... Saya tidak mau ke mana-mana." kata Panji kemudian sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal."Apakah Tuan sudah makan?" tanya Alina lagi.Panji tersenyum hatinya merasa hangat, ia merasa senang karena Alina memperhatikannya. Ia pun kemudian menggelengkan kepalanya tand

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 12

    "Buka pintunya sayang!" kata Panji yang membuat Alina terkejut.DeeegggAlina bingung ya harus bagaimana, ketika Panji mengetuk pintu dan meminta masuk. "Maaf tuan saya tidak membawa handuk,"kata Alina pelan tapi masih bisa didengar oleh Panji.Panji tersenyum di depan pintu, "Aku hanya ingin mengantarkan handuk ini untukmu," kata Panji yang kemudian mengulurkan tangannya saat pintu kamar mandi terbuka sedikit."Terima kasih Tuan," kata Alina merasa malu."Aku hanya takut terjadi sesuatu padamu," karena kamu begitu lama sekali berada di dalam kamar mandi."Maaf Tuan kalau saya lama di kamar mandi, karena saya bingung bagaimana caranya minta tolong pada Tuan. Karena saya malu."jawab Alina sambil menundukkan kepalanya.Panji yang melihat Alina berjalan sedikit berseok-seok dia lalu mendekati gadis itu, dan menanyakan bagaimana keadaannya apakah masih sakit di bagian intinya atau sudah lebih baik."Saya sudah lebih

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 13

    Panji telah tiba di kantor sejak satu jam yang lalu. Akan tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan dua larva yang sejak pagi sudah menghubunginya untuk secepatnya datang ke kantor. Tapi ternyata mereka berdua belum berada di dalam kantor."Huft... Ke mana sih mereka sudah jam 09.00 pagi tidak ada di kantor?" gerutu Panji sambil melangkah ke arah jendela, dan matanya menatap lurus pada bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan kokoh.Tok tok tokTerdengar suara ketukan pintu di depan ruang kerjanya Panji. Pria itu segera menoleh ke arah pintu dan di sana telah berdiri kedua larva yang telah lama ia tunggu sejak tadi. Panji berjalan lalu duduk di sebuah kursi sofa yang empuk yang berada di dalam ruangan kantornya lalu menyuruh kedua larva itu untuk duduk dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi tentang kebakaran semalam."Bagaimana hasil penyelidikannya? Apakah sudah ada titik terang atau bukti yang mengarah pada mereka?" ta

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 14

    Braakk"Apa yang terjadi?" Tanya Lisa panik saat mengetahui mobil mereka ditabrak oleh kendaraan di belakangnya."Tenang dulu Ma, Mama jangan panik. Biar mereka yang mengatasi, Mama tunggu saja di dalam mobil!" Kata Arun mengelus punggung Lisa agar ia menjadi lebih tenang.Duo larva turun lebih dulu untuk mengecek apa yang terjadi, ternyata seorang pengendara motor telah terkapar di belakang mobilnya. Mungkin karena pengendara itu mengantuk atau karena apa, yang jelas pengendara motor itu yang salah. Rama kemudian mengetuk pintu kaca mobil Panji dan memberitahukan apa yang terjadi.Panji pun mengangguk dan ia menyerahkan semuanya kepada kedua orang kepercayaannya itu. Kemudian Panji melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah bersama kedua orang tuanya yang di mana Maria sudah menunggu lama.Rama dan Dion kemudian membawa korban ke rumah sakit dan ternyata benar jika korban dalam keadaan mabuk. Dia mengendarai motor sambil mabuk entah apa yang terjadi dengannya. Setelah Rama menga

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 71

    Panji tidak menceritakan perjuangannya selama ini untuk mencari Alina. Ia lebih memilih menguburnya rapat-rapat. Ia pun berencana ingin menemui Nina, dan menyampaikan pesan dari mamanya. Panji berpamitan pada Alina dan Marcel dengan membawa Jacob yang dibekuk oleh Dion. Saat ia melangkah dan ingin meninggalkan ruangan itu terdengar teriakan dari salah seorang anak kembar yang memanggilnya uncle. "Uncle...," Kenzie berlari ke arah Panji dengan senyum yang mengembang lalu memeluk Panji dengan sangat erat. "Terima kasih uncle, karena uncle sudah mengembalikan mainan Kenzie," kata Kenzie dengan polosnya, dan menggunakan bahasa Inggris yang lancar. Kenzo hanya melihat tanpa ingin mendekat ada rasa kesal di hatinya saat melihat Kenzie begitu dekat dengan orang yang belum ia kenal, dan sempat membuat Mommy ketakutan. Entah karena ikatan batin antara Kenzie dan Panji hingga ia enggan untuk melepaskan Panji pergi. Hingga Kenzie harus menangis saat Kenzo melepaskannya dengan paksa pelukan

