Share

Bab 5

Penulis: Evie Everly
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-26 00:28:21

Annabelle memutuskan untuk tidak membahas masalah tarif dengan Samuel, tapi dia juga tak menolak saat pria itu mengajaknya ke klub malam D'Grey— yang memiliki playlist lagu ala club Crown Kota Jakarta.

Seperti biasa, Annabelle kerap menolak saat dirinya ditawari bir atau minuman beralkohol lain. Bukannya sok suci, tetapi dia memang tak suka minuman beralkohol. Lagian Annabelle juga tak tahu seberapa tinggi tubuhnya memiliki kadar toleransi pada alkohol.

Di samping itu, hanya dengan merokok saja wanita itu sudah dicap sebagai 'neng bengal' oleh keluarga besarnya yang katanya maha benar—dan si ahli menghakimi.

Jadi, Annabelle tak bisa membayangkan apa yang bakalan terjadi kalau semua orang tahu, bahwa selain jadi pembantu rumah tangga, Annabelle nekat mengambil tawaran nyanyi, bahkan jika sangat terdesak, sesekali dia menjadi 'Kembang Latar/Pelacur'.

"Terus kamu mau minum apa?" tanya Samuel saat mereka duduk pada deretan kursi tinggi di depan mini bar.

Ketika Samuel memutar kursi agar berhadapan dengan Annabelle, wanita itu sedikit mencondongkan tubuh setelah memastikan bahwa bartender tak mungkin mendengarkan percakapan mereka.

Mungkin Annabelle tak sadar kalau suara musik dalam klub itu sangat memekakan telinga, sehingga dia berbicara dengan berbisik-bisik.

"Ngomong apaan sih, Anna?" Samuel terkekeh geli saat wanita itu membisikkan minuman yang dia inginkan. "Nggak kedengaran tau."

"Masa nggak kedengaran?" Annabelle menggerutu, tak sadar kalau suaranya kini sedikit tinggi. "Annabelle bilang pengen minum buavita rasa leci. Kayaknya seger. Tapi kalau nggak ada buavita, susu ultra rasa stroberi juga nggak apa-apa."

"Susah emang kalau kencan sama anak-anak." Samuel tertawa hingga nyaris terpingkal-pingkal. "Mana ada minuman kayak gitu di tempat ginian, Anna?"

"Atuh kan tadi si Om yang nawarin aku mau minum apaan?" Annabelle mendengkus kesal, ekspresinya sedikit murung saat mendengar Samuel menyebutnya anak-anak.

Jadi, dia berkata dengan bersungguh-sungguh, "Ngomong-ngomong, usiaku dua puluh satu, Om. Hanya karena nggak suka minum alkohol, atau karena yang dimintanya susu, bukan berarti Annabelle masih anak-anak. Lagian aku pernah nikah dan berumah tangga, berarti udah jelas kalau aku bukan anak-anak!"

Samuel memberingis ngeri melihat Annabelle memasang ekspresi sinis. Biasanya, Samuel tak suka jika wanita yang dia bersamanya memberikan ekspresi tak bersahabat.

Namun, entah mengapa dia justru tertawa mendengar kalimat protes yang dilontarkan Annabelle, terutama saat mengetahui berapa usia wanita itu.

"Tapi kamu memang masih anak-anak kalo dibanding aku." Samuel terkekeh sambil mengacak-acak rambut wanita yang mengaku dirinya bukan bocah itu. "Kalau kamu memang berusia dua puluh satu, artinya saat kamu lahir, kayaknya aku udah mau lulus SMA. Yang artinya lagi, perbedaan usia kita bahkan lebih dari lima belas tahun."

"Oh, pantesan aku lebih nyaman manggil dengan sebutan Om dari pada manggil nama," seru Annabelle dengan ceria. "Emang usia Om berapa?"

Baiklah, satu hal lagi yang membuat Samuel tertawa. Sangat jarang orang dewasa menanyakan usia secara blak-blakan. Memang, usia bukan hal yang perlu dirahasiakan.

Namun, memang sah-sah saja jika ada orang yang tidak mau memublikasikan usianya pada orang lain, kecuali bila diperlukan.

Jadi, menurut Samuel, alangkah baiknya jika memang tidak diperlukan, maka tidak perlu menanyakan umur pada orang lain, khususnya pada orang yang tidak terlalu dekat.

Hanya saja, entah mengapa dia merasa tidak tersinggung, toh Annabelle memang berbicara sangat terbuka, dan faktanya sikap kekanakannya tak bisa disembunyikan. Namun, entah mengapa hal itu menjadi daya tarik tersendiri bagi Samuel.

