Share

Bab 8

Author: Author Tinta Ireng
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Panji juga sekarang sedang bersenang-senang dengan istri barunya. Mama dan papa juga sedang pergi ke luar negeri. Kalau aku tidak ke sini ngapain aku di rumah sendiri kan sangat membosankan?" Kata Maria

"Pintar sekali Kamu honey," pintar memanfaatkan keadaan kata Riko sambil mengecup bibir merah milik wanita itu. Lambat laun ciuman mereka semakin liar dan semakin panas.

Keduanya bercinta dan menghabiskan malam hingga pagi menjelang. Hingga Maria sangat terkejut ketika banyaknya panggilan video call dari Panji.

"Ada apa Panji menghubungiku? Apakah malam ini mereka berdua tidak bersenang-senang? gumam Maria lirih.

Maria lebih terkejut lagi saat membaca chat dari Panji isi chat itu mengatakan bahwa semalam Panji pulang ke rumah dan tidak menemukan Maria di rumah dan Panji menanyakan di mana sekarang Maria berada.

"Sayang mampus gue, panji semalam tidak tidur di apartemen Alina tapi dia pulang ke rumah! ada apa dengan pria itu?" Celoteh Maria yang langsung turun dari ranjang dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia harus segera pulang saat ini juga.

Maria harus membuat alasan yang tepat untuk menjelaskan ke mana semalam ia pergi. Tanpa membangunkan Riko yang masih terlelap dalam tidurnya Maria bergegas keluar apartemen dan menuju ke parkiran ia segera pulang ke rumah.

Saat tiba di rumah ia langsung disambut oleh Panji yang sudah berdiri di depan pintu. Sebisa mungkin Maria bersikap biasa saja agar Panji tidak merasa curiga terhadapnya.

"Sayang kenapa kamu pulang? Bukannya malam ini kamu harusnya tidur bersama Alina?" tanya Maria berbasa basi.

Tanpa menjawab pertanyaan Maria Panji malah balik bertanya. "Kamu semalaman di mana, dan kamu kenapa nggak pulang?" tanya Panji memandang Maria tepat di manik matanya.

"A-aku, sepulang aku dari apartemen Alina aku ditelepon sama Amanda katanya dia kecelakaan makanya aku langsung segera ke rumah sakit dan aku menginap di rumah sakit,"jawab Maria terbata dan berharap jika Panji akan percaya dengan apa yang ia katakan.

"Kenapa kamu tidak mengabariku dan kenapa kamu tidak menjawab telepon dan video call? Aku kan khawatir sayang sama kamu, aku nggak mau terjadi apa-apa denganmu." kata Panji lagi.

Maria masuk ke dalam rumah sambil mencium bibir Panji sekilas ia langsung duduk di meja makan untuk menemani Panji sarapan.

"Sayang kenapa kamu pulang ke rumah?"tanya Maria lagi karena pertanyaannya yang tadi belum Panji jawab.

"Aku belum siap untuk menyentuhnya. Karena dia masih begitu polos dan belum tahu apapun. Aku masih memberikan waktu untuknya hingga ia siap." kata Panji.

Setelah sarapan Panji langsung berangkat ke kantor tapi sebelumnya ia berpesan pada Maria untuk membawa Alina pergi ke salon. Dan Maria dengan senang hati akan melakukannya untuk Alina. Dia akan mengajari Alina bagaimana caranya melayani suaminya saat di atas ranjang. Dia tersenyum penuh kemenangan.

Karena setelah Alina hamil Maria akan merencanakan kehamilan palsu untuknya. Untuk mengecoh mamah dan papa mertuanya di rumah. Niatnya sudah disetujui oleh Panji. Karena jika saat bayi yang akan dilahirkan Alina nanti akan diambil dan dia asuh dan menjadi anaknya kelak. Jadi Maria tidak akan repot-repot untuk berbohong apapun lagi untuk menutupi anak siapa yang dia bawa saat menjemput anak Alina. Dan jika saat itu tiba maka harta warisan yang sudah dijanjikan setelah Panji mempunyai anak akan segera diwariskan padanya dan itulah tujuan hidup Maria saat ini.

