Ruangan redup dengan musik stereo yang memanjakan telinga, begitu ramai malam Minggu itu. Demikian pula dengan malam-malam sebelumnya. Cozy Karaoke dan Bar itu selalu ramai dengan alunan musik, atau nyanyian sumbang dari mereka yang tengah melepas kepenatan dengan bernyanyi.
Ruang VIP nomor enam di lantai dua sesak dengan kepulan asap rokok, serta bau alkohol yang nyaris mengalahkan pengharum ruangan otomatis yang terpasang di sudut ruangan.Seorang PL—Pemandu Lagu wanita berpakaian seksi, adalah orang yang berperan di balik lagu Mabuk Janda—karya Tuti Wibowo. Sang PL begitu cekatan menyanyikan bait-bait lagu dari layar lebar yang diarahkan proyektor, sesekali disambut sorak sorai empat lelaki yang menggerakkan tubuh mereka, meliuk beriringan dengan irama musik.Dua gadis berpakaian terbuka lainnya sedang duduk bercengkrama di sofa merah besar yang empuk. Mereka duduk menyilangkan kaki, memamerkan kulit paha mulus di bawah gemerlap lampu aneka warna. Seolah menyuguhkan kemolekan mereka, dengan dada yang penuh berisi, juga bibir merah merona.Sementara seorang lelaki tampak menyandarkan tubuh pada dinding bercat biru gelap di sudut ruangan, ditemani seorang wanita yang menggamit sebatang rokok menyala di sela jemari kecilnya."Jadi kamu baru lima bulan menjanda?" Pria itu bertanya dengan langgam santai, sesekali meniupkan kepulan asap dari bibirnya yang memesona. "Ah, siapa tadi namamu?""Annabelle." Wanita itu tersenyum geli saat mengoreksi ucapan pria berjaket kulit hitam dan mengenakan topi baseball yang juga hitam. "Ya, aku baru bercerai Februari lalu, tepat tanggal 13—""Dan kamu merayakan malam valentine dengan selembar surat berisikan pernyataan bahwa kamu baru saja dijatuhi talak tiga?" tukas pria itu sambil tertawa tak habis pikir setelah mendengar sedikit cerita tentang Annabelle."Oh, ayolah, Om Samuel. Berhenti mengejekku," sahut Annabelle sambil menjatuhkan puntung rokok dan menginjak dengan flat shoes krem yang dipakai. "Aku tahu, beberapa orang berpendapat bahwa status janda itu memalukan, bahkan sebagian orang berasumsi perceraian merupakan aib terbesar. Tapi, kurasa tak semua wanita bisa sesabar perempuan dalam sinetron Indosiar saat mendapati suaminya berselingkuh dengan mantan istrinya, mereka jelas-jelas dibayar …."Gelak tawa Samuel berhasil menghentikan kalimat Annabelle yang kini menatapnya dengan serius. Melihat wanita yang memakai jaket jeans biru pudar itu ikut tertawa, Samuel langsung berhenti, lalu menyadari betapa natural tawa yang terukir di bibir ranum Annabelle."Apa kamu punya anak?" Samuel tiba-tiba melontarkan pertanyaan dengan serius. Ketika menyadari ekspresi Annabelle berubah sedikit ganjil seiring tawanya yang meredup, Samuel kembali menambahkan, "Tadi kamu ngomong udah berumah tangga dua tahun, kupikir kamu—""Tidak, aku nggak punya anak." Annabelle melambaikan tangan, berupaya memungkas ucapan Samuel.Seolah menyembunyikan sesuatu, Annabelle memalingkan tatapannya dari Samuel ke arah PL yang kini mengalunkan lagu Secangkir Kopi. Lalu menjaga suaranya agar tetap tenang saat melanjutkan, "Usiaku sembilan belas tahun saat menikah. Berhubung dulu aku menikahi seorang duda yang memiliki dua anak, jadi aku memutuskan untuk KB.""Tapi kamu bisa punya anak 'kan?" Samuel menyentuh bahu Annabelle agar wanita itu kembali menatapnya.Sesaat, Annabelle tampak membeku mendengar pertanyaan itu. Namun, karena