"Tiga puluh delapan tahun." Samuel berbicara sambil mengambil sebungkus rokok dan pemantik dari saku jaket. Tak lama kemudian, sebatang rokok yang menyala sudah berada di antara jemarinya. "Kamu tungguin bentar, ya?"

"Mau ke mana?" tanya Annabelle, refleks ikut turun dari kursi tinggi dan berdiri di hadapan Samuel. "Ikut atuh."

"Bentaran, jawab telepon doang." Samuel mengedikkan kepala, menginstruksikan agar Annabelle kembali duduk.

Namun, wanita itu malah murung, tampaknya terlalu takut ditinggal sendirian di tempat asing yang kebanyakan penghuninya adalah orang-orang yang sudah hanyut oleh alkohol, mereka menari-nari mengikuti irama musik yang memekakkan telinga.

Ketika Samuel akan melangkah, Annabelle menarik ujung jaket bagian belakang pria itu sambil mengikuti dan memekik, "Om, Annabelle takut dideketin orang mabuk, ih!"

Akhirnya Samuel menahan umpatan dan menoleh, lalu menyadari bahwa manik mata Annabelle memang memancarkan ketakutan seperti anak-anak.

Akhirnya Samuel merangkul pinggang Annabelle, menyuruhnya kembali duduk di kursi tinggi.

"Istriku nelpon. Kamu tungguin bentar, karena di sini terlalu berisik untuk menjawab telepon," kata Samuel sambil mengecup pipi Annabelle. Dia menoleh pada dua pria yang menari di dekat sound system besar di sudut ruangan. "Dia karyawanku, kalau ada apa-apa, kamu panggil dia. Aku keluar nggak sampe lima menit, kok."

Annabelle sebenarnya ingin protes, ingin mengatakan pada Samuel, untuk apa dia membawanya ke tempat seperti itu jika akhirnya ditinggalkan?

Namun, ketika Samuel menyebutkan kata 'istriku' dengan nada serba salah, mau tak mau Annabelle hanya menelan keluhannya.

Berupaya melipat ketakutan akan adanya gangguan dari para pria yang mabuk, Annabelle menyalakan sebatang rokok dan memusatkan fokusnya pada game tetris dalam blackberry-nya. Memilih berpura-pura tuli saat beberapa pria bersiul, memanggilnya untuk bergabung menari dengan mereka.

Oh, Annabelle memang bukan wanita baik-baik. Namun, keberadaannya di tempat seperti itu, meski tak memakai pakaian terbuka, tetapi tetap saja dia merasa sangat buruk.

Beberapa menit berlalu, dua batang rokok sudah habis, dan game tetris yang dimainkan Annabelle sudah mencapai level 11. Namun, Samuel masih belum kunjung muncul, dan hal itu membuat degup jantung Annabelle berdentam-dentam ketakutan.

Akhirnya Annabelle mendongak dan menatap ke arah pintu, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang hiruk pikuk. Berupaya melakukan apa saja agar dia tak begitu takut, tetapi yang ada justru dia dikenali oleh seorang pria yang berada di kerumunan orang tersebut.

Annabelle tak bisa mengingat siapa pria yang kini melambaikan tangan dan menghampirinya, tetapi kemudian pria itu duduk dan memperkenalkan diri, yang katanya beliau adalah orang yang pernah membooking Annabelle beberapa minggu lalu.

Ah, memang bukan gagasan bagus untuk mengingat salah satu pelanggannya. Karena hal itu hanya membuat Annabelle semakin teringat berapa banyak dosa yang sudah dia timbun.

Meski begitu, Annabelle tetap menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan pria itu. Sesekali dia tertawa dipaksakan, meski dalam hatinya bertanya-tanya kapan Samuel kembali.

Ketakutan Annabelle semakin menjadi saat pria yang mengaku sebagai tamunya itu ingin tidur dengannya. Sadar bahwa dia datang ke sana bukan untuk menjajakan tubuh, tentu saja Annabelle menolak gagasan pria itu.

Namun, pria itu tampaknya sudah berada di bawah pengaruh alkohol. Dia menarik tangan Annabelle hingga wanita itu terpaksa turun dari kursinya.

"Kang, maaf, aku dateng ke sini bukan untuk nglayanin tamu," kata Annabelle sambil berupaya menarik tangannya dari genggaman pria itu.

