Beranda / Romansa / Istri Kecil Ustadz Tampan / Bab 2: Ustadz, Kok Dingin?

Share

Bab 2: Ustadz, Kok Dingin?

Penulis: Hello Cutie
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-11 15:35:12

Pandangan Rayyana fokus pada papan tulis. Hari ini adalah pelajaran bahasa Arab, dan ia harus menulis Arab lagi. "Kapan penderitaan ini berakhir?" tanyanya mengerucutkan bibirnya.

Intan yang mendengar keluhan temannya hanya menggelengkan kepalanya saja. Ia tetap fokus pada pelajaran, ralat lebih tepatnya pada ustadz tampan di depan mereka saat ini.

"Baiklah, siapa yang bisa memberikan contoh pengaplikasian dalam ilmu Sharf ini?“ tanya Akram dengan wajah dinginnya. Hampir tidak ada ekspresi diwajahnya.

Tanpa sengaja, Rayyana mengangkat tangannya. "Saya Ustadz," jawab Rayyana singkat.

"Na'am, tafadhol Ukhty.“ timpal Akram menganggukkan kepalanya.

Rayyana terdiam. "Ustadz, apa itu tafadhol?“ tanyanya dengan wajah polosnya.

Mendengar hal itu, Akram tersenyum tipis. Walaupun ekspresi datarnya menutupi senyuman diwajahnya.

"Jadi, anti tidak tau apa itu tafadhol?“ tanya Akram intens.

Rayyana menggeleng pelan. "Gak tau ustadz, emangnya itu apa?“ Dengan polos Rayyana menjawab pertanyaan dari Akram. Jujur, satu kata itu yang pantas untuk mengekspresikan seorang Rayyana.

"Tafadhol itu silahkan, kamu belum belajar tentang kosakata? Tapi, ini sudah masuk ke dalam Sharf. Tahap awal dalam mempelajari bahasa Arab adalah kosakata nya. Jika tidak tau dasarnya, maka akan sulit kedepannya.“ jelas Akram masih dengan ekspresi dinginnya.

Lagi, lagi, Rayyana kembali menggeleng. "Belum ustadz, karena aku baru seminggu disini, dan ustadz tau itu. Bukankah ustadz yang menghukumku waktu itu?" tanya Rayyana mengingatkan Akram.

'Dia sangat unik, astaghfirullah' batin Akram merasakan ada gejolak aneh dihatinya.

"Yasudah, sehabis kelas nanti, temui saya di ndalem.“ ucap Akram masih betah dengan wajah dinginnya.

Kelas pun berakhir. Seperti perintah dari sang ustadz tadi, Rayyana bertanya pada Intan siapa pria tadi dan mengapa dia ada di ndalem. Karena selama dia disini, bahkan sewaktu orang tuanya mengantarkan dirinya kesini. Tidak pernah sekalipun dirinya bertemu dengan ustadz itu.

"Intan, siapa ustadz tadi? Kenapa beliau berada di ndalem?" tanya Rayyana penasaran.

"Beliau adalah Gus Akram, putra ketiga Kyai Hasby.“ jawab Intan mengulas senyum simpul.

Rayyana mengerutkan dahinya. "Bukannya Gus Haikal ya, putra Abah Yai?“ timpal Rayyana masih dengan ekspresi penasarannya.

"Sudah ana katakan tadi, beliau putra ketiga Kyai. Selama ini, Gus Akram menempuh pendidikan di Mesir.“ jelas Intan dengan sabar menjawab setiap pertanyaan dari Rayyana.

Rayyana hanya ber 'O' ria saja. Kemudian, ia berjalan menuju ke ndalem. Karena sedang jam istirahat dan kebetulan hari ini adalah hari senin, para santri dan santriwati melaksanakan puasa sunnah Senin-Kamis.

Sesampainya di ndalem, Rayyana mengucapkan salam sebelum masuk dan menunggu jawaban dari dalam.

"Assalamu'alaikum warahmatullah," sapa Rayyana dengan sedikit berteriak. Karena suaranya yang kecil, kemungkinan tidak ada yang mendengarnya.

Cukup lama Rayyana menunggu jawaban, tapi tidak ada satupun orang yang menjawab salamnya. "Apa Abah Yai dan Ummi Laila tidak ada di rumah ya? Yaudah deh, nanti aja ketemu dengan ustadz nyebelin tadi!“ gumam Rayyana pelan dan terdengar sampai di telinga Akram yang baru saja tiba disana.

"Assalamu'alaikum," sapa Akram mengejutkan Rayyana.

