Share

Bab 3

Author: Evie Everly
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tepat pukul 02.30 dini hari, Annabelle meminta Samuel menurunkan dia di depan pos ronda—yang nyatanya tak ada satu pun warga yang sedang meronda di sana.

"Beneran nggak mau dianterin sampe rumah?" Untuk kesekian kalinya Samuel bertanya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling kampung.

"Beneran, paling cuma jalan lima menit dari sini," sahut Annabelle sambil tersenyum. "Makasih, Om."

Entah karena sudah menjadi kebiasaan, wanita yang baru saja turun dari motor itu mengulurkan tangan pada Samuel.

Samuel berkedip terkejut, tetapi dia mengulurkan tangan untuk menyalami Annabelle. Keterkejutan Samuel berlipat saat Annabelle menyalami dia sebagaimana orang yang lebih muda menghormati yang tua. Wanita itu sedikit menunduk dan mencium punggung tangan Samuel.

Untuk beberapa detik Samuel tak bisa berkata-kata saat Annabelle tersenyum dan melambaikan tangan. Lalu wanita itu langsung berbalik, Samuel melihat punggung Annabelle mulai mengarah memasuki gang sempit.

Bagi Samuel, hal itu tak biasanya dilakukan oleh wanita-wanita sebelumnya yang pernah dia booking. Bahkan, tak biasanya dia bersedia mengantar wanita setelah menguras seluruh energi di atas ranjang.

Kebanyakan wanita akan pulang pagi hari, dan Samuel tak peduli bagaimana cara mereka pulang, atau ke mana mereka akan pulang.

Hanya saja, Annabelle berbeda, dia menolak saat Samuel memintanya lebih lama. Satu-satunya hal yang membuat Samuel bersedia mengantar Annabelle pulang, yaitu karena tahu sudah tak ada angkutan umum yang beroperasi di atas jam dua belas malam.

Annabelle menyusuri gang sempit yang dihimpit rumah-rumah warga. Meski langit begitu gelap, tetapi cahaya lampu dari rumah warga masih bisa menerangi jalan yang harus dipijak Annabelle.

Dari kejauhan, dia bisa mendengar deru motor Samuel yang tampaknya sudah pergi dari depan gang.

Sadar bahwa orang-orang tengah tidur di jam seperti ini, Annabelle melepas flat shoes krem dan berjalan tanpa alas kaki. Tentu saja dia tak ingin suara sepatunya terdengar oleh orang yang mungkin memiliki pendengaran sensitif, dan membuat mereka terbangun.

Ketika Annabelle tiba di rumah bercat hijau melon dengan kusen putih senada, dia menyelinap ke pinggiran kolam kecil di samping rumah tersebut. Annabelle meringis dan berjinjit saat menginjak sikat cuci yang tergeletak begitu saja di atas tembok bersemen kasar.

Ketika mereka pindah ke kampung ini saat dia berusia tujuh tahun, Bapak Annabelle membuat kolam itu untuk mencuci pakaian, mencuci piring, bahkan kini kolam di depan rumahnya persis seperti tempat umum.

Mulai dari jam empat subuh hingga pukul delapan pagi, Annabelle harus terbangun karena mendengar ibu-ibu yang mencuci sambil bergosip. Suara heboh mereka jelas terdengar karena letak kolam tersebut berada di depan jendela kamar Annabelle.

Dengan hati-hati Annabelle mencungkil jendela yang memang tidak dia kunci sebelumnya. Beruntung kusen jendela tersebut hanya setinggi pinggang, jadi dia tak perlu melompat untuk masuk ke kamarnya.

Sementara jauh dari Annabelle yang memasuki rumahnya seperti seorang pencuri, Samuel memacu sepeda motor yang ditungganginya ke Kampung Rindu Alam—tempat tinggalnya.

Ketika dia baru saja memarkirkan motor yang cukup jauh dari pelataran rumah, dan hendak mengantongi kunci motor ke saku jaket kanan, Samuel terkejut merasakan lembaran uang dalam sakunya.

Dia ingat betul tak pernah menyimpan uang dalam saku jaket. Lalu, kemudian dia tersadar bahwa lembaran uang seratus ribuan yang berada di sakunya pasti perbuatan wanita itu.

"Annabelle …," gumam Samuel, dia mengeluarkan uang itu sambil menggelengkan kepala —tak habis pikir mengapa wanita itu tak menerima semua uangnya.