"Ah, nggak usah pura-pura dan jual mahal deh, Anna." Pria itu kembali menyambar pergelangan Annabelle. "Kerjaannya lonte udah pasti nyari tamu berkantong tebal. Udahlah, daripada nyari tamu nggak jelas, mending layani aku sampai—"

Ucapan pria itu terputus ketika seseorang dari belakang menepuk pundaknya hingga dia menoleh, lalu sebuah tinjauan melayang di pipi kirinya. Mau tak mau dia terhuyung dan melepaskan cengkramannya dari tangan Annabelle.

"Nggak usah bikin onar kalau lagi di tempat hiburan!"

Samuel menggeram jengkel saat melihat pria mabuk itu terhuyung dan dibantu beberapa orang untuk berdiri, sementara dia langsung menarik Annabelle ke dalam pelukan. "Kamu nggak apa-apa kan, Anna?"

Sebelum Annabelle sempat menjawab, pria mabuk itu tampaknya tak terima dengan perlakuan Samuel. Dia berdiri tak stabil sambil berkacak pinggang dan berkata, "Siapa yang buat onar? Kamu datang-datang langsung main pukul orang sembarangan dan main ambil pacarku!"

Wajah Samuel mengeras dan menoleh pada Annabelle, tetapi wanita itu langsung menggeleng cepat dan menyanggah, "Annabelle pernah ketemu dia sekali, dia bukan pacarku. Beneran."

"Iya, kamu bukan pacarku," pria itu membenarkan. "Tapi malam itu kan kamu layani aku, Annabelle? Aku cuma mau berbaik hati, daripada kamu ngelonte dan nyari tamu di tempat kaya gini, mending aku make kamu lagi malem ini. Eh, ini pria sok jagoan tiba-tiba datang dan main nyosor dan ngambil kamu! Siapa lu, sialan?"

Baiklah, Samuel belum sepenuhnya mabuk. Dan dia tak ingin menghabiskan lebih banyak energi untuk menghadapi pria itu, karena dari bicaranya yang tak keruan saja Samuel tahu pria itu benar-benar sudah mabuk.

Namun, ketika Samuel akan mengajak Annabelle keluar, pria itu kembali menarik tangan Annabelle—seolah begitu percaya diri bahwa dia yang membawa Annabelle ke tempat tersebut. Bahkan, meski beberapa orang mencoba mengendalikan pria itu, tetapi dia tetap saja berteriak, "Ayolah, Annabelle … dompetku lagi tebel. Aku baru gajian dan bisa bayar kamu semalaman."

Samuel tak ingin menggubris, tetapi pria mabuk itu benar-benar berhasil menyulut emosinya, dan dia ingin marah saat pria itu lagi-lagi membahas kata lonte yang dilontarkan pada Annabelle dengan suara keras. Memang, dia tak memungkiri bahwa Annabelle memang wanita malam—bahkan dirinya sendiri pun bertemu dengan cara seperti itu.

Namun, saat melihat Annabelle menggigit bibir sementara manik matanya tampak terluka, ada rasa nyeri yang mencuat di hati Samuel. Akhirnya dia menarik tangan Annabelle keluar, sementara beberapa orang mengamankan orang mabuk itu agar tak lagi berbuat onar.

"Aku mau pulang." Tiga kata itu yang diucapkan Annabelle ketika mereka baru saja keluar dari klub dan berjalan menuju parkiran.

Air wajah Samuel berubah masam dan tak sedap dipandang, terutama ketika Annabelle menyentak lepas tangannya dari genggaman pria itu.

"Kamu marah?"

Itu bukan terdengar seperti pertanyaan, tetapi sebuah teguran galak yang membuat Annabelle mengerutkan dahi.

"Nggak ada alasan buat marah," kata Annabelle datar. "Mana boleh aku marah sama suami orang?"

Tentu saja dia tidak berani mengakui bahwa dia memang benar-benar marah pada Samuel. Walaupun dia memang kesal karena Samuel meninggalkannya selama hampir lima belas menit dalam klub, tetapi dia yakin pria itu tidak akan peduli padanya 'kan?

Annabelle yakin, pria itu hanya tahu bahwa Annabelle harus menemaninya malam ini, dan sudah dapat dipastikan Samuel tak akan peduli bahwa dia terluka oleh perlakuan dan ucapan pria mabuk barusan.

"Bisa nggak ngomongnya yang rada enakan dikit?" gerutu Samuel sambil menyambar tangan Annabelle kembali, lalu menarik paksa wanita itu agar masuk mobil. "Aku ngajak kamu ketemu karena aku kangen. Kamu ngerti nggak?"