Rayyana berbalik dan menatap tajam ustadz di depannya ini. "Ustadz ngagetin aku, tau gak!“ cicit Rayyana mendengus kesal.

Dengan wajah tenang dan datarnya, Akram menegur gadis yang tak lain adalah santriwati nya itu. "Menjawab salam hukumnya wajib, walaupun kamu masih baru disini. Semoga kamu tidak melupakan apa hukum menjawab salam.“ tegur Akram datar.

Rayyana baru teringat bahwa pria di depannya ini bukanlah ustadz biasa, melainkan seorang Gus. Ia langsung mengubah panggilan untuk Akram yang semula 'ustadz' menjadi 'Gus'.

"Iya! Wa'alaikumussalam warahmatullah, Gus." jawab Rayyana dengan raut wajah kesalnya. "Tadi Gus menyuruhku kesini, ada apa?“ lanjutnya menatap ke arah Akram.

Akram baru teringat dengan perintahnya tadi. "Oh itu, saya ingin memberikan buku ini. Kamu bisa belajar bahasa Arab dari buku itu.“ jawab Akram memberikan buku tebal yang berada di tangannya.

Rayyana mengerutkan dahinya. "Tebel banget Gus!“ cicitnya dengan raut wajah yang sulit ditebak. Sebenarnya, ia tidak masalah membaca buku setebal itu, karena memang hobinya membaca. Tapi, namanya juga manusia, jika sudah tidak suka dengan sesuatu, sebagus apapun benda itu, mereka tetap tidak akan menyukainya.

Akram menghiraukan ucapan gadis di depannya ini. "Kalau begitu saya permisi, assalamu'alaikum.“ pamitnya dengan wajah datar plus dingin. "Dan satu lagi, panggil ustadz saja, karena nama saya bukan Agus!“ lanjutnya berlalu darisana tanpa menunggu jawaban salam dari Rayyana.

Rayyana yang melihat ustadz dingin di depannya itu berlalu begitu saja, membuatnya sangat kesal. "Dia itu orang atau gunung es!“ celetuknya mengedikkan bahunya dan pergi dari lingkungan ndalem.

Suasana siang itu cukup terik, gadis berparas cantik itu sedang mengelap keringatnya. "Kalau gak takut dihukum, males banget aku ketemu sama ustadz dingin plus galak itu! Capek-capek jalan dari kelas ke rumah Kyai, malah ditinggal gitu aja! Dih!“ dumel Rayyana kesal dengan sikap Akram. Karena biasanya gadis cantik itu dengan mudah menarik simpati lawan jenisnya, tapi Akram berbeda. Pria itu menundukkan pandangannya saat bertemu dengan Rayyana.

"Tampan sih, tapi dingin! Mana ada yang mau nikah sama tuh cowok! Dih! Kalaulah tinggal satu cowok di dunia ini dan itu adalah dia, mending aku jomblo seumur hidup!“ lanjutnya masih mendumel sembari berjalan menuju kelasnya.

Sesampainya di dalam kelas, Rayyana mengambil bukunya yang tipis untuk dijadikan kipas. "Panas banget anjir!“ gerutunya kesal. Wajar saja Rayyana menggerutu, karena dulu sekolahnya dan rumahnya selalu memakai AC. Tidak seperti sekarang yang hanya mengandalkan kipas angin dan itupun hanya ada satu.

"Astaghfirullah Nis, ucapannya dijaga, ini lingkungan pesantren loh.“ tegur Intan yang duduk disebelah Rayyana.

"Bener itu, Nis, jangan sampai kamu dihukum lagi loh.“ timpal yang lain.

"Iya-iya!" jawab Rayyana melayangkan lirikan tajamnya.

Jam istirahat pun berakhir, dan berganti dengan jam pelajaran. Ini adalah pelajaran favorit Rayyana yaitu Kimia. Gadis cantik itu sedang mengerjakan sebuah soal yang terbilang cukup sulit. Setelah mendapatkan jawabannya, Rayyana langsung mengangkat tangannya.

"I wanna try, miss!“ ucap Rayyana memakai bahasa Inggris. Karena disekolahnya dahulu, lebih sering memakai bahasa asing daripada bahasa Indonesia.

Semua orang menatap kagum ke arah Rayyana. Pasalnya, gadis cantik yang masih belia itu mampu mendapatkan jawabannya hanya dalam hitungan menit.

"Na'am tafadhol,“ ucap sang ustadzah tersenyum pada gadis cantik nan mungil itu.

Dengan percaya diri dan senyuman di wajahnya, Rayyana menuliskan jawaban yang telah ia peroleh. "Finally, miss.“ ucap Rayyana setelah selesai menuliskan jawabannya.