Masih sambil memikirkan Annabelle, Samuel mengendap-endap menyusuri selasar deretan rumah warga, lalu berhenti di depan jendela kamar yang gordennya sedikit terbuka—sehingga dia bisa mengintip ke dalam kamar.

Selama empat tahun terakhir, untuk keseribu kalinya dia selalu melakukan ini. Mengintip apa yang dilakukan Yunita— istrinya, saat dia tidak ada di rumah.

Bukan, Samuel bukan mencurigai istrinya berselingkuh. Namun, dia terkadang tidak habis pikir mengapa sang istri tak pernah peduli akan apa yang dilakukannya.

Sebagai suami dan pria normal yang sudah berumah tangga selama hampir sepuluh tahun, tak jarang Samuel merasa iri saat melihat rumah tangga teman-temannya tampak sangat harmonis.

Berbeda jauh dengan dirinya yang menjalani rumah tangga seolah hanya menjalani formalitas semata.

Bukan, mereka bukan menikah karena dijodohkan. Namun, bukan pula menikah atas dasar saling cinta. Hanya saja, Samuel yang saat itu berusia 29 tahun dan masih berstatus lajang, dia tak sampai hati saat Yunita tiba-tiba menyatakan cinta dan meminta dia menikahinya.

Dengan alasan tak ingin dijodohkan oleh mendiang sang ibu, mau tak mau Samuel menikahi Yunita— meski hingga detik ini dia tak pernah bisa mencintai istrinya.

Entah seberapa kuat dia berusaha jatuh cinta pada wanita itu, bayang-bayang masa lalu tak pernah hilang dalam benak Samuel. Terutama setelah mengetahui bahwa Yunita kembali menjalin hubungan dengan mantan suaminya.

Samuel mengembuskan napas gusar saat menyadari istrinya sedang bermain ponsel, tetapi tak pernah sekali pun mengirim pesan menanyakan kapan dia pulang—saat Samuel di luar rumah, kecuali ketika Yunita ingin dibawakan makanan atau memesan sesuatu saat Samuel akan pulang.

Dengan gerakan hati-hati, Samuel memasukan kunci pada lubang pintu dan membuka pintu dengan perlahan.

Namun, seperti biasa, saat Samuel memasuki kamar, Yunita bersikap seperti orang yang sudah tidur berjam-jam, menutupi tubuh dengan selimut hingga menutupi kepala.

"Ma," kata Samuel sambil melepas jaket dan menggantung di belakang pintu kamar. Dia tahu betul istrinya berpura-pura tidur. "Laper nggak? Temenin makan, yuk?"

"Hmm," gumam Yunita sambil menggeliat. Bahkan, dia sangat pandai mengubah suaranya agar terdengar parau. "Jam berapa, Pa?"

"Bentar lagi subuh," sahut Samuel sambil membuka pintu lemari dan mencari baju tidur, tetapi matanya diam-diam melirik sang istri yang menyingkap—berusaha turun dari tempat tidur dengan gerakan ngantuk dibuat-buat.

"Beli susu buat Alfian ngga, Pa?" tanya Yunita sambil menggulung rambutnya dan berjalan keluar kamar. "Pecel ayamnya beli berapa porsi? Mama males masak buat sarapan Alfian."

Sambil meloloskan kaos panjang dari atas kepala, Samuel melangkah malas mengikuti sang istri yang kini berada di ruang makan.

"Jangan begadang terus, Ma," kata Samuel sambil mencuci tangan di wastafel yang tak jauh dari meja makan dengan empat kursi tinggi. "Si Alfian kemarin masak nasi jam 6 pagi buat sarapan sebelum sekolah."

Posisi Samuel yang memunggungi meja makan membuat dia tak menyadari bagaimana ekspresi wajah istrinya. Yunita mengernyit suram mendengar apa yang dikatakan suaminya.

Dia tahu bahwa Alfian baru berusia enam tahun lebih, tetapi karena itu bukan anak kandung mereka, dia merasa tidak berkewajiban untuk totalitas mengurus Alfian.

Terlebih lagi, Alfian adalah putra dari kakak suaminya yang kini berstatus janda. Jadi, Yunita merasa bahwa Samuel lah yang harus lebih total mengurus Alfian.