mereka baru pertama kali bertemu, dan itu bukan sesi wawancara untuk mencari jodoh, Annabelle berpikir bahwa dia tak merasa wajib menjawab pertanyaan Samuel.Seolah tak ingin berlama-lama lagi membuang waktu bersama pelanggan barunya, Annabelle merogoh BlackBerry Gemini putih dari saku jeans yang dipakai."Uda jam satu, Om. Aku nggak bisa lama-lama, bentar lagi mau pulang," kata Annabelle serius sambil mendongak menatap pria di hadapannya.Alis tebal Samuel saling bertautan, tampak tak senang mendengar Annabelle terburu-buru. Dia ingin mengatakan bahwa mereka baru tiga puluh menit berada di tempat karaoke itu, tetapi Samuel tak yakin wanita itu bersedia membuang waktunya lagi.Mungkin Samuel tak pernah tahu, Annabelle memiliki waktu terbatas sebelum jam dua malam—karena dia harus segera ada di rumah sebelum orang tuanya bangun agar tak menyadari bahwa dia keluar tengah malam.Harga diri Samuel sedikit tersinggung, biasanya wanita yang dia order dari seorang germo selalu bersedia menghabiskan waktu lebih lama. Paradua wanita malam yang dia bayar per jam biasanya lebih senang jika berlama-lama dengannya.Karena selain bayaran yang akan mereka dapat jadi lebih besar, Samuel pun terkenal dengan gaya hidupnya yang royal.Jika dia puas dengan pelayanan mereka, Samuel tak akan ragu untuk memberikan bonus lebih besar—tak peduli jika dia harus mengeluarkan uang lebih banyak saat menghabiskan malam dengan satu wanita.Sebagai salah satu orang yang sukses mengelola enam villa keluarga, empat penginapan dengan masing-masing dua puluh kamar di kota metropolitan itu, menghabiskan uang jutaan per malam tentu sudah biasa Samuel lakukan demi melampiaskan kekecewaan hidup yang dia alami."Tungguin bentar," kata Samuel sambil merogoh dompet dari saku celana, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu sebelum memberikan pada salah satu pria yang masih menari dengan PL.Annabelle tak menghiraukan pria yang jelas-jelas jauh lebih tua dari usianya itu. Dia berpura-pura tak melihat saat Samuel terlibat percakapan dengan beberapa pria lain dalam ruangan itu.Annabelle berpikir, mungkin Samuel orang yang menjamin hiburan malam Minggu itu untuk teman-teman dan asistennya.Jadi, tak heran saat Annabelle sempat melihat beberapa orang tampak manggut-manggut patuh saat dia berpamitan. Terutama ketika Samuel memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan sebagai bonus pada wanita pemandu lagu.Ketika Annabelle mengalihkan perhatian pada status-status kontak dalam BlackBerry-nya, tiba-tiba sebuah tangan kokoh merangkul pundaknya, lalu terdengar bariton berat Samuel yang berkata, "Langsung ke tempat tadi lagi, ya?""Oh, kost-kostan yang—""Bukan, itu bukan kostan. Itu salah satu penginapan," potong Samuel sambil membawa Annabelle berjalan keluar dan menuruni anak tangga.Annabelle menoleh dan melirik Samuel dengan tatapan terheran. Andai dia tahu bahwa tempat itu penginapan, yang di mana dia bisa langsung melayani orang itu, mungkin Annabelle akan langsung pada intinya, dan tak perlu membuang-buang waktu lebih lama lagi.Mengingat bahwa dia sudah membuang waktu percuma selama tiga puluh menit, ekspresi Annabelle berubah tak senang saat Samuel memarkir motor ninja hitam di area parkir."Ayo, naik. Tadi bilang nggak bisa lama-lama 'kan?" Suara Samuel beriringan dengan deru mesin motor yang ditunggangi.Cengkeramannya semakin kencang di rambut