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 70

    Teriakan Alina berhasil membuat Dion berhenti menghajar Jacob. Dengan tatapan mata yang tajam Dion menetap Jacob yang sudah bersimbah darah. Darah mengalir dari sudut bibirnya yang pecah dan beberapa giginya ada yang patah. Nafas Alina memburu jantungnya pun seakan berhenti berdetak. Beruntung Max langsung mengamankan si kembar dan membawanya masuk ke dalam kamar sehingga tidak melihat adegan kekerasan yang baru saja terpampang di hadapan Alina. "Jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Panji pada Dion dan menatapnya tajam. "Cukup!" Alina kembali berteriak, karena jika dia berkata pun mungkin tidak akan ada yang mendengarnya jadi terpaksa Alina berteriak. Panji menatap Alina, yang tengah mengatur nafas terlihat dari dadanya yang naik turun. "Apakah masalah ini tidak bisa dibicarakan baik-baik Tuan Panji Kusuma Wijaya?" tanya Alina lirih dan memanggil nama lengkap Panji. "Pasti Tuan bertanya-tanya, kenapa saya bisa berada di Amerika? Kenapa saya bisa menikah dengan Tuan Marce

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 69

    Perasaan yang Panji rasakan campur aduk, bahkan ia kehilangan kata-kata hanya untuk sekedar berkata maaf. "Tu-Tuan...," "Ka-kamu...," Ucap Panji dan Alina terbata dan bersamaan. "Kamu saja lebih dulu yang berbicara!" kata Panji. "Tuan saja silakan lebih dulu berbicara, saya akan mendengarkan!" sahut Alina dengan lembut. Marcel yang mengerti dengan keadaan saat ini ia memilih keluar dan memberikan waktu untuk Alina dan Panji berbicara berdua. "Sayang..., Lebih baik aku keluar dulu ya ajak anak-anak kamu dan dia ngobrol aja dulu," kata Marcel dan kemudian bangun dari duduknya lalu menghampiri si kembar untuk mengajaknya keluar ruangan. Akan tetapi Alina menggeleng kuat dan menahan Marcel untuk tidak meninggalkannya. Alina merasa takut bayang-bayang masa lalu yang dilakukan Panji terhadapnya saat Panji hampir saja menghilangkan nyawanya dengan mencekik nya, waktu itu menari-nari di pelupuk matanya. Apalagi saat membayangkan kemarahan Panji saat melempar hasil tes DNA ke waj

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 68

    Panji tidak bisa mengenali pria yang bersama Alina karena sosok pria tersebut berdiri memunggunginya. Dadanya terasa sesak saat mendengar si kembar memanggil pria itu dengan sebutan Deddy. Terlihat begitu sangat bahagia Alina bersama pria itu bahkan si kembar menganggap pria itu adalah ayahnya.Panji meraba dadanya yang terasa sakit dan berdenyut, iya sedikit limbung beruntung Dion menopang tubuhnya."Boos..., kau tidak apa-apa?" tanya Dion khawatir.Airmata Panji mengalir tanpa permisi pandangannya menatap lurus pada punggung yang semakin menjauh. Di genggaman tangannya ia meremas salah satu mainan miniatur milik dua puncak kembar tadi yang terjatuh tidak sengaja saat berlari keluar lift."Tuan Panji, anda tidak apa-apa? tanya Mr lee yang datang menyusul karena Panji tidak kunjung datang memenuhi panggilannya dan ia terkejut saat melihat Panji sedang bersimpuh di lantai dengan keadaan yang sedikit kacau.Panji yang ia kenal adalah panji yang mempunyai sikap tegas kejam pada siapapun

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 67

    Panji dan Dion telah tiba di bandara setelah melewati perjalanan yang cukup panjang 18 jam perjalanan dengan menggunakan jet pribadi milik Panji. Kali ini ia berjanji dalam hatinya akan membawa Alina dan anak-anaknya pulang bagaimanapun caranya.Akan tetapi Panji heran, "Kenapa Alina bisa berada dan tinggal di Amerika? Dia tinggal bersama siapa?" gumam Panji lirih. Ia harus mencari tau.Panji dan Dion langsung diantar oleh Alex menuju apartemen untuk beristirahat sejenak, karena nanti malam ketiganya akan menghadiri acara pesta anniversary rekan bisnis yang mengundang Panji beserta Dion. Sedangkan Alex tentu saja Ia mendapatkan undangan secara khusus karena iya adalah salah satu orang yang sudah memperkenalkan Panji dengan salah satu orang berpengaruh di Amerika."Sebaiknya kalian istirahat dulu," Alex menepuk pundak Panji dan tersenyum lalu berpamitan meninggalkan Panji dan Dion.Panji melangkah lebih dulu memasuki kamar yang terlihat mewah di ap