Hanya saja, Yunita lupa akan satu hal. Jika bukan karena Yunita merengek ingin mengadopsi Alfian saat rumah tangga mereka berusia tiga tahun, dan mengatakan bahwa hal itu sebagai pancingan agar segera memiliki momongan, akhirnya Samuel memenuhi keinginan Yunita.

Namun, sepertinya keinginan Yunita untuk mengurus Alfian hanya di bibir saja. Karena semenjak Alfian dilahirkan dan diambil dari ibunya, sejak itu pula Samuel-lah yang kerap membuat susu dan mengganti popok saat Alfian terjaga di tengah malam.

Satu-satunya hal yang Samuel syukuri adalah, Alfian adalah anak dari kakaknya. Jadi, dia tak ragu untuk menumpahkan seluruh kasih sayangnya pada Alfian—anak lelaki yang kini memanggilnya Papa, meski dia sendiri tidak memiliki anak kandung di usianya yang hampir empat puluh tahun.

"Orang Mama udah siapin nasi goreng," Yunita membela diri sambil membuka bungkusan makanan di atas meja, lalu memindahkan ke piring dan menyodorkan pada suaminya. "Alfian aja yang nggak liat nasi gorengnya ada di wajan."

Pernyataan Yunita berhasil membuat selera makan Samuel menguap ke udara.

"Nasi goreng yang dibuat jam tujuh malam sebelum aku berangkat kerja, yang dibiarkan dingin di atas wajan sampe pagi. Terus Mama ngebiarin anak usia enam tahun itu masak nasi sendiri, karena terlalu asyik F******k-an sampe pagi."

Air wajah Yunita seketika memucat mendengar pernyataan Samuel, yang faktanya memang benar. Namun, dia tak menduga bahwa Samuel tahu dengan detail. Dia bertanya-tanya dalam hati, apakah selama ini Alfian selalu mengadu segala sesuatu pada Samuel?

Jauh dari perdebatan Samuel dan Yunita di meja makan, Annabelle tidur bergelung di balik selimut bersama kedua adik perempuannya yang sudah terlelap—dalam kamar berukuran dua setengah meter.

Ketika terdengar suara tarhim berkumandang, satu jam sebelumnya Annabelle sudah mendengar gemericik air dari kamar mandi, pertanda bahwa kedua orang tuanya sudah bangun untuk menunaikan shalat subuh.

Tepat ketika adzan subuh berkumandang, saat itu pintu kamar Annabelle diketuk dan terdengar suara sang ibu yang berkata, "Anna … Annabelle, bangun. Sholat subuh dulu, Nak."

Annabelle tak benar-benar tertidur, dia meringis dari balik selimut, menahan dismenore yang terasa mencabik-cabik perut. Itulah alasan mengapa dia menyisipkan kembali uang dua ratus ribu di saku jaket Samuel, karena dia tak mungkin bisa memenuhi ucapan Samuel yang memintanya bertemu kembali.

Saat dia membersihkan jejak pergulatan dengan Samuel ketika di penginapan, saat itu juga dia mendapati tamu bulanannya tiba. Namun, tentu saja dia tak mungkin memberitahu pria itu bahwa dia tak bisa bertemu lagi karena sedang haid. Sungguh memalukan.

Meski sedang dilanda kram perut hebat, hal itu tak membuat Annabelle tetap berbaring. Dia menyingkap selimut hangat yang menutupi tubuhnya, tak ingin membiarkan sang ibu terlalu lama mengetuk-ngetuk pintu kamar dan menduga dia belum bangun.

"Anna …"

"Iya, Anna udah bangun, Bu," sahut Annabelle yang lantas beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu. Lalu mendapati sang ibu yang sudah mengenakan mukena dengan wajah yang masih lembab oleh air wudhu.

"Anna lagi haid," ujar Anna sambil mengucek-ngucek mata, seolah dia sudah lama tertidur.

Annabelle tampaknya tak menyadari bahwa Samuel meninggalkan kissmark di lehernya, dan hal itu membuat sang ibu menatap leher Annabelle dengan alis saling bertautan. Dia yang baru menyadari bagaimana ibunya memandang langsung gelagapan sambil menggaruk-garuk kepala yang tak gatal.

"Ibu kenapa?"