Annabelle. Pria itu mengerang beriringan dengan gerakan tubuh yang semakin intens. Sesekali Samuel meracau dan mengumpat—seolah tak bisa menahan nikmatnya penyatuan mereka.Annabelle tak memperdulikan hal itu, hasratnya kini sama-sama terbakar saat Samuel mencium lehernya dengan penuh gairah.Untuk pertama kalinya Annabelle begitu hanyut oleh sentuhan pria yang harus dilayani. Bahkan, saat pertama kali Samuel mengecup bibirnya ketika mereka tiba di penginapan dua puluh menit lalu, Annabelle benar-benar bergetar oleh permainan bibir Samuel.Memang, Annabelle bukan wanita yang menyukai pria yang mengonsumsi alkohol. Namun, entah mengapa aroma anggur yang berpadu dengan lumatan lembut bibir Samuel membuat Annabelle benar-benar seperti orang mabuk.Kepalanya terasa melayang saat Samuel menyentuh lehernya ketika memperdalam pagutan bibir mereka. Awalnya Annabelle berpikir Samuel akan langsung melakukan permainan ranjang tanpa foreplay, seperti para p
Tepat pukul 02.30 dini hari, Annabelle meminta Samuel menurunkan dia di depan pos ronda—yang nyatanya tak ada satu pun warga yang sedang meronda di sana."Beneran nggak mau dianterin sampe rumah?" Untuk kesekian kalinya Samuel bertanya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling kampung."Beneran, paling cuma jalan lima menit dari sini," sahut Annabelle sambil tersenyum. "Makasih, Om."Entah karena sudah menjadi kebiasaan, wanita yang baru saja turun dari motor itu mengulurkan tangan pada Samuel.Samuel berkedip terkejut, tetapi dia mengulurkan tangan untuk menyalami Annabelle. Keterkejutan Samuel berlipat saat Annabelle menyalami dia sebagaimana orang yang lebih muda menghormati yang tua. Wanita itu sedikit menunduk dan mencium punggung tangan Samuel.Untuk beberapa detik Samuel tak bisa berkata-kata saat Annabelle tersenyum dan melambaikan tangan. Lalu wanita itu langsung berbalik, Samuel melihat punggung Annabelle mulai mengarah memasuki gang sempit.Bagi Samuel, hal itu tak biasanya
Sejak pertemuan waktu itu, Annabelle sama sekali tidak bisa melupakan Samuel. Bukan tanpa alasan, tetapi karena kissmark yang ditinggalkan Samuel di lehernya.Meski saat itu Annabelle sempat kesulitan mencari alasan pada sang ibu tentang jejak pergumulan dengan Samuel, tetapi untung saja dia buru-buru menemukan alasan konyol.Dengan lingkungan di sekitar rumahnya yang tidak begitu bersih, cukup masuk akal saat Annabelle mengatakan bahwa dia digigit nyamuk—lalu menggaruknya berlebihan hingga meninggalkan jejak kemerahan.Bahkan, agar sang ibu memercayai apa yang dia katakan, Annabelle sengaja menggaruk bagian lain leher dan tangannya hingga meninggalkan bercak merah lain.Mungkin Annabelle lupa, sang ibu yang sudah melahirkan anak hampir satu lusin banyaknya, pasti tak mudah dibodohi. Akan tetapi, saat itu tampaknya sang ibu melipat rasa sakit hati ketika menyadari anaknya mungkin sudah melakukan hubungan terlarang.Akhirnya Annabelle bisa lolos begitu saja dari interogasi sang Ibu, tet