*****

Pagi harinya Maria telah tiba di apartemen, dan sebelumnya ia sudah memberitahukan Alina lewat telepon jika ia akan mengajak Alina untuk pergi ke salon, atas permintaan Panji.

Maria tersenyum bahagia melihat Alina yang sudah siap dan tidak menunggu lama lagi ia segera melaksanakan tugas yang diberikan oleh Panji untuk membawa Alina ke salon.

Sambil mengendarai mobil dengan kecepatan yang sedang Maria meminta Alina untuk mendengarkan setiap apa yang ia katakan. Dan Alina pun tanpa membantah mendengarkan dan menyetujui. Meskipun di dalam jantung Alina bercetak lebih cepat saat berada di dekat Panji.

"Kamu harus bisa melayani Tuan dengan baik! Jangan membuatnya kecewa apalagi menolak, karena Tuan Panji adalah tipe orang yang tidak suka dengan penolakan." kata Maria sambil mengemudikan mobilnya di jalanan yang masih terlihat lenggang dan Alina hanya bisa mengiyakan.

Alina terkagum-kagum saat mobil telah tiba di halaman salon kecantikan yang lumayan besar dan mewah. Iya tidak pernah membayangkan akan bisa masuk ke dalam salon kecantikan semewah ini. Mungkin saja gajinya tidak akan cukup buat membayar perawatan di salon mewah ini, Alina tersadar dari lamunannya ketika Maria mengajaknya masuk ke dalam salon.

"Ayo, kenapa kamu bengong?" Ucap Maria yang menyenggol lengan Alina.

"Ah....eh ....anu Nyonya," jawab Alina terbata.

"Selamat pagi Nyonya," sapa para karyawan yang berdiri di depan pintu dan membukakan pintu masuk untuk Maria dan Alina, dan dibalas oleh senyuman yang begitu manis dari Maria dan Alina yang melangkah masuk terus ke dalam menemui resepsionis.

"Buatlah secantik mungkin gadis ini dengan penampilan yang terbaik," kata kata Maria pada salah satu staf salon yang sudah mengerti apa keinginan dari pelanggannya.

"Baik Nyonya," jawab pelayan yang kemudian mempersilahkan Alina untuk masuk ke dalam salah satu ruangan yang ada di salon.

Maria pun melakukan hal yang sama masuk ke dalam salah satu ruangan yang berbeda dengan Alina. Ia juga sama melakukan perawatan karena sudah dua minggu yang lalu terakhir kali Maria melakukan perawatan di salon ini.

Waktu yang Maria dan Alina gunakan untuk menghabiskan perawatan di salon adalah hampir satu hari penuh, karena Maria meminta Alina di makeover dari ujung kaki hingga ke ujung rambut agar terlihat perfect saat bertemu dengan Panji dan menghabiskan malam pertama Alina setelah menjadi istri sah dari suaminya. Senyum bahagia terbit dari bibir Maria.

"Nyonya sejak dari tadi handphone anda berbunyi terus," kata seorang pelayan yang menyerahkan handphone Maria yang tertinggal di meja resepsionis.

"Terima kasih," ucap Maria sambil tersenyum. Pelayan itu pun membalasnya dengan menganggukan kepala lalu berjalan keluar ruangan dan kembali ke meja resepsionis.

Maria tersenyum saat melihat Panji yang menghubunginya sejak dua jam yang lalu. Karena terlihat banyaknya panggilan tak terjawab dari pria yang sekarang masih menyandang status sebagai suaminya.

Saat handphonenya berbunyi lagi Maria segera mengangkat panggilan itu.

"Hallo sayang,"

"Apakah kamu dan Alina sudah selesai?" tanya Panji dari seberang telepon.

"Aku sudah selesai Sayang, tapi mungkin Alina sebentar lagi. Mungkin sekitar dua jam lagi Alina selesai," Sahut Maria.