"Kalau kangen, kenapa bawa aku ke tempat kayak gini?" Annabelle menggerutu setelah Samuel mengitari mobil dan masuk ke kursi di balik kemudi.

Selanjutnya, Annabelle tak bisa menahan diri saat mengingat apa yang diucapkan pria mabuk itu saat menggodanya.

"Kayaknya seneng banget nunjukin sama orang-orang kalau aku ini lonte!" Annabelle menelan ludah dengan susah payah setelah melontarkan kalimatnya.

Samuel menoleh dan menatap kesal mendengar kalimat Annabelle yang penuh sindiran.

"Kamu pikir aku sengaja ngelakuin itu?" tanya Samuel galak. "Picik banget otak kamu? Kalau aku tau kamu bakal dibikin malu, aku juga nggak mungkin ngajak kamu ke tempat kayak gini. Yang jelas, aku cuma mau lebih lama sama kamu, nggak melulu ngabisin waktu di tempat tidur terus kamu buru-buru pulang. Kamu paham nggak sih perasaanku, Anna?"

Bab terkait

  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 6

    Alih-alih mengerti dan memahami pengakuan Samuel yang blak-blakan, Annabelle justru merasa bulu kuduknya meremang dan bergidik ngeri setelah mendengar kalimat yang dilontarkan Samuel dengan jelas dan tegas.Baiklah, beberapa saat lalu Annabelle memang mengatakan dirinya bukan anak-anak. Namun, sekarang dia tak cukup dewasa untuk bisa mengerti dan mencerna kata-kata Samuel.Bagaimana mungkin seorang pria yang baru saja menjawab panggilan dari istrinya, lalu di detik berikutnya bisa dengan begitu mudah minta dimengerti perasaannya oleh wanita lain? Butuh upaya keras bagi Annabelle untuk mencari jawaban itu, tetapi otaknya terlalu terbatas, dan dia kesulitan memahami pria yang jelas-jelas jauh lebih tua daripada dirinya itu.Terlebih lagi, mereka baru saja bertemu satu kali. Jadi, menurut Annabelle, terlalu prematur jika dia harus memahami perasaan Samuel."Lebih baik kita nggak usah ketemu lagi." Akhirnya Annabelle kembali menemukan suaranya, dan hal itu berhasil membuat Samuel yang ten

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 7

    "Di sebelah mana yang jual buburnya?"Pertanyaan Samuel berhasil membuyarkan lamunan Annabelle, lalu tersadar bahwa mereka sudah berada di tempat yang dituju.Annabelle menunjuk pada kedai yang didominasi cat berwarna tosca, lalu Samuel memarkirkan mobilnya, dan Annabelle tak ingin menunggu Samuel hingga membukakan pintu untuknya.Selain dia bisa membuka pintu sendiri dan melangkah turun, Annabelle sudah tak tahan ingin segera makan karena melewatkan makan malam saat dia terlalu sibuk bernyanyi di villa.Jadi, ketika Samuel berjalan masuk kedai menyusul Annabelle, wanita itu sudah berdiri sambil memesan makanannya."Mau makan apa, Om?" tanya Annabelle spontan saat Samuel berdiri di sampingnya, dia sedikit tegang ketika pria itu menyampirkan sebelah tangannya di bahu Annabelle. "Bubur apa nasi goreng?"Samuel mengernyit melihat selembar daftar menu di tangan Annabelle. Selain nasi goreng dan bubur, kedai itu hanya menyajikan berbagai mie dan aneka minuman. Melihat kondisi kedai tampak

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 8

    Annabelle mendapati dirinya bergelung di pelukan Samuel saat mendengar alarm yang dia set pukul enam pagi. Tentu saja mereka masih berpakaian lengkap, dan mereka baru tertidur satu jam lalu setelah memutuskan menginap di salah satu hotel melati yang tak jauh dari tempat mereka berbincang.Meski mereka hanya menghabiskan waktu dengan berdebat panjang lebar di kedai bubur hingga hampir pukul lima pagi, tetapi tetap saja itu membuat seluruh tubuh Annabelle terasa remuk, dan rasanya dia tak sanggup untuk bangun dari tempat tidur.Namun, mengingat bahwa Annabelle beralasan pada sang ibu akan menginap di rumah temannya, tentu saja dia harus segera berada di sana, khawatir adik laki-lakinya akan datang menjemput.Pergerakan kecil Annabelle yang berusaha turun dari tempat tidur berhasil membuat Samuel terjaga dan menggeliat dari tidurnya."Mau ke mana, Ma?" gumam Samuel sambil menggeliat, yang tampaknya belum sadar dengan siapa dia tertidur. Namun, di detik berikutnya pria itu langsung terper