Annabelle memutuskan untuk tidak membahas masalah tarif dengan Samuel, tapi dia juga tak menolak saat pria itu mengajaknya ke klub malam D'Grey— yang memiliki playlist lagu ala club Crown Kota Jakarta.Seperti biasa, Annabelle kerap menolak saat dirinya ditawari bir atau minuman beralkohol lain. Bukannya sok suci, tetapi dia memang tak suka minuman beralkohol. Lagian Annabelle juga tak tahu seberapa tinggi tubuhnya memiliki kadar toleransi pada alkohol.Di samping itu, hanya dengan merokok saja wanita itu sudah dicap sebagai 'neng bengal' oleh keluarga besarnya yang katanya maha benar—dan si ahli menghakimi.Jadi, Annabelle tak bisa membayangkan apa yang bakalan terjadi kalau semua orang tahu, bahwa selain jadi pembantu rumah tangga, Annabelle nekat mengambil tawaran nyanyi, bahkan jika sangat terdesak, sesekali dia menjadi 'Kembang Latar/Pelacur'."Terus kamu mau minum apa?" tanya Samuel saat mereka duduk pada deretan kursi tinggi di depan mini bar.Ketika Samuel memutar kursi agar be
Alih-alih mengerti dan memahami pengakuan Samuel yang blak-blakan, Annabelle justru merasa bulu kuduknya meremang dan bergidik ngeri setelah mendengar kalimat yang dilontarkan Samuel dengan jelas dan tegas.Baiklah, beberapa saat lalu Annabelle memang mengatakan dirinya bukan anak-anak. Namun, sekarang dia tak cukup dewasa untuk bisa mengerti dan mencerna kata-kata Samuel.Bagaimana mungkin seorang pria yang baru saja menjawab panggilan dari istrinya, lalu di detik berikutnya bisa dengan begitu mudah minta dimengerti perasaannya oleh wanita lain? Butuh upaya keras bagi Annabelle untuk mencari jawaban itu, tetapi otaknya terlalu terbatas, dan dia kesulitan memahami pria yang jelas-jelas jauh lebih tua daripada dirinya itu.Terlebih lagi, mereka baru saja bertemu satu kali. Jadi, menurut Annabelle, terlalu prematur jika dia harus memahami perasaan Samuel."Lebih baik kita nggak usah ketemu lagi." Akhirnya Annabelle kembali menemukan suaranya, dan hal itu berhasil membuat Samuel yang ten
"Di sebelah mana yang jual buburnya?"Pertanyaan Samuel berhasil membuyarkan lamunan Annabelle, lalu tersadar bahwa mereka sudah berada di tempat yang dituju.Annabelle menunjuk pada kedai yang didominasi cat berwarna tosca, lalu Samuel memarkirkan mobilnya, dan Annabelle tak ingin menunggu Samuel hingga membukakan pintu untuknya.Selain dia bisa membuka pintu sendiri dan melangkah turun, Annabelle sudah tak tahan ingin segera makan karena melewatkan makan malam saat dia terlalu sibuk bernyanyi di villa.Jadi, ketika Samuel berjalan masuk kedai menyusul Annabelle, wanita itu sudah berdiri sambil memesan makanannya."Mau makan apa, Om?" tanya Annabelle spontan saat Samuel berdiri di sampingnya, dia sedikit tegang ketika pria itu menyampirkan sebelah tangannya di bahu Annabelle. "Bubur apa nasi goreng?"Samuel mengernyit melihat selembar daftar menu di tangan Annabelle. Selain nasi goreng dan bubur, kedai itu hanya menyajikan berbagai mie dan aneka minuman. Melihat kondisi kedai tampak
Annabelle mendapati dirinya bergelung di pelukan Samuel saat mendengar alarm yang dia set pukul enam pagi. Tentu saja mereka masih berpakaian lengkap, dan mereka baru tertidur satu jam lalu setelah memutuskan menginap di salah satu hotel melati yang tak jauh dari tempat mereka berbincang.Meski mereka hanya menghabiskan waktu dengan berdebat panjang lebar di kedai bubur hingga hampir pukul lima pagi, tetapi tetap saja itu membuat seluruh tubuh Annabelle terasa remuk, dan rasanya dia tak sanggup untuk bangun dari tempat tidur.Namun, mengingat bahwa Annabelle beralasan pada sang ibu akan menginap di rumah temannya, tentu saja dia harus segera berada di sana, khawatir adik laki-lakinya akan datang menjemput.Pergerakan kecil Annabelle yang berusaha turun dari tempat tidur berhasil membuat Samuel terjaga dan menggeliat dari tidurnya."Mau ke mana, Ma?" gumam Samuel sambil menggeliat, yang tampaknya belum sadar dengan siapa dia tertidur. Namun, di detik berikutnya pria itu langsung terper