"Lehermu kenapa?" Sang ibu balik bertanya dengan penuh selidik.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mawar Aryanti
bagus kak,semangat ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 4

    Sejak pertemuan waktu itu, Annabelle sama sekali tidak bisa melupakan Samuel. Bukan tanpa alasan, tetapi karena kissmark yang ditinggalkan Samuel di lehernya.Meski saat itu Annabelle sempat kesulitan mencari alasan pada sang ibu tentang jejak pergumulan dengan Samuel, tetapi untung saja dia buru-buru menemukan alasan konyol.Dengan lingkungan di sekitar rumahnya yang tidak begitu bersih, cukup masuk akal saat Annabelle mengatakan bahwa dia digigit nyamuk—lalu menggaruknya berlebihan hingga meninggalkan jejak kemerahan.Bahkan, agar sang ibu memercayai apa yang dia katakan, Annabelle sengaja menggaruk bagian lain leher dan tangannya hingga meninggalkan bercak merah lain.Mungkin Annabelle lupa, sang ibu yang sudah melahirkan anak hampir satu lusin banyaknya, pasti tak mudah dibodohi. Akan tetapi, saat itu tampaknya sang ibu melipat rasa sakit hati ketika menyadari anaknya mungkin sudah melakukan hubungan terlarang.Akhirnya Annabelle bisa lolos begitu saja dari interogasi sang Ibu, tet

  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 5

    Annabelle memutuskan untuk tidak membahas masalah tarif dengan Samuel, tapi dia juga tak menolak saat pria itu mengajaknya ke klub malam D'Grey— yang memiliki playlist lagu ala club Crown Kota Jakarta.Seperti biasa, Annabelle kerap menolak saat dirinya ditawari bir atau minuman beralkohol lain. Bukannya sok suci, tetapi dia memang tak suka minuman beralkohol. Lagian Annabelle juga tak tahu seberapa tinggi tubuhnya memiliki kadar toleransi pada alkohol.Di samping itu, hanya dengan merokok saja wanita itu sudah dicap sebagai 'neng bengal' oleh keluarga besarnya yang katanya maha benar—dan si ahli menghakimi.Jadi, Annabelle tak bisa membayangkan apa yang bakalan terjadi kalau semua orang tahu, bahwa selain jadi pembantu rumah tangga, Annabelle nekat mengambil tawaran nyanyi, bahkan jika sangat terdesak, sesekali dia menjadi 'Kembang Latar/Pelacur'."Terus kamu mau minum apa?" tanya Samuel saat mereka duduk pada deretan kursi tinggi di depan mini bar.Ketika Samuel memutar kursi agar be

  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 6

    Alih-alih mengerti dan memahami pengakuan Samuel yang blak-blakan, Annabelle justru merasa bulu kuduknya meremang dan bergidik ngeri setelah mendengar kalimat yang dilontarkan Samuel dengan jelas dan tegas.Baiklah, beberapa saat lalu Annabelle memang mengatakan dirinya bukan anak-anak. Namun, sekarang dia tak cukup dewasa untuk bisa mengerti dan mencerna kata-kata Samuel.Bagaimana mungkin seorang pria yang baru saja menjawab panggilan dari istrinya, lalu di detik berikutnya bisa dengan begitu mudah minta dimengerti perasaannya oleh wanita lain? Butuh upaya keras bagi Annabelle untuk mencari jawaban itu, tetapi otaknya terlalu terbatas, dan dia kesulitan memahami pria yang jelas-jelas jauh lebih tua daripada dirinya itu.Terlebih lagi, mereka baru saja bertemu satu kali. Jadi, menurut Annabelle, terlalu prematur jika dia harus memahami perasaan Samuel."Lebih baik kita nggak usah ketemu lagi." Akhirnya Annabelle kembali menemukan suaranya, dan hal itu berhasil membuat Samuel yang ten