"Jangan lupa sayang, kamu harus sediakan pakaian terbaik untuk Alina." Kata Panji sebelum akhirnya ia menutup panggilan telepon tanpa menunggu jawaban dari Maria.

"Huft.... Kebiasaan pria itu, sering sekali mematikan sambungan telepon sebelum Aku menjawab." gerutu Maria kesal.

Related chapters

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 9

    Setelah Maria sudah selesai dengan perawatannya Dia segera meninggalkan salon kecantikan itu untuk pergi ke butik langganannya. Kebetulan butik itu tidak jauh dari tempat Maria menjalani perawatan kecantikan, hanya berjarak sekitar sepuluh meter dari salon.Maria masuk ke dalam butik dan mulai memilih pakaian apa yang pas dan cocok dikenakan oleh Alina. Hingga kedua matanya tertuju pada sebuah gaun dengan model off shoulder dengan bagian lengan menggantung dan berwarna green mint. Ia pun tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi.Setelah mendapatkan gaun dan high heels buat Alina kenakan Maria segera berjalan ke kasir untuk melakukan pembayaran. Beberapa menit kemudian setelah selesai melakukan pembayaran Maria kembali ke salon dan menyerahkan paper bag pada pelayan agar diserahkan pada Alina saat ia sudah selesai perawatan dan segera berganti pakaian.Masih ada waktu sekitar tiga puluh menit Maria menunggu Alina. Ia menyempatkan diri untuk menghubungi Riko, dan memberi

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 10

    "Shit!" Umpat Panji kemudian melangkah menuju pintu dan ingin memaki siapapun yang berada di depan pintu."Tiwi, ada apa?" tanya Panji datar."Maaf, Tuan. Di luar ada tamu yang ingin bertemu," kata Tiwi sambil menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap raut wajah Panji yang menahan amarah."Katakan padanya tunggu sebentar," kata Panji langsung berbalik dan menutup pintu masuk ke dalam kamar dimana Alina sedang gelisah di dalam.Alina menatap Panji yang sedang berjalan ke arahnya, jantungnya kembali berdetak dan menari-nari di dalam dadanya. Ia mulai gugup kembali saat tangan kekar Panji mulai memberikan sentuhan lembut di kulit wajahnya yang mulus lalu mendaratkan sebuah kecupan singkat. Alina masih belum bisa menguasai keadaannya, ia masih diam terpaku melihat Panji perlahan melepaskan ciumannya lalu membisikkan sebuah kalimat. "Tunggu di sini, dan jangan tidur dulu! Karena saat aku kembali nanti kita akan memulainya lagi dari awal. Sekarang aku akan pergi dulu, ada urusan yang m

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 11

    Panji gelisah, ia mondar-mandir menunggu Alina pulang. Akan tetapi jam dinding sudah menunjukkan pukul 22.30 tapi Alina tak kunjung pulang.Panji akan menghubungi Tiwi akan tetapi, handphone milik handphone milik Tiwi tertinggal di meja dapur.Saat Panji hendak ingin menyusul Alina yang sedang belanja di supermarket, ia sudah bersiap dengan berganti pakaian. Saat ia keluar kamar ternyata Alina dan Tiwi sudah masuk ke dalam apartemen dan tanpa Panji sadari terbitlah senyum di wajahnya. Rasa kekhawatirannya berangsur-angsur menghilang saat melihat Alina baik-baik saja.Alina tersenyum melihat Panji yang sudah rapi, ia menghampirinya dan bertanya, "Tuan Panji mau ke mana sudah malam," tanya Alina lembut."Aah....tidak..... Saya tidak mau ke mana-mana." kata Panji kemudian sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal."Apakah Tuan sudah makan?" tanya Alina lagi.Panji tersenyum hatinya merasa hangat, ia merasa senang karena Alina memperhatikannya. Ia pun kemudian menggelengkan kepalanya tand