"Aku nggak lepas tangan loh, Anna." Sekali lagi Samuel menghidu feromon—aroma tubuh khas Annabelle yang lebih senang memakai parfum bayi. "Bentar lagi, wanginya ngangenin sih.""Tapi pegel," gerutu Annabelle sambil mendorong tubuh Samuel kuat-kuat, dan berhasil membuat pria itu berguling ke samping. "Aku ikut pulang bareng, ya?"Tanpa menunggu jawaban dari Samuel, Annabelle langsung beranjak dari tempat tidur, menutupi tubuh polosnya dengan handuk dan berderap ke kamar mandi.Ketika Annabelle keluar dari kamar mandi lima belas menit kemudian, Samuel sudah mengenakan pakaiannya dengan lengkap, dan pria itu duduk bersandar pada sofa di depan televisi sambil memainkan ponsel, lengkap dengan sebatang rokok yang dia nikmati.Samuel mengamati Annabelle mengenakan pakaiannya semalam, gerakannya begitu cepat seolah-olah melebihi seseorang yang terlambat masuk sekolah. Untuk ukuran wanita, Annabelle tak membuang lebih banyak waktu untuk bersiap-siap. Bahkan wanita itu tak bersusah payah merias
Samuel berhasil tiba di rumah ketika waktu menunjukkan pukul lima subuh, persis seperti yang Annabelle ingatkan.Selimut tebal berbulu lembut menggulung di atas betis Annabelle, dan Samuel memperkirakan wanita itu tampaknya berulang kali terbangun. Lalu, keadaan kembali menyeret Samuel pada realita tentang Annabelle. Menyadarkan dirinya tentang apa yang sudah dia lakukan pada wanita itu.Wanita yang sekali lagi Samuel paksa untuk masuk ke kehidupan dirinya dengan sisa-sisa kebahagiaan yang mungkin masih dia miliki. Jika Samuel berpikir masa lalunya begitu mengerikan, lalu bagaimana dengan Annabelle yang tadi siang histeris di rumah sakit?Samuel berjalan mengendap-endap ke arah tempat tidur, menarik selimut dan menutupi tubuh Annabelle. Meski gerakan Samuel begitu hati-hati, tetapi tetap saja hal itu membuat Annabelle terperanjat dengan mata terbelalak sekaligus. Untuk beberapa saat, keterkejutan jelas mewarnai Annabelle.Lalu, kemudian wanita itu mengembuskan napas lega— meskipun wa
"Banyak, Om, banyak ..." Annabelle menaikkan dagu dan menatap Samuel dengan angkuh."Misalnya?" Samuel menaikkan sebelah alis, mendesak penjelasan yang sama sekali tidak bisa dia pahami."Kan waktu itu kamu kasih aku sembilan juta, waktu kamu bilang mau pergi ke Bali sama istri dan anakmu selama sebelas hari, kamu janjinya mau luangin waktu seharian buat aku kalau udah pulang—""Anna, aku udah hampir dua minggu ini nemenin kamu seharian, masa kamu masih mau ungkit—""Dengerin dulu ih!" gerutu Annabelle kesal.Jadi, Samuel mengamati Annabelle sambil menahan sorot geli. Samuel menatap Annabelle lekat-lekat sementara dia menanti untaian kalimat yang akan bergulir di bibir ranum istrinya."Nih, yah, dengerin ... Kalau sebelas hari kepergian kamu sama dengan satu hari buat aku, aku perkirakan waktu kita berpisah itu selama dua ratus dua puluh hari, yang artinya utang waktu kamu buat aku itu ada dua puluh hari ..."Annabelle memelototi Samuel ketika pria itu hampir menertawainya, dan saat S