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 66

    Lima tahun kemudian  di Boston Amerika. Seorang pria dewasa tengah bermain dengan dua bocah laki-laki kembar yang salah satunya mirip dengan Sang Mama mempunyai sifat yang lebih lembut, hangat, dan ceria. Sedangkan sang kakak mempunyai sikap yang lebih dingin cenderung cuek dan tidak peduli menjadi pribadi yang tertutup adalah cerminan dari sang Papa.Ya, si kembar Kenzo dan Kenzie sudah tumbuh besar dan usianya saat ini menginjak lima tahun lebih. Mereka sedang bermain di taman ditemani oleh Marcel. Satu-satunya pria yang dianggap oleh si kembar adalah papanya. Marcel sangat tulus menyayangi si kembar, yang menganggap mereka seperti anak kandungnya sendiri. Kasih sayangnya murni dari hati tidak ada sedikitpun unsur pemaksaan saat meminta Alina, lima tahun yang lalu untuk menikah dengannya.Marcel hanya berniat untuk menolong Alina dan kedua bayinya waktu itu. Dan pernikahan mereka dari dulu hingga sekarang belum pernah sekalipun untuk keduanya melakukan hubungan s

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 65

    Setelah Marcel mengamankan Nina dan si kembar ia bergegas akan menyelamatkan Alina. Ia menyayangkan mengapa Alina yang harus menjadi korban penyekapan ini. Tujuannya hanya satu agar ia datang untuk menyelamatkan Alina.Marcel pun beruntung karena telah memasang alat pelacak yang ia pasang di jam tangan milik Alina. Sehingga membuat Marcel lebih gampang untuk menemukan di mana keberadaan Alina.Marcel terpaksa membawa Nina dan si kembar ke mansion, karena di sana akan lebih aman."Kita berada di mana ini Nak, Marcel?" tanya Nina saat berada di bangunan megah."Bu, Ibu tinggal di sini dulu ya sementara waktu, hingga semuanya aman dan aku bisa menyelamatkan Alina!" ucap Marcel pada Nina."Nak, Nak Marcel...,"  Nina menghentikan langkah Marcel yang hendak melangkah.Dengan menatap sendu Nina berkata pada Marcel dengan memohon. "Selamatkan Alina Nak Marcel!" pinta Nina sambil menggenggam erat tangan Marcel.Marcell pun tersen

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 64

    Bayi kembar yang usianya baru tiga bulan kurang itu menangis dengan sangat kencang.Anehnya saat Marcel mendekati si kembar mereka langsung saja anteng saat digendong oleh Marcel, membuat Alina menatapnya dengan haru.Andai saja yang menggendong si kembar saat ini adalah ayahnya, mungkin Alina akan sangat bahagia saat sosok pria yang sedang menggendong si kembar adalah suaminya sendiri yaitu Panji. Tak terasa bulir bening mengalir di ujung netra Alina.Nina yang menyadari kesedihan Alina kemudian menghampiri dan memeluknya. Memberikan kekuatan dan menyalurkan energi positif."Apakah kamu tidak mau melihat anak-anakmu bahagia?" tanya Nina tiba-tiba, membuat Alina terkejut atas pertanyaan yang diberikan oleh ibunya."Al..., anak-anakmu butuh sosok seorang ayah. Menikahlah dengan Marcel!" pinta Nina pada Alina untuk mempertimbangkan kebahagiaan si kembar."Tapi Bu, aku dan Mas Panji belum resmi bercerai," kata Alina"Panji

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 63

    Awalnya Marcel itu ragu untuk menolong kedua wanita yang berbeda usia itu, namun hati nuraninya mengatakan hal yang berbeda. Hatinya berkata untuk menolong kedua wanita itu dan melihat bayi kembar yang berada dalam gendongan masing-masing wanita itu. Lalu Marcel mencoba menghubungi ambulans di rumah sakit terdekat.Menunggu beberapa menit kemudian ambulans pun datang dan beberapa perawat mengeksekusi korban masuk ke dalam mobil ambulans dan bayi kembar digendong oleh dua orang perawat wanita yang saat Marcel memesan ambulans Ia juga memesan dua perawat untuk membawa bayi kembar yang menangis dipelukan ibu dan neneknya.Setelah tiba di rumah sakit Marcel berjalan mondar-mandir tidak tenang dan di dalam hatinya berdoa agar dua wanita yang ia tabrak itu selamat.Satu jam berlalu dokter yang menangani pasien keluar dari ruangan IGD dan menyampaikan jika keadaan pasien baik-baik saja hanya mengalami luka benturan di kepalanya.Marcell pun akhirnya bisa

DMCA.com Protection Status