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 9

    "Aku nggak lepas tangan loh, Anna." Sekali lagi Samuel menghidu feromon—aroma tubuh khas Annabelle yang lebih senang memakai parfum bayi. "Bentar lagi, wanginya ngangenin sih.""Tapi pegel," gerutu Annabelle sambil mendorong tubuh Samuel kuat-kuat, dan berhasil membuat pria itu berguling ke samping. "Aku ikut pulang bareng, ya?"Tanpa menunggu jawaban dari Samuel, Annabelle langsung beranjak dari tempat tidur, menutupi tubuh polosnya dengan handuk dan berderap ke kamar mandi.Ketika Annabelle keluar dari kamar mandi lima belas menit kemudian, Samuel sudah mengenakan pakaiannya dengan lengkap, dan pria itu duduk bersandar pada sofa di depan televisi sambil memainkan ponsel, lengkap dengan sebatang rokok yang dia nikmati.Samuel mengamati Annabelle mengenakan pakaiannya semalam, gerakannya begitu cepat seolah-olah melebihi seseorang yang terlambat masuk sekolah. Untuk ukuran wanita, Annabelle tak membuang lebih banyak waktu untuk bersiap-siap. Bahkan wanita itu tak bersusah payah merias

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 10

    "Widih, Annabelle … cakep bener lu dapet ikan kakap!" Juwita—teman Annabelle, berseru sambil menggeleng-gelengkan kepala saat membawa masuk Annabelle ke rumahnya, dia nyaris tak percaya dengan apa yang dia lihat. "Jadi, yang semalem jemput lu di villa itu Om Samuel, ya?"Annabelle mengangguk membenarkan, lalu percakapan mereka terhenti sejenak saat Juwita mencari minuman dari lemari es di dekat pintu dapur.Rumah Juwita tak begitu luas, hanya satu kamar berukuran tiga meter, ruang tamu beralaskan permadani merah yang sama besar dengan ukuran kamar tidurnya, lalu dapur kecil dan kamar mandi.Juwita pernah mengatakan bahwa rumah itu adalah bagian warisan peninggalan orang tuanya—setelah saudara-saudaranya membagi rata. Jadi, salah satu alasan kenapa Annabelle sering berkunjung ke rumah Juwita, yaitu karena Juwita pun sering meminta ditemani agar tak sendirian.Masing-masing kakaknya sudah berkeluarga, sedangkan adiknya yang paling kecil ikut dengan kakak pertamanya. Sementara Juwita send

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 11

    Jauh dari Annabelle yang berada di kediaman Juwita, Samuel masih duduk malas dalam mobil yang terparkir di pelataran rumahnya yang tampak sepi, dan Samuel meyakini istrinya pasti pergi menemani Alfian sekolah.Dia tak bisa untuk tidak tergelitik saat membaca pesan balasan dari Annabelle, lalu kembali mengetik dan membalasnya lagi.To: Room 2: [Kamu lama-lama makin ngangenin. Ngomong-ngomong, tidur dulu sana. Kabarin kalau sampe sore masih di rumah Juwita, nanti aku jemput. Aku udah sampe rumah. Have a nice day, Red Cherry.]Mengingat bahwa Samuel tidak menyembunyikan statusnya sebagai seorang yang sudah beristri, dia yakin Annabelle cukup mengerti bahwa Samuel baru saja memberi kode agar Annabelle tak membalas pesannya lagi.Samuel turun dari mobil dan menutup pintu. Derap sneaker Samuel begitu santai di atas teras dengan keramik putih mengilap, melewati dua pilar tingga dan meraih kunci rumah dari saku jaket.Namun, sebelum memasukkan kunci ke lubang pintu, salah satu dari kedua daun

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 12

    Samuel memutuskan kembali pulang setelah meyakini bahwa istrinya memang hanya pergi ke sekolah Alfian—tidak berbuat sesuatu yang pernah dilakukan Yunita dua tahun lalu.Sambil berupaya menekan kecurigaan yang menggelegak dalam jiwanya, Samuel kembali menunggangi motor dan memacu perlahan. Meski dia sempat tidak yakin bahwa Yunita sedang mengobrol dengan orang yang disebut sebagai ibunya teman Alfian, tetapi bisa saja Yunita memang sedang mengobrol dengan beliau melalui SMS atau telepon.Setelah tiba di rumah beberapa menit kemudian dan merasa sedikit tenang karena kecurigaannya tak terbukti, Samuel menyimpan ponselnya di atas meja rias, lalu berganti pakaian dan langsung tidur.Walau bagaimanapun, setelah terjaga dari kemarin sore, hanya tertidur satu jam pagi hari, dan berakhir dengan pergulatan luar biasa bersama Annabelle, tentu saja Samuel sekarang merasa bahwa dia benar-benar perlu tidur sejenak.Dia tak perlu bersusah payah untuk memikirkan tamu-tamu yang menyewa villa dan pengin