  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 7

    "Di sebelah mana yang jual buburnya?"Pertanyaan Samuel berhasil membuyarkan lamunan Annabelle, lalu tersadar bahwa mereka sudah berada di tempat yang dituju.Annabelle menunjuk pada kedai yang didominasi cat berwarna tosca, lalu Samuel memarkirkan mobilnya, dan Annabelle tak ingin menunggu Samuel hingga membukakan pintu untuknya.Selain dia bisa membuka pintu sendiri dan melangkah turun, Annabelle sudah tak tahan ingin segera makan karena melewatkan makan malam saat dia terlalu sibuk bernyanyi di villa.Jadi, ketika Samuel berjalan masuk kedai menyusul Annabelle, wanita itu sudah berdiri sambil memesan makanannya."Mau makan apa, Om?" tanya Annabelle spontan saat Samuel berdiri di sampingnya, dia sedikit tegang ketika pria itu menyampirkan sebelah tangannya di bahu Annabelle. "Bubur apa nasi goreng?"Samuel mengernyit melihat selembar daftar menu di tangan Annabelle. Selain nasi goreng dan bubur, kedai itu hanya menyajikan berbagai mie dan aneka minuman. Melihat kondisi kedai tampak

  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 8

    Annabelle mendapati dirinya bergelung di pelukan Samuel saat mendengar alarm yang dia set pukul enam pagi. Tentu saja mereka masih berpakaian lengkap, dan mereka baru tertidur satu jam lalu setelah memutuskan menginap di salah satu hotel melati yang tak jauh dari tempat mereka berbincang.Meski mereka hanya menghabiskan waktu dengan berdebat panjang lebar di kedai bubur hingga hampir pukul lima pagi, tetapi tetap saja itu membuat seluruh tubuh Annabelle terasa remuk, dan rasanya dia tak sanggup untuk bangun dari tempat tidur.Namun, mengingat bahwa Annabelle beralasan pada sang ibu akan menginap di rumah temannya, tentu saja dia harus segera berada di sana, khawatir adik laki-lakinya akan datang menjemput.Pergerakan kecil Annabelle yang berusaha turun dari tempat tidur berhasil membuat Samuel terjaga dan menggeliat dari tidurnya."Mau ke mana, Ma?" gumam Samuel sambil menggeliat, yang tampaknya belum sadar dengan siapa dia tertidur. Namun, di detik berikutnya pria itu langsung terper

  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 9

    "Aku nggak lepas tangan loh, Anna." Sekali lagi Samuel menghidu feromon—aroma tubuh khas Annabelle yang lebih senang memakai parfum bayi. "Bentar lagi, wanginya ngangenin sih.""Tapi pegel," gerutu Annabelle sambil mendorong tubuh Samuel kuat-kuat, dan berhasil membuat pria itu berguling ke samping. "Aku ikut pulang bareng, ya?"Tanpa menunggu jawaban dari Samuel, Annabelle langsung beranjak dari tempat tidur, menutupi tubuh polosnya dengan handuk dan berderap ke kamar mandi.Ketika Annabelle keluar dari kamar mandi lima belas menit kemudian, Samuel sudah mengenakan pakaiannya dengan lengkap, dan pria itu duduk bersandar pada sofa di depan televisi sambil memainkan ponsel, lengkap dengan sebatang rokok yang dia nikmati.Samuel mengamati Annabelle mengenakan pakaiannya semalam, gerakannya begitu cepat seolah-olah melebihi seseorang yang terlambat masuk sekolah. Untuk ukuran wanita, Annabelle tak membuang lebih banyak waktu untuk bersiap-siap. Bahkan wanita itu tak bersusah payah merias

  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 10

    "Widih, Annabelle … cakep bener lu dapet ikan kakap!" Juwita—teman Annabelle, berseru sambil menggeleng-gelengkan kepala saat membawa masuk Annabelle ke rumahnya, dia nyaris tak percaya dengan apa yang dia lihat. "Jadi, yang semalem jemput lu di villa itu Om Samuel, ya?"Annabelle mengangguk membenarkan, lalu percakapan mereka terhenti sejenak saat Juwita mencari minuman dari lemari es di dekat pintu dapur.Rumah Juwita tak begitu luas, hanya satu kamar berukuran tiga meter, ruang tamu beralaskan permadani merah yang sama besar dengan ukuran kamar tidurnya, lalu dapur kecil dan kamar mandi.Juwita pernah mengatakan bahwa rumah itu adalah bagian warisan peninggalan orang tuanya—setelah saudara-saudaranya membagi rata. Jadi, salah satu alasan kenapa Annabelle sering berkunjung ke rumah Juwita, yaitu karena Juwita pun sering meminta ditemani agar tak sendirian.Masing-masing kakaknya sudah berkeluarga, sedangkan adiknya yang paling kecil ikut dengan kakak pertamanya. Sementara Juwita send