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 12

    "Buka pintunya sayang!" kata Panji yang membuat Alina terkejut.DeeegggAlina bingung ya harus bagaimana, ketika Panji mengetuk pintu dan meminta masuk. "Maaf tuan saya tidak membawa handuk,"kata Alina pelan tapi masih bisa didengar oleh Panji.Panji tersenyum di depan pintu, "Aku hanya ingin mengantarkan handuk ini untukmu," kata Panji yang kemudian mengulurkan tangannya saat pintu kamar mandi terbuka sedikit."Terima kasih Tuan," kata Alina merasa malu."Aku hanya takut terjadi sesuatu padamu," karena kamu begitu lama sekali berada di dalam kamar mandi."Maaf Tuan kalau saya lama di kamar mandi, karena saya bingung bagaimana caranya minta tolong pada Tuan. Karena saya malu."jawab Alina sambil menundukkan kepalanya.Panji yang melihat Alina berjalan sedikit berseok-seok dia lalu mendekati gadis itu, dan menanyakan bagaimana keadaannya apakah masih sakit di bagian intinya atau sudah lebih baik."Saya sudah lebih

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 13

    Panji telah tiba di kantor sejak satu jam yang lalu. Akan tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan dua larva yang sejak pagi sudah menghubunginya untuk secepatnya datang ke kantor. Tapi ternyata mereka berdua belum berada di dalam kantor."Huft... Ke mana sih mereka sudah jam 09.00 pagi tidak ada di kantor?" gerutu Panji sambil melangkah ke arah jendela, dan matanya menatap lurus pada bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan kokoh.Tok tok tokTerdengar suara ketukan pintu di depan ruang kerjanya Panji. Pria itu segera menoleh ke arah pintu dan di sana telah berdiri kedua larva yang telah lama ia tunggu sejak tadi. Panji berjalan lalu duduk di sebuah kursi sofa yang empuk yang berada di dalam ruangan kantornya lalu menyuruh kedua larva itu untuk duduk dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi tentang kebakaran semalam."Bagaimana hasil penyelidikannya? Apakah sudah ada titik terang atau bukti yang mengarah pada mereka?" ta

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 14

    Braakk"Apa yang terjadi?" Tanya Lisa panik saat mengetahui mobil mereka ditabrak oleh kendaraan di belakangnya."Tenang dulu Ma, Mama jangan panik. Biar mereka yang mengatasi, Mama tunggu saja di dalam mobil!" Kata Arun mengelus punggung Lisa agar ia menjadi lebih tenang.Duo larva turun lebih dulu untuk mengecek apa yang terjadi, ternyata seorang pengendara motor telah terkapar di belakang mobilnya. Mungkin karena pengendara itu mengantuk atau karena apa, yang jelas pengendara motor itu yang salah. Rama kemudian mengetuk pintu kaca mobil Panji dan memberitahukan apa yang terjadi.Panji pun mengangguk dan ia menyerahkan semuanya kepada kedua orang kepercayaannya itu. Kemudian Panji melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah bersama kedua orang tuanya yang di mana Maria sudah menunggu lama.Rama dan Dion kemudian membawa korban ke rumah sakit dan ternyata benar jika korban dalam keadaan mabuk. Dia mengendarai motor sambil mabuk entah apa yang terjadi dengannya. Setelah Rama menga

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 15

    Setelah makan malam Panji dan Aron pergi bersama untuk menemui tawanan yang telah tertangkap di markas besar milik Panji. Keduanya menaiki mobil yang sama dengan panjang yang duduk memegang setir mobil.Kedua pria berbeda usia itu telah tiba di sebuah gudang tua yang terletak di dekat pinggiran kota dan dekat dengan kantor Bank cabang yang sudah terbakar.Panji dan Aaron segera turun dari mobil setelah mobil terparkir rapi di halaman gudang, keduanya disambut oleh beberapa anak buah Panji dan kedua larva yang sudah menunggunya sejak tadi sore."Bagaimana mereka? Apakah mereka sudah mengatakan yang sejujurnya? Tanya Panji pada dua larva."Belum bos, bahkan kedua pria itu rela mati asalkan tidak membocorkan siapa yang menyuruh mereka," kata Rama"Kalau begitu, buka pintunya!" perintah Aron dengan suara yang dingin.Tanpa aba aba lagi Aroon mencengkeram rahang salah satu orang yang sudah menghancurkan kantor cabangnya."Apakah kalian masih tidak mau memberitahukan siapa yang menyuruh kal