Tepat pukul sepuluh malam, Annabelle dan Samuel bersama anak mereka tiba di villa. Annabelle sudah terlihat sangat lelah, seolah ingin segera melemparkan tubuhnya ke tempat tidur— tak berbeda dengan Samuel.Namun, sayangnya Samuel tak bisa langsung beristirahat, terutama karena dia sudah ditunggu Dika sejak tadi.Selama tinggal di villa, Annabelle sudah terbiasa melihat kehadiran adik lelaki Samuel yang datang setiap malam, dan dia tak pernah mempertanyakan apa yang dilakukan Samuel dan adiknya.Saat itu, dia memilih untuk sama sekali tak peduli dengan apa yang dilakukan Samuel, atau pun ke mana pria itu pergi.Akan tetapi, kali ini mungkin dia harus sedikit peduli dan mencari tahu lebih banyak tentang suaminya. Terutama setelah dia Annabelle menyadari bahwa rumah tangganya dengan Samuel kali ini benar-benar dimulai dari awal, dengan status yang jelas berbeda dari sebelumnya."Kamu istirahat duluan, nanti aku nyusul," kata Samuel setelah mengantar Annabelle ke kamar. "Kalau mau mandi
Untuk pertama kalinya Annabelle memindai wajah Yunita, seolah merekam wajah dan penampilan wanita tersebut dalam memorinya. Namun, semakin menyadari bahwa wajah Yunita begitu mulus dan pandai bersolek, Annabelle semakin membandingkan dirinya dengan wanita itu, dan tak salah jika dia berkecil hati untuk saat ini.Yunita mengenakan jeans hitam ketat, dipadu atasan merah muda yang juga ketat, sehingga membentuk setiap lekuk tubuh wanita itu. Bahkan, kerah bajunya yang berpotongan rendah sedikit memperlihatkan payudaranya yang penuh dan tampak sintal.Harus Annabelle akui, bahwa dirinya lebih pendek dari pada Yunita. Posisi mereka yang berdekatan membuatnya tersadar bahwa tinggi Annabelle hanya sebatas dagu Yunita. Dari awal melihat wanita itu, pandangan Annabelle memang hanya terfokus pada bibir dan mata Yunita, tetapi kini dia juga bisa melihat hidung Yunita sedikit lebih mancung dibanding dirinya.Hal tersebut membuat Annabelle berpikir, pantas saja dulu Samuel langsung menceraikan Ann
"Kamu aja yang ke sana, aku nunggu di sini. Ngambil Samantha doang, terus nanti kamu langsung—""Kamunya ikut turun, Anna," tukas Samuel yang berdiri sambil menahan pintu di dekat Annabelle. Terkadang, Samuel harus ekstra sabar saat mendapati Annabelle bersikap kekanak-kanakan seperti itu. "Aku khawatir bakalan sedikit lama, soalnya si Alfian udah seminggu nggak ketemu aku. Ikut turun, ya?""Ish, tapi kan aku malu sama kakak kamu, Om!" Annabelle memberingis masam. "Pas ketemu waktu itu aku bentak-bentak kakak kamu. Masa sekarang—""Sayang, nggak apa-apa, dia juga nggak ambil hati, kok," Samuel membujuk sambil mengulurkan tangan, tetapi Annabelle tetap tak bergerak dari kursinya. "Lagian, kamu bilang kan waktu itu kaget karena Samantha nggak ada. Turun, yuk? Kakakku nggak suka gigit orang, kok."Annabelle tampak ragu. Sekali lagi dia mengedarkan pandangan ke depan, pada sederet motor yang terparkir di pelataran rumah. Sesungguhnya, dia benar-benar malu saat berpikir akan berhadapan den
"Kamu mah bener-bener keterlaluan. Udah mah ngasih hadiah ke cowok lain, ngerepotin sampe harus nemenin kamu nyari kantor pos buat kirim barang. Terbuka sih terbuka sama suami, nggak mau nyembunyiin hal apa pun, tapi kalau sampe perhatiannya kayak gitu, aku juga bisa sakit hati, Anna."Annabelle memiringkan kepala melihat bagaimana wajah Samuel begitu kusut, sementara bibir Samuel terus menggerutu selagi pria itu melaju dengan kecepatan tinggi.Bahkan, manuver-manuver yang dilakukan Samuel sedikit kasar. Dan Annabelle hanya bisa kasihan sekaligus berbunga-bunga melihat kecemburuan Samuel yang begitu besar.Sebelumnya, Annabelle tak pernah merasa dicemburui sebegitu terang-terangan oleh pria. Jadi, ketika Samuel bersikap demikian, bukan salah Annabelle jika dia ingin berlama-lama melihat suaminya terbakar cemburu. Entah mengapa, ada kebanggaan tersendiri bagi Annabelle dicemburui oleh pria yang dia cintai, suaminya."Ya udah ntar mah nggak usah bilang-bilang kamu kalau aku mau kasih ha