  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 11

    Jauh dari Annabelle yang berada di kediaman Juwita, Samuel masih duduk malas dalam mobil yang terparkir di pelataran rumahnya yang tampak sepi, dan Samuel meyakini istrinya pasti pergi menemani Alfian sekolah.Dia tak bisa untuk tidak tergelitik saat membaca pesan balasan dari Annabelle, lalu kembali mengetik dan membalasnya lagi.To: Room 2: [Kamu lama-lama makin ngangenin. Ngomong-ngomong, tidur dulu sana. Kabarin kalau sampe sore masih di rumah Juwita, nanti aku jemput. Aku udah sampe rumah. Have a nice day, Red Cherry.]Mengingat bahwa Samuel tidak menyembunyikan statusnya sebagai seorang yang sudah beristri, dia yakin Annabelle cukup mengerti bahwa Samuel baru saja memberi kode agar Annabelle tak membalas pesannya lagi.Samuel turun dari mobil dan menutup pintu. Derap sneaker Samuel begitu santai di atas teras dengan keramik putih mengilap, melewati dua pilar tingga dan meraih kunci rumah dari saku jaket.Namun, sebelum memasukkan kunci ke lubang pintu, salah satu dari kedua daun

Latest chapter

  • Istri Kedua Om Tampan    Garis Dua (Ending)

    Samuel berhasil tiba di rumah ketika waktu menunjukkan pukul lima subuh, persis seperti yang Annabelle ingatkan.Selimut tebal berbulu lembut menggulung di atas betis Annabelle, dan Samuel memperkirakan wanita itu tampaknya berulang kali terbangun. Lalu, keadaan kembali menyeret Samuel pada realita tentang Annabelle. Menyadarkan dirinya tentang apa yang sudah dia lakukan pada wanita itu.Wanita yang sekali lagi Samuel paksa untuk masuk ke kehidupan dirinya dengan sisa-sisa kebahagiaan yang mungkin masih dia miliki. Jika Samuel berpikir masa lalunya begitu mengerikan, lalu bagaimana dengan Annabelle yang tadi siang histeris di rumah sakit?Samuel berjalan mengendap-endap ke arah tempat tidur, menarik selimut dan menutupi tubuh Annabelle. Meski gerakan Samuel begitu hati-hati, tetapi tetap saja hal itu membuat Annabelle terperanjat dengan mata terbelalak sekaligus. Untuk beberapa saat, keterkejutan jelas mewarnai Annabelle.Lalu, kemudian wanita itu mengembuskan napas lega— meskipun wa

  • Istri Kedua Om Tampan    Hanya Milik Annabelle

    "Banyak, Om, banyak ..." Annabelle menaikkan dagu dan menatap Samuel dengan angkuh."Misalnya?" Samuel menaikkan sebelah alis, mendesak penjelasan yang sama sekali tidak bisa dia pahami."Kan waktu itu kamu kasih aku sembilan juta, waktu kamu bilang mau pergi ke Bali sama istri dan anakmu selama sebelas hari, kamu janjinya mau luangin waktu seharian buat aku kalau udah pulang—""Anna, aku udah hampir dua minggu ini nemenin kamu seharian, masa kamu masih mau ungkit—""Dengerin dulu ih!" gerutu Annabelle kesal.Jadi, Samuel mengamati Annabelle sambil menahan sorot geli. Samuel menatap Annabelle lekat-lekat sementara dia menanti untaian kalimat yang akan bergulir di bibir ranum istrinya."Nih, yah, dengerin ... Kalau sebelas hari kepergian kamu sama dengan satu hari buat aku, aku perkirakan waktu kita berpisah itu selama dua ratus dua puluh hari, yang artinya utang waktu kamu buat aku itu ada dua puluh hari ..."Annabelle memelototi Samuel ketika pria itu hampir menertawainya, dan saat S