Sang ustadzah kembali tersenyum. "Berikan tepuk tangan untuk Rayyana, sebagai bentuk apresiasi." titah ustadzah cantik tersebut. "Rayyana, lain kali gunakan bahasa Indonesia saja ya? Agar yang lain paham.“ lanjutnya tersenyum manis.

"Baik ustadzah, maaf.“ ucapnya berjalan untuk duduk kembali.

"Jawaban Rayyana sangat bagus dan benar!“ puji sang ustadzah kembali menjelaskan pelajarannya.

Waktu pun berlalu. Kini jam pelajaran telah usai tepat pukul tiga siang. "Baiklah pertemuan kita akhiri sampai disini. Oh iya, saya ingin memberitahukan bahwa dia minggu lagi ada Olimpiade untuk pelajaran kimia di tingkat Nasional, jika ada yang berkenan mengikutinya bisa mendaftarkan diri pada saya. Dan Rayyana, ustadzah harap kamu mengikutinya.“ ucap ustadzah Zahro. Selain menjadi ustadzah, ia juga seorang Ning. Karena ayahnya memiliki pondok pesantren ternama di salah satu kota besar. Perlu di ingat juga, bahwa Zahro adalah tunangan Akram yang dijodohkan oleh abahnya.

"Baik ustadzah,“ jawab Rayyana menganggukkan kepalanya.

Setelah Zahro keluar dari kelas, para santriwati pun ikut keluar juga. Rayyana dan Intan berjalan bersamaan karena memang kamar mereka bersebelahan.

"Kamu beruntung banget sih, Nis, bisa sekamar sama Ning Aulia. Para santriwati disini ingin sekali satu kamar dengan beliau.“ ucap Intan berbincang ringan dengan Rayyana.

"Kenapa gitu? Aku malah kesel sendiri sama kak Aulia, dia sering ninggalin aku sendiri di kamar.“ tanya Rayyana penasaran.

Membuat Intan menghentikan langkahnya. "Jangan bilang kalau kamu gak tau kalau Ning Aulia itu kakaknya Gus Akram, anaknya Kyai Hasby?“ tanya Intan menerka-nerka.

"Gak tau, lagian juga aku gak peduli!“ jawab Rayyana santai. Ia memang tidak terlalu banyak omong, sifatnya cuek, namun manja. "Yaudah aku duluan ya? Assalamu'alaikum," lanjutnya pergi dari hadapan Intan. Hari ini sangat melelahkan baginya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah,“ Intan hanya menggelengkan kepalanya saja melihat teman barunya itu. "Belum tau aja dia kalau Gus Akram itu incaran para santriwati, tapi sayangnya beliau sudah dijodohkan.“ gumam Intan sendu. Ia pun kembali melanjutkan jalannya menuju kamarnya.

Di dalam kamar, Rayyana disambut oleh Aulia yang baru saja pulang kuliah. "Assalamu'alaikum," sapa Rayyana yang sudah mulai terbiasa.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah, alhamdulillah akhirnya kamu terbiasa juga, dek.“ puji Aulia senang mendengar Rayyana mengucapkan salam. Aulia memang tinggal di asrama putri karena keinginannya sendiri. Tapi, jika sedang ingin tidur dikamarnya, gadis cantik keturunan Arab itu pulang ke ndalem. Ia juga sudah menganggap Rayyana sebagai adiknya sendiri, makanya ia betah tinggal di asrama untuk mendampingi sekaligus menjaga Rayyana agar tidak kabur lagi.

Rayyana melirik tajam ke arah Aulia. "Kak Aulia kenapa gak bilang kalau kakak itu anaknya Kyai?" tanya Rayyana kesal dengan Aulia.

Senyuman manis terbit di bibir Aulia. "Sengaja, agar kamu tidak canggung padaku. Anggap saja aku ini kakakmu sendiri, bukankah kamu menginginkan seorang kakak?“ jawab Aulia dengan lembut. "Sudahlah, sekarang kamu bersih-bersih dan ikut aku ke ndalem, karena nanti malam ada acara.“ lanjutnya masih dengan senyuman diwajahnya.

"Tapi, kenapa kak Aulia pakai kata aku? Bukankah itu dilarang disini?" Dengan polos Rayyana bertanya demikian.

"Sudah ku bilang sebelumnya, bahwa aku tidak ingin kamu canggung denganku. Sudahlah sana mandi!“ cicit Aulia dengan tawa kecil.

"Tapi disini kalau mandi pasti antri,“ celetuk Rayyana lagi. Ia memang belum terbiasa untuk mengantri di kamar mandi. Karena selama hidupnya, dirinya selalu menjadi prioritas.