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Istri Kedua Om Tampan    Bab 13

    Yunita tersenyum malu-malu, dia memang mengaku sebagai Vita. Bukan nama palsu, tetapi diambil dari nama belakangnya—Yunita Pusvitasari."Kamu lebih tampan dari pada di foto, Mas," kata Yunita dengan senyum nakal. "Keliatan lebih muda juga.""Ah, kamu bisa aja. Biasa aja, kok," sahut Aldi enteng. "Eh, beneran aman kan kita ketemuan? Aku khawatir kamu udah ada yang punya, ntar tau-tau kita digerebek padahal aku udah jauh-jauh dateng dari Jakarta, sampe relain—""Udah tenang aja, Mas," potong Yunita buru-buru, suaranya berubah sedikit sendu. "Kan aku bilang kalau aku janda udah dua tahun. Suami dan anakku meninggal kecelakaan, makanya aku baru bisa buka hati lagi buat laki-laki lain. Aku terlalu cinta sama suamiku, sampe nggak rela gantiin posisi dia sama laki-laki lain. Tapi untungnya temenku pada ngingetin kalau aku harus bangkit dan buka hati lagi, kalau—""Jangan sedih, Vit," tukas Aldi sambil mengusap-usap bahunya. "Aku udah sering denger kamu cerita di telepon sambil nangis. Makanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14

Bab terbaru

  • Istri Kedua Om Tampan    Garis Dua (Ending)

    Samuel berhasil tiba di rumah ketika waktu menunjukkan pukul lima subuh, persis seperti yang Annabelle ingatkan.Selimut tebal berbulu lembut menggulung di atas betis Annabelle, dan Samuel memperkirakan wanita itu tampaknya berulang kali terbangun. Lalu, keadaan kembali menyeret Samuel pada realita tentang Annabelle. Menyadarkan dirinya tentang apa yang sudah dia lakukan pada wanita itu.Wanita yang sekali lagi Samuel paksa untuk masuk ke kehidupan dirinya dengan sisa-sisa kebahagiaan yang mungkin masih dia miliki. Jika Samuel berpikir masa lalunya begitu mengerikan, lalu bagaimana dengan Annabelle yang tadi siang histeris di rumah sakit?Samuel berjalan mengendap-endap ke arah tempat tidur, menarik selimut dan menutupi tubuh Annabelle. Meski gerakan Samuel begitu hati-hati, tetapi tetap saja hal itu membuat Annabelle terperanjat dengan mata terbelalak sekaligus. Untuk beberapa saat, keterkejutan jelas mewarnai Annabelle.Lalu, kemudian wanita itu mengembuskan napas lega— meskipun wa

  • Istri Kedua Om Tampan    Hanya Milik Annabelle

    "Banyak, Om, banyak ..." Annabelle menaikkan dagu dan menatap Samuel dengan angkuh."Misalnya?" Samuel menaikkan sebelah alis, mendesak penjelasan yang sama sekali tidak bisa dia pahami."Kan waktu itu kamu kasih aku sembilan juta, waktu kamu bilang mau pergi ke Bali sama istri dan anakmu selama sebelas hari, kamu janjinya mau luangin waktu seharian buat aku kalau udah pulang—""Anna, aku udah hampir dua minggu ini nemenin kamu seharian, masa kamu masih mau ungkit—""Dengerin dulu ih!" gerutu Annabelle kesal.Jadi, Samuel mengamati Annabelle sambil menahan sorot geli. Samuel menatap Annabelle lekat-lekat sementara dia menanti untaian kalimat yang akan bergulir di bibir ranum istrinya."Nih, yah, dengerin ... Kalau sebelas hari kepergian kamu sama dengan satu hari buat aku, aku perkirakan waktu kita berpisah itu selama dua ratus dua puluh hari, yang artinya utang waktu kamu buat aku itu ada dua puluh hari ..."Annabelle memelototi Samuel ketika pria itu hampir menertawainya, dan saat S

  • Istri Kedua Om Tampan    Annabelle Wanita Matre

    Tepat pukul sepuluh malam, Annabelle dan Samuel bersama anak mereka tiba di villa. Annabelle sudah terlihat sangat lelah, seolah ingin segera melemparkan tubuhnya ke tempat tidur— tak berbeda dengan Samuel.Namun, sayangnya Samuel tak bisa langsung beristirahat, terutama karena dia sudah ditunggu Dika sejak tadi.Selama tinggal di villa, Annabelle sudah terbiasa melihat kehadiran adik lelaki Samuel yang datang setiap malam, dan dia tak pernah mempertanyakan apa yang dilakukan Samuel dan adiknya.Saat itu, dia memilih untuk sama sekali tak peduli dengan apa yang dilakukan Samuel, atau pun ke mana pria itu pergi.Akan tetapi, kali ini mungkin dia harus sedikit peduli dan mencari tahu lebih banyak tentang suaminya. Terutama setelah dia Annabelle menyadari bahwa rumah tangganya dengan Samuel kali ini benar-benar dimulai dari awal, dengan status yang jelas berbeda dari sebelumnya."Kamu istirahat duluan, nanti aku nyusul," kata Samuel setelah mengantar Annabelle ke kamar. "Kalau mau mandi

  • Istri Kedua Om Tampan    Butuh Pelukanku

    Untuk pertama kalinya Annabelle memindai wajah Yunita, seolah merekam wajah dan penampilan wanita tersebut dalam memorinya. Namun, semakin menyadari bahwa wajah Yunita begitu mulus dan pandai bersolek, Annabelle semakin membandingkan dirinya dengan wanita itu, dan tak salah jika dia berkecil hati untuk saat ini.Yunita mengenakan jeans hitam ketat, dipadu atasan merah muda yang juga ketat, sehingga membentuk setiap lekuk tubuh wanita itu. Bahkan, kerah bajunya yang berpotongan rendah sedikit memperlihatkan payudaranya yang penuh dan tampak sintal.Harus Annabelle akui, bahwa dirinya lebih pendek dari pada Yunita. Posisi mereka yang berdekatan membuatnya tersadar bahwa tinggi Annabelle hanya sebatas dagu Yunita. Dari awal melihat wanita itu, pandangan Annabelle memang hanya terfokus pada bibir dan mata Yunita, tetapi kini dia juga bisa melihat hidung Yunita sedikit lebih mancung dibanding dirinya.Hal tersebut membuat Annabelle berpikir, pantas saja dulu Samuel langsung menceraikan Ann

  • Istri Kedua Om Tampan    Bertemu Yunita

    "Kamu aja yang ke sana, aku nunggu di sini. Ngambil Samantha doang, terus nanti kamu langsung—""Kamunya ikut turun, Anna," tukas Samuel yang berdiri sambil menahan pintu di dekat Annabelle. Terkadang, Samuel harus ekstra sabar saat mendapati Annabelle bersikap kekanak-kanakan seperti itu. "Aku khawatir bakalan sedikit lama, soalnya si Alfian udah seminggu nggak ketemu aku. Ikut turun, ya?""Ish, tapi kan aku malu sama kakak kamu, Om!" Annabelle memberingis masam. "Pas ketemu waktu itu aku bentak-bentak kakak kamu. Masa sekarang—""Sayang, nggak apa-apa, dia juga nggak ambil hati, kok," Samuel membujuk sambil mengulurkan tangan, tetapi Annabelle tetap tak bergerak dari kursinya. "Lagian, kamu bilang kan waktu itu kaget karena Samantha nggak ada. Turun, yuk? Kakakku nggak suka gigit orang, kok."Annabelle tampak ragu. Sekali lagi dia mengedarkan pandangan ke depan, pada sederet motor yang terparkir di pelataran rumah. Sesungguhnya, dia benar-benar malu saat berpikir akan berhadapan den

  • Istri Kedua Om Tampan    Anak Adopsi

    "Kamu mah bener-bener keterlaluan. Udah mah ngasih hadiah ke cowok lain, ngerepotin sampe harus nemenin kamu nyari kantor pos buat kirim barang. Terbuka sih terbuka sama suami, nggak mau nyembunyiin hal apa pun, tapi kalau sampe perhatiannya kayak gitu, aku juga bisa sakit hati, Anna."Annabelle memiringkan kepala melihat bagaimana wajah Samuel begitu kusut, sementara bibir Samuel terus menggerutu selagi pria itu melaju dengan kecepatan tinggi.Bahkan, manuver-manuver yang dilakukan Samuel sedikit kasar. Dan Annabelle hanya bisa kasihan sekaligus berbunga-bunga melihat kecemburuan Samuel yang begitu besar.Sebelumnya, Annabelle tak pernah merasa dicemburui sebegitu terang-terangan oleh pria. Jadi, ketika Samuel bersikap demikian, bukan salah Annabelle jika dia ingin berlama-lama melihat suaminya terbakar cemburu. Entah mengapa, ada kebanggaan tersendiri bagi Annabelle dicemburui oleh pria yang dia cintai, suaminya."Ya udah ntar mah nggak usah bilang-bilang kamu kalau aku mau kasih ha