  • Istri Kedua Om Tampan    Annabelle Wanita Matre

    Tepat pukul sepuluh malam, Annabelle dan Samuel bersama anak mereka tiba di villa. Annabelle sudah terlihat sangat lelah, seolah ingin segera melemparkan tubuhnya ke tempat tidur— tak berbeda dengan Samuel.Namun, sayangnya Samuel tak bisa langsung beristirahat, terutama karena dia sudah ditunggu Dika sejak tadi.Selama tinggal di villa, Annabelle sudah terbiasa melihat kehadiran adik lelaki Samuel yang datang setiap malam, dan dia tak pernah mempertanyakan apa yang dilakukan Samuel dan adiknya.Saat itu, dia memilih untuk sama sekali tak peduli dengan apa yang dilakukan Samuel, atau pun ke mana pria itu pergi.Akan tetapi, kali ini mungkin dia harus sedikit peduli dan mencari tahu lebih banyak tentang suaminya. Terutama setelah dia Annabelle menyadari bahwa rumah tangganya dengan Samuel kali ini benar-benar dimulai dari awal, dengan status yang jelas berbeda dari sebelumnya."Kamu istirahat duluan, nanti aku nyusul," kata Samuel setelah mengantar Annabelle ke kamar. "Kalau mau mandi

  • Istri Kedua Om Tampan    Butuh Pelukanku

    Untuk pertama kalinya Annabelle memindai wajah Yunita, seolah merekam wajah dan penampilan wanita tersebut dalam memorinya. Namun, semakin menyadari bahwa wajah Yunita begitu mulus dan pandai bersolek, Annabelle semakin membandingkan dirinya dengan wanita itu, dan tak salah jika dia berkecil hati untuk saat ini.Yunita mengenakan jeans hitam ketat, dipadu atasan merah muda yang juga ketat, sehingga membentuk setiap lekuk tubuh wanita itu. Bahkan, kerah bajunya yang berpotongan rendah sedikit memperlihatkan payudaranya yang penuh dan tampak sintal.Harus Annabelle akui, bahwa dirinya lebih pendek dari pada Yunita. Posisi mereka yang berdekatan membuatnya tersadar bahwa tinggi Annabelle hanya sebatas dagu Yunita. Dari awal melihat wanita itu, pandangan Annabelle memang hanya terfokus pada bibir dan mata Yunita, tetapi kini dia juga bisa melihat hidung Yunita sedikit lebih mancung dibanding dirinya.Hal tersebut membuat Annabelle berpikir, pantas saja dulu Samuel langsung menceraikan Ann

  • Istri Kedua Om Tampan    Bertemu Yunita

    "Kamu aja yang ke sana, aku nunggu di sini. Ngambil Samantha doang, terus nanti kamu langsung—""Kamunya ikut turun, Anna," tukas Samuel yang berdiri sambil menahan pintu di dekat Annabelle. Terkadang, Samuel harus ekstra sabar saat mendapati Annabelle bersikap kekanak-kanakan seperti itu. "Aku khawatir bakalan sedikit lama, soalnya si Alfian udah seminggu nggak ketemu aku. Ikut turun, ya?""Ish, tapi kan aku malu sama kakak kamu, Om!" Annabelle memberingis masam. "Pas ketemu waktu itu aku bentak-bentak kakak kamu. Masa sekarang—""Sayang, nggak apa-apa, dia juga nggak ambil hati, kok," Samuel membujuk sambil mengulurkan tangan, tetapi Annabelle tetap tak bergerak dari kursinya. "Lagian, kamu bilang kan waktu itu kaget karena Samantha nggak ada. Turun, yuk? Kakakku nggak suka gigit orang, kok."Annabelle tampak ragu. Sekali lagi dia mengedarkan pandangan ke depan, pada sederet motor yang terparkir di pelataran rumah. Sesungguhnya, dia benar-benar malu saat berpikir akan berhadapan den

  • Istri Kedua Om Tampan    Anak Adopsi

    "Kamu mah bener-bener keterlaluan. Udah mah ngasih hadiah ke cowok lain, ngerepotin sampe harus nemenin kamu nyari kantor pos buat kirim barang. Terbuka sih terbuka sama suami, nggak mau nyembunyiin hal apa pun, tapi kalau sampe perhatiannya kayak gitu, aku juga bisa sakit hati, Anna."Annabelle memiringkan kepala melihat bagaimana wajah Samuel begitu kusut, sementara bibir Samuel terus menggerutu selagi pria itu melaju dengan kecepatan tinggi.Bahkan, manuver-manuver yang dilakukan Samuel sedikit kasar. Dan Annabelle hanya bisa kasihan sekaligus berbunga-bunga melihat kecemburuan Samuel yang begitu besar.Sebelumnya, Annabelle tak pernah merasa dicemburui sebegitu terang-terangan oleh pria. Jadi, ketika Samuel bersikap demikian, bukan salah Annabelle jika dia ingin berlama-lama melihat suaminya terbakar cemburu. Entah mengapa, ada kebanggaan tersendiri bagi Annabelle dicemburui oleh pria yang dia cintai, suaminya."Ya udah ntar mah nggak usah bilang-bilang kamu kalau aku mau kasih ha