Aulia terkekeh pelan. "Yaudah mandi di kamar aku aja, bawa semua perlengkapan kamu. Karena udah gak ada waktu nih, sebentar lagi juga masuk waktu Ashar.“ putus Aulia dan dibalas anggukan oleh Rayyana.

Gadis cantik itu pun mengambil pakaian dan alat sholatnya. Setelah itu, ia mengikuti langkah Aulia menuju ndalem. Sesampainya di ndalem, mereka berdua disambut oleh Ummi Laila, orang tua Haikal, Akram dan Aulia.

"Assalamu'alaikum Ummi,“ sapa Aulia terlebih dahulu mencium punggung tangan uminya. Lalu, disusul oleh Rayyana.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah, tumben pulang. Biasanya di asrama terus,“ ledek Laila pada anak perempuannya. Lalu, pandangannya beralih pada Rayyana, anak semata wayang sahabat suaminya. "Loh, nak Rayyana ada apa kesini?" tanya Laila dengan lembut.

"Jadi gini Ummi, kan malam ini orang tuanya Mbak Zahro mau ke rumah kita. Terus Aulia bawa Rayyana kesini untuk bantuin kita. Qadarullah kamar mandi di asrama lagi penuh, karena sebentar lagi ashar yaudah Aulia bawa aja Rayyana kesini untuk mandi disini sekalian. Gak apa-apa kan Ummi?“ jelas Aulia sembari meminta izin.

Laila menganggukkan kepalanya dan memberi izin. Ia juga menyentuh pipi Rayyana, karena gemas pada gadis dengan kecantikan yang sangat alami itu.

"Yaudah mandilah nduk, nanti bantuin Ummi di dapur nggih." titah Laila tersenyum lembut pada Rayyana. Karena kepribadian Rayyana yang jujur dan polos, membuat Laila sangat menyayangi gadis cantik di depannya itu.

"Baik Ummi,“ jawab Rayyana tersenyum tipis. Ia pun kembali mengikuti langkah Aulia.

Mereka berdua menaiki anak tangga menuju lantai dua. Karena memang kamar Aulia di lantai dua. Namun, saat baru setengah menaiki tangga tersebut, Aulia dipanggil oleh uminya.

"Aulia, bantuin Ummi sebentar nduk...“ teriak Laila dari bawah.

Aulia yang mendengar hal itu langsung menyetujui permintaan uminya. "Nggih Ummi, sebentar.“ jawab Aulia dengan sopan dan sedikit berteriak. Lalu, ia beralih menatap Rayyana.

"Rayyana, kamar aku ada di sebelah kiri dari sini. Nanti nampak kok, kamu kesana sendiri gak apa-apa kan?“ tanya Aulia dan dibalas anggukan kepala oleh Rayyana.

"Gak apa-apa kok kak. Aku bisa sendiri." jawab Rayyana menganggukkan kepalanya.

Aulia pun tersenyum. Lalu, dengan berlari secepat kilat, ia menghampiri uminya. Sementara, Rayyana melanjutkan langkahnya menuju kamar Aulia.

Sesampainya di lantai dua, Rayyana dibuat bingung dengan dua pintu di sebelahnya. "Tadi kata Kak Aulia kamarnya sebelah kanan atau kiri ya?“ tanya Rayyana mencoba untuk mengingat ucapan Aulia. "Kanan mungkin, karena kanan kan baik, dan Kak Aulia juga baik samaku.“ putus Rayyana masuk ke dalam kamar yang berada di sebelah kanan. Padahal kamar Aulia di sebelah kiri.

Cklek.

Pintu kamar terbuka, pandangan pertama yang ia lihat adalah interior kamar yang didominasi dengan warna silver dan hitam. Terkesan sangat minimalis, tapi mewah. 'Masa Kak Aulia kamarnya kayak kamar cowok sih?' batin Rayyana bertanya-tanya. Ia berjalan menuju kamar mandi, setelah menemukannya.

Baru saja Rayyana ingin membuka pintu kamar mandi tersebut, tapi seseorang sudah keluar dari sana dan hanya menggunakan bathrobe saja. Membuat Rayyana terbelalak, karena di depannya ada seorang pria. Sialnya lagi, ia terpeleset dan meraih tangan pria itu untuk menolongnya. Namun, berujung mereka terjatuh di lantai secara bersamaan.