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 16

    "Kalau begitu selamat ya Pak, bapak akan jadi calon ayah. Usia kandungan istri bapak sekitar tujuh minggu." Kata dokter yang bernama Vina itu."I-istri saya hamil dok?" tanya Panji dengan suara yang terbata. Ia merasa sangat bahagia akhirnya impiannya menjadi seorang ayah akan segera terwujud dengan hamilnya Alina.Dokter Vina pun mengangguk lalu permisi karena akan mengecek pasien yang lainnya. "Baiklah kalau begitu saya permisi, dan pasien jika sudah sadar boleh pulang dia hanya memerlukan istirahat yang cukup vitamin dan jangan terlalu capek." Nasihat dari dokter Vina sebelum pergi."Baik dok, baik saya akan menjaga istri saya dengan baik," jawab Panji dengan antusias.Panji menghampiri Alina dan mengecup kening wanita itu dengan sangat lembut, lalu memandang wajah pucatnya dan merapikan anak rambut yang menghalangi wajahnya. Berulang kali Panji mencium punggung tangan Alina sebagai ucapan rasa syukur dan berterima kasihnya karena Alina telah mengandung anaknya.Beberapa saat Panji

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 71

    Panji tidak menceritakan perjuangannya selama ini untuk mencari Alina. Ia lebih memilih menguburnya rapat-rapat. Ia pun berencana ingin menemui Nina, dan menyampaikan pesan dari mamanya. Panji berpamitan pada Alina dan Marcel dengan membawa Jacob yang dibekuk oleh Dion. Saat ia melangkah dan ingin meninggalkan ruangan itu terdengar teriakan dari salah seorang anak kembar yang memanggilnya uncle. "Uncle...," Kenzie berlari ke arah Panji dengan senyum yang mengembang lalu memeluk Panji dengan sangat erat. "Terima kasih uncle, karena uncle sudah mengembalikan mainan Kenzie," kata Kenzie dengan polosnya, dan menggunakan bahasa Inggris yang lancar. Kenzo hanya melihat tanpa ingin mendekat ada rasa kesal di hatinya saat melihat Kenzie begitu dekat dengan orang yang belum ia kenal, dan sempat membuat Mommy ketakutan. Entah karena ikatan batin antara Kenzie dan Panji hingga ia enggan untuk melepaskan Panji pergi. Hingga Kenzie harus menangis saat Kenzo melepaskannya dengan paksa pelukan

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 70

    Teriakan Alina berhasil membuat Dion berhenti menghajar Jacob. Dengan tatapan mata yang tajam Dion menetap Jacob yang sudah bersimbah darah. Darah mengalir dari sudut bibirnya yang pecah dan beberapa giginya ada yang patah. Nafas Alina memburu jantungnya pun seakan berhenti berdetak. Beruntung Max langsung mengamankan si kembar dan membawanya masuk ke dalam kamar sehingga tidak melihat adegan kekerasan yang baru saja terpampang di hadapan Alina. "Jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Panji pada Dion dan menatapnya tajam. "Cukup!" Alina kembali berteriak, karena jika dia berkata pun mungkin tidak akan ada yang mendengarnya jadi terpaksa Alina berteriak. Panji menatap Alina, yang tengah mengatur nafas terlihat dari dadanya yang naik turun. "Apakah masalah ini tidak bisa dibicarakan baik-baik Tuan Panji Kusuma Wijaya?" tanya Alina lirih dan memanggil nama lengkap Panji. "Pasti Tuan bertanya-tanya, kenapa saya bisa berada di Amerika? Kenapa saya bisa menikah dengan Tuan Marce