"Bisa nggak sih beli susunya di minimarket pertigaan villa aja? Kanapa harus ke mall cuma mau beli susu doang?""Nggak ada salahnya mampir sekalian lewat 'kan?" Samuel menggandeng tangan Annabelle ketika berjalan memasuki gedung pusat perbelanjaan."Emang susunya Samantha beneran udah mau abis?" Annabelle berusaha mengingat-ingat sebelum akhirnya kembali berkata, "Perasaan aku liat masih ada dua kaleng yang belum dibuka. Minggu lalu kan kamu belinya tiga, masa seminggu udah abis semua sih?"Samuel tak menjawab, hanya mengulum senyum nakal sambil melirik Annabelle ketika mereka berjalan ke ekskalator.Annabelle mendongak dan menyadari bahwa susu Samantha yang katanya habis hanya alasan Samuel agar dia mau diajak mampir ke mall. Jadi, tak heran jika sekarang Annabelle mendengkus jengkel dan mengempas tangan Samuel yang menggandengnya."Dasar pria licik," gerutu Annabelle ketika mereka tiba di lantai dua. "Udah pulang aja sekarang. Ini udah sore, kasian Samantha.""Pulang sekarang atau
"Jadi itu alesannya kenapa kamu juga konsultasi ke dokter Cheppy?" Annabelle tak tahu sejak kapan air matanya bercucuran saat lagi-lagi mengetahui fakta yang dialami Samuel selama ini.Ketika Samuel hanya mengangguk dan mengembuskan napas berat, Annabelle kembali menambahkan dengan pedih, "Kenapa Om nggak datang sejak awal dan ngasih tau aku, kenapa kamu nggak bilang kalau kamu butuh aku?"Air wajah Samuel masam dan serba salah ketika sejak tadi tak bisa menghentikan tangis Annabelle. "Akunya malu, Anna. Aku sadar udah nyakitin kamu, aku takut kamu nggak maafin aku," kata Samuel pahit. "Lagian, aku bener-bener takut, takut aku bawa penyakit yang ujung-ujungnya bakal nular ke kamu. Aku nggak mau kamu sampe kenapa-kenapa gara-gara aku.""Nyampe nahan diri nggak mau nemuin aku, padahal kamu kangen pengen ketemu aku? Gitu?" Annabelle terisak-isak menahan sesak. "Padahal, setelah aku tau kalau aku hamil, tiap hari aku nungguin kamu. Tiap hari aku berdoa supaya Tuhan buka hati kamu biar sek
Malam itu, seusai menjatuhkan talak tiga pada Yunita, Samuel langsung pergi tanpa membawa Alfian. Awalnya, Samuel berpikir dia bisa melepaskan Alfian begitu saja.Akan tetapi, kehilangan Alfian ternyata jauh lebih menyakitkan dari pada kehilangan Annabelle dan pengkhianatan yang dilakukan Yunita.Ketika malam semakin larut dan semakin banyak Samuel meneguk Marteel, dia mendapati dirinya semakin hancur dalam kesendirian dan rasa sakit.Dalam kondisinya yang berada di bawah pengaruh alkohol, benak Samuel dipenuhi oleh bayang-bayang Annabelle yang begitu terluka ketika dia menceraikannya tadi sore.Samuel tertawa getir saat berkelebat pemikiran bahwa karma tersadis yang dia lakukan pada Annabelle dibayar kontan sebelum dua puluh empat jam. Samuel tak bisa menebak seberapa terlukanya Annabelle, tetapi dia sadar, rasa sakit yang dia dapatkan saat ini mungkin tak sebanding dengan luka yang dirasakan Annabelle.Meski demikian, Samuel hanya berharap wanita itu belum benar-benar jatuh cinta p