  • Istri Kedua Om Tampan    Usil

    "Bisa nggak sih beli susunya di minimarket pertigaan villa aja? Kanapa harus ke mall cuma mau beli susu doang?""Nggak ada salahnya mampir sekalian lewat 'kan?" Samuel menggandeng tangan Annabelle ketika berjalan memasuki gedung pusat perbelanjaan."Emang susunya Samantha beneran udah mau abis?" Annabelle berusaha mengingat-ingat sebelum akhirnya kembali berkata, "Perasaan aku liat masih ada dua kaleng yang belum dibuka. Minggu lalu kan kamu belinya tiga, masa seminggu udah abis semua sih?"Samuel tak menjawab, hanya mengulum senyum nakal sambil melirik Annabelle ketika mereka berjalan ke ekskalator.Annabelle mendongak dan menyadari bahwa susu Samantha yang katanya habis hanya alasan Samuel agar dia mau diajak mampir ke mall. Jadi, tak heran jika sekarang Annabelle mendengkus jengkel dan mengempas tangan Samuel yang menggandengnya."Dasar pria licik," gerutu Annabelle ketika mereka tiba di lantai dua. "Udah pulang aja sekarang. Ini udah sore, kasian Samantha.""Pulang sekarang atau

  • Istri Kedua Om Tampan    Menjenguk Kavling

    "Jadi itu alesannya kenapa kamu juga konsultasi ke dokter Cheppy?" Annabelle tak tahu sejak kapan air matanya bercucuran saat lagi-lagi mengetahui fakta yang dialami Samuel selama ini.Ketika Samuel hanya mengangguk dan mengembuskan napas berat, Annabelle kembali menambahkan dengan pedih, "Kenapa Om nggak datang sejak awal dan ngasih tau aku, kenapa kamu nggak bilang kalau kamu butuh aku?"Air wajah Samuel masam dan serba salah ketika sejak tadi tak bisa menghentikan tangis Annabelle. "Akunya malu, Anna. Aku sadar udah nyakitin kamu, aku takut kamu nggak maafin aku," kata Samuel pahit. "Lagian, aku bener-bener takut, takut aku bawa penyakit yang ujung-ujungnya bakal nular ke kamu. Aku nggak mau kamu sampe kenapa-kenapa gara-gara aku.""Nyampe nahan diri nggak mau nemuin aku, padahal kamu kangen pengen ketemu aku? Gitu?" Annabelle terisak-isak menahan sesak. "Padahal, setelah aku tau kalau aku hamil, tiap hari aku nungguin kamu. Tiap hari aku berdoa supaya Tuhan buka hati kamu biar sek

  • Istri Kedua Om Tampan    Skandal Kebusukan Yunita

    Malam itu, seusai menjatuhkan talak tiga pada Yunita, Samuel langsung pergi tanpa membawa Alfian. Awalnya, Samuel berpikir dia bisa melepaskan Alfian begitu saja.Akan tetapi, kehilangan Alfian ternyata jauh lebih menyakitkan dari pada kehilangan Annabelle dan pengkhianatan yang dilakukan Yunita.Ketika malam semakin larut dan semakin banyak Samuel meneguk Marteel, dia mendapati dirinya semakin hancur dalam kesendirian dan rasa sakit.Dalam kondisinya yang berada di bawah pengaruh alkohol, benak Samuel dipenuhi oleh bayang-bayang Annabelle yang begitu terluka ketika dia menceraikannya tadi sore.Samuel tertawa getir saat berkelebat pemikiran bahwa karma tersadis yang dia lakukan pada Annabelle dibayar kontan sebelum dua puluh empat jam. Samuel tak bisa menebak seberapa terlukanya Annabelle, tetapi dia sadar, rasa sakit yang dia dapatkan saat ini mungkin tak sebanding dengan luka yang dirasakan Annabelle.Meski demikian, Samuel hanya berharap wanita itu belum benar-benar jatuh cinta p

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status