  • Istri Kedua Om Tampan    Usil

    "Bisa nggak sih beli susunya di minimarket pertigaan villa aja? Kanapa harus ke mall cuma mau beli susu doang?""Nggak ada salahnya mampir sekalian lewat 'kan?" Samuel menggandeng tangan Annabelle ketika berjalan memasuki gedung pusat perbelanjaan."Emang susunya Samantha beneran udah mau abis?" Annabelle berusaha mengingat-ingat sebelum akhirnya kembali berkata, "Perasaan aku liat masih ada dua kaleng yang belum dibuka. Minggu lalu kan kamu belinya tiga, masa seminggu udah abis semua sih?"Samuel tak menjawab, hanya mengulum senyum nakal sambil melirik Annabelle ketika mereka berjalan ke ekskalator.Annabelle mendongak dan menyadari bahwa susu Samantha yang katanya habis hanya alasan Samuel agar dia mau diajak mampir ke mall. Jadi, tak heran jika sekarang Annabelle mendengkus jengkel dan mengempas tangan Samuel yang menggandengnya."Dasar pria licik," gerutu Annabelle ketika mereka tiba di lantai dua. "Udah pulang aja sekarang. Ini udah sore, kasian Samantha.""Pulang sekarang atau

  • Istri Kedua Om Tampan    Menjenguk Kavling

    "Jadi itu alesannya kenapa kamu juga konsultasi ke dokter Cheppy?" Annabelle tak tahu sejak kapan air matanya bercucuran saat lagi-lagi mengetahui fakta yang dialami Samuel selama ini.Ketika Samuel hanya mengangguk dan mengembuskan napas berat, Annabelle kembali menambahkan dengan pedih, "Kenapa Om nggak datang sejak awal dan ngasih tau aku, kenapa kamu nggak bilang kalau kamu butuh aku?"Air wajah Samuel masam dan serba salah ketika sejak tadi tak bisa menghentikan tangis Annabelle. "Akunya malu, Anna. Aku sadar udah nyakitin kamu, aku takut kamu nggak maafin aku," kata Samuel pahit. "Lagian, aku bener-bener takut, takut aku bawa penyakit yang ujung-ujungnya bakal nular ke kamu. Aku nggak mau kamu sampe kenapa-kenapa gara-gara aku.""Nyampe nahan diri nggak mau nemuin aku, padahal kamu kangen pengen ketemu aku? Gitu?" Annabelle terisak-isak menahan sesak. "Padahal, setelah aku tau kalau aku hamil, tiap hari aku nungguin kamu. Tiap hari aku berdoa supaya Tuhan buka hati kamu biar sek

  • Istri Kedua Om Tampan    Skandal Kebusukan Yunita

    Malam itu, seusai menjatuhkan talak tiga pada Yunita, Samuel langsung pergi tanpa membawa Alfian. Awalnya, Samuel berpikir dia bisa melepaskan Alfian begitu saja.Akan tetapi, kehilangan Alfian ternyata jauh lebih menyakitkan dari pada kehilangan Annabelle dan pengkhianatan yang dilakukan Yunita.Ketika malam semakin larut dan semakin banyak Samuel meneguk Marteel, dia mendapati dirinya semakin hancur dalam kesendirian dan rasa sakit.Dalam kondisinya yang berada di bawah pengaruh alkohol, benak Samuel dipenuhi oleh bayang-bayang Annabelle yang begitu terluka ketika dia menceraikannya tadi sore.Samuel tertawa getir saat berkelebat pemikiran bahwa karma tersadis yang dia lakukan pada Annabelle dibayar kontan sebelum dua puluh empat jam. Samuel tak bisa menebak seberapa terlukanya Annabelle, tetapi dia sadar, rasa sakit yang dia dapatkan saat ini mungkin tak sebanding dengan luka yang dirasakan Annabelle.Meski demikian, Samuel hanya berharap wanita itu belum benar-benar jatuh cinta p

DMCA.com Protection Status