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 69

    Perasaan yang Panji rasakan campur aduk, bahkan ia kehilangan kata-kata hanya untuk sekedar berkata maaf. "Tu-Tuan...," "Ka-kamu...," Ucap Panji dan Alina terbata dan bersamaan. "Kamu saja lebih dulu yang berbicara!" kata Panji. "Tuan saja silakan lebih dulu berbicara, saya akan mendengarkan!" sahut Alina dengan lembut. Marcel yang mengerti dengan keadaan saat ini ia memilih keluar dan memberikan waktu untuk Alina dan Panji berbicara berdua. "Sayang..., Lebih baik aku keluar dulu ya ajak anak-anak kamu dan dia ngobrol aja dulu," kata Marcel dan kemudian bangun dari duduknya lalu menghampiri si kembar untuk mengajaknya keluar ruangan. Akan tetapi Alina menggeleng kuat dan menahan Marcel untuk tidak meninggalkannya. Alina merasa takut bayang-bayang masa lalu yang dilakukan Panji terhadapnya saat Panji hampir saja menghilangkan nyawanya dengan mencekik nya, waktu itu menari-nari di pelupuk matanya. Apalagi saat membayangkan kemarahan Panji saat melempar hasil tes DNA ke waj

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 68

    Panji tidak bisa mengenali pria yang bersama Alina karena sosok pria tersebut berdiri memunggunginya. Dadanya terasa sesak saat mendengar si kembar memanggil pria itu dengan sebutan Deddy. Terlihat begitu sangat bahagia Alina bersama pria itu bahkan si kembar menganggap pria itu adalah ayahnya.Panji meraba dadanya yang terasa sakit dan berdenyut, iya sedikit limbung beruntung Dion menopang tubuhnya."Boos..., kau tidak apa-apa?" tanya Dion khawatir.Airmata Panji mengalir tanpa permisi pandangannya menatap lurus pada punggung yang semakin menjauh. Di genggaman tangannya ia meremas salah satu mainan miniatur milik dua puncak kembar tadi yang terjatuh tidak sengaja saat berlari keluar lift."Tuan Panji, anda tidak apa-apa? tanya Mr lee yang datang menyusul karena Panji tidak kunjung datang memenuhi panggilannya dan ia terkejut saat melihat Panji sedang bersimpuh di lantai dengan keadaan yang sedikit kacau.Panji yang ia kenal adalah panji yang mempunyai sikap tegas kejam pada siapapun

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 67

    Panji dan Dion telah tiba di bandara setelah melewati perjalanan yang cukup panjang 18 jam perjalanan dengan menggunakan jet pribadi milik Panji. Kali ini ia berjanji dalam hatinya akan membawa Alina dan anak-anaknya pulang bagaimanapun caranya.Akan tetapi Panji heran, "Kenapa Alina bisa berada dan tinggal di Amerika? Dia tinggal bersama siapa?" gumam Panji lirih. Ia harus mencari tau.Panji dan Dion langsung diantar oleh Alex menuju apartemen untuk beristirahat sejenak, karena nanti malam ketiganya akan menghadiri acara pesta anniversary rekan bisnis yang mengundang Panji beserta Dion. Sedangkan Alex tentu saja Ia mendapatkan undangan secara khusus karena iya adalah salah satu orang yang sudah memperkenalkan Panji dengan salah satu orang berpengaruh di Amerika."Sebaiknya kalian istirahat dulu," Alex menepuk pundak Panji dan tersenyum lalu berpamitan meninggalkan Panji dan Dion.Panji melangkah lebih dulu memasuki kamar yang terlihat mewah di ap

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 66

    Lima tahun kemudian  di Boston Amerika. Seorang pria dewasa tengah bermain dengan dua bocah laki-laki kembar yang salah satunya mirip dengan Sang Mama mempunyai sifat yang lebih lembut, hangat, dan ceria. Sedangkan sang kakak mempunyai sikap yang lebih dingin cenderung cuek dan tidak peduli menjadi pribadi yang tertutup adalah cerminan dari sang Papa.Ya, si kembar Kenzo dan Kenzie sudah tumbuh besar dan usianya saat ini menginjak lima tahun lebih. Mereka sedang bermain di taman ditemani oleh Marcel. Satu-satunya pria yang dianggap oleh si kembar adalah papanya. Marcel sangat tulus menyayangi si kembar, yang menganggap mereka seperti anak kandungnya sendiri. Kasih sayangnya murni dari hati tidak ada sedikitpun unsur pemaksaan saat meminta Alina, lima tahun yang lalu untuk menikah dengannya.Marcel hanya berniat untuk menolong Alina dan kedua bayinya waktu itu. Dan pernikahan mereka dari dulu hingga sekarang belum pernah sekalipun untuk keduanya melakukan hubungan s

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 65

    Setelah Marcel mengamankan Nina dan si kembar ia bergegas akan menyelamatkan Alina. Ia menyayangkan mengapa Alina yang harus menjadi korban penyekapan ini. Tujuannya hanya satu agar ia datang untuk menyelamatkan Alina.Marcel pun beruntung karena telah memasang alat pelacak yang ia pasang di jam tangan milik Alina. Sehingga membuat Marcel lebih gampang untuk menemukan di mana keberadaan Alina.Marcel terpaksa membawa Nina dan si kembar ke mansion, karena di sana akan lebih aman."Kita berada di mana ini Nak, Marcel?" tanya Nina saat berada di bangunan megah."Bu, Ibu tinggal di sini dulu ya sementara waktu, hingga semuanya aman dan aku bisa menyelamatkan Alina!" ucap Marcel pada Nina."Nak, Nak Marcel...,"  Nina menghentikan langkah Marcel yang hendak melangkah.Dengan menatap sendu Nina berkata pada Marcel dengan memohon. "Selamatkan Alina Nak Marcel!" pinta Nina sambil menggenggam erat tangan Marcel.Marcell pun tersen

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 64

    Bayi kembar yang usianya baru tiga bulan kurang itu menangis dengan sangat kencang.Anehnya saat Marcel mendekati si kembar mereka langsung saja anteng saat digendong oleh Marcel, membuat Alina menatapnya dengan haru.Andai saja yang menggendong si kembar saat ini adalah ayahnya, mungkin Alina akan sangat bahagia saat sosok pria yang sedang menggendong si kembar adalah suaminya sendiri yaitu Panji. Tak terasa bulir bening mengalir di ujung netra Alina.Nina yang menyadari kesedihan Alina kemudian menghampiri dan memeluknya. Memberikan kekuatan dan menyalurkan energi positif."Apakah kamu tidak mau melihat anak-anakmu bahagia?" tanya Nina tiba-tiba, membuat Alina terkejut atas pertanyaan yang diberikan oleh ibunya."Al..., anak-anakmu butuh sosok seorang ayah. Menikahlah dengan Marcel!" pinta Nina pada Alina untuk mempertimbangkan kebahagiaan si kembar."Tapi Bu, aku dan Mas Panji belum resmi bercerai," kata Alina"Panji

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 63

    Awalnya Marcel itu ragu untuk menolong kedua wanita yang berbeda usia itu, namun hati nuraninya mengatakan hal yang berbeda. Hatinya berkata untuk menolong kedua wanita itu dan melihat bayi kembar yang berada dalam gendongan masing-masing wanita itu. Lalu Marcel mencoba menghubungi ambulans di rumah sakit terdekat.Menunggu beberapa menit kemudian ambulans pun datang dan beberapa perawat mengeksekusi korban masuk ke dalam mobil ambulans dan bayi kembar digendong oleh dua orang perawat wanita yang saat Marcel memesan ambulans Ia juga memesan dua perawat untuk membawa bayi kembar yang menangis dipelukan ibu dan neneknya.Setelah tiba di rumah sakit Marcel berjalan mondar-mandir tidak tenang dan di dalam hatinya berdoa agar dua wanita yang ia tabrak itu selamat.Satu jam berlalu dokter yang menangani pasien keluar dari ruangan IGD dan menyampaikan jika keadaan pasien baik-baik saja hanya mengalami luka benturan di kepalanya.Marcell pun akhirnya bisa

DMCA.com Protection Status