"Aaaaargh...“

***

Bab terkait

  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 3: Dipaksa Menikah

    Suara teriakan Rayyana sangat kencang membuat seisi rumah naik ke lantai dua. Mata Laila dan Aulia terbelalak saat melihat posisi Akram dan Rayyana. Akram yang hanya menggunakan bathrobe dan berada diatas Rayyana yang sedang menangis ketakutan. Dengan cepat, Aulia berlari untuk menyingkirkan Akram dari dekat Rayyana. "Akram! Apa yang kamu lakukan?“ tanya Aulia geram. Ia langsung memeluk dan menenangkan Rayyana. Akram juga sama terkejutnya dengan kakak dan uminya. Sungguh, ia tidak sengaja berada diatas Rayyana. Karena tadinya, gadis itu hendak terjatuh dan menarik tangannya. Terjadilah hal yang tidak di inginkan seperti sekarang ini. "Mbak, ini tidak seperti yang kamu lihat,“ ucap Akram berusaha menetralkan detak jantungnya. "Sudahlah dek! Mbak gak nyangka, kamu bisa ngelakuin hal seperti itu! Mbak bakal aduin hal ini ke Abah!" cicit Aulia menatap tajam ke arah Akram. Laila juga ikut menimpali. "Umi, kecewa sama kamu, Le. Segeralah berganti pakaian, dan turun ke bawah!" timpal La

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 4: Sah

    Seperti ucapan Kyai Hasby tadi malam, hari ini pernikahan Akram dan Rayyana akan berlangsung di masjid pesantren. Senyuman memancar dari wajah tampan seorang pria yang biasanya hanya menampilkan ekspresi wajah datar dan dingin itu. Siapa lagi jika bukan Akram. Ia sedang bersiap-siap untuk memantaskan diri menikahi seorang gadis yang baru saja ia temui dua hari lalu. 'Takdir Allah memang unik' gumam Akram tersenyum tipis. Padahal baru sebulan yang lalu, ia mengkhitbah seorang Ning. Tapi, hari ini justru dirinya menikahi seorang gadis yang notebene-nya adalah santriwatinya sendiri. Aulia yang melihat adiknya sedang bercermin sambil senyum-senyum sendiri, langsung menggodanya. Kapan lagi bisa menggoda adiknya yang dingin dan datar, seperti Akram. "Masya Allah, calon pengantin bahagia banget, senyumannya gak pernah pudar sedikitpun." goda Aulia menghampiri Akram. Mendengar sang Mbak meledeknya, Akram menoleh ke belakang. "Bukan gitu mbak. Akram hanya deg-degan karena ini pertama kali

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-11
  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 5: Mendidik Istri

    *Ada hal yang harus kita jaga*"Ta-tapi apa, Ustadz?" tanya Rayyana menatap was-was ke arah Akram. "Tapi kamu harus menuruti perkataan saya, selama itu tidak menyalahi aturan dari Allah dan Rasul-Nya. Kamu harus menurut pada saya, kalau tidak..." Akram sengaja menggantungkan kembali kalimatnya. "Kalau tidak apa?""Kalau tidak saya akan menghukum kamu dengan meminta hak saya atas dirimu. Walaupun kamu belum siap!“ jawab Akram membuat Rayyana bergidik ngeri. Ia pun langsung berlari kecil menuju kamar mandi untuk membersihkan diri serta berganti pakaian. Selang beberapa menit, Rayyana sudah selesai membersihkan diri. Saat ini, ia memakai piyama dan khimar instan miliknya. Pandangan Rayyana celingukan mencari keberadaan seorang ustadz yang sudah sah menjadi suaminya. Siapa lagi jika bukan Akram. Namun, entah muncul darimana, Akram mengetahui bahwa saat ini istri kecilnya sedang mencari keberadaannya. "Ada apa? Sudah kangen dengan suamimu ini?“ tanya Akram sengaja ingin menjahili gadis

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-07
  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 6: Digunjing

    Mentari menyapa dengan sinarnya yang indah. Pagi itu, di pesantren disibukkan dengan para santri yang berlalu lalang untuk pergi ke madrasah. Sementara Rayyana, gadis itu sedang di dapur membantu Umi Laila menyiapkan makanan. Hari ini dirinya libur sekolah karena baru saja menikah. "Umi, kok masakannya banyak banget, ada yang mau datang?“ tanya Rayyana dengan wajah polos nan lugunya. "Sore ini, orang tua Ning Zahro akan kesini. Silaturahmi dengan keluarga kita." jawab Umi Laila membuat hati Rayyana sakit. Hatinya sangat sakit mendengar keluarga dari calon istri kedua suaminya akan datang. 'Ana, tolong sadar diri! Ini juga karena kecerobohan mu!' batinnya merutuki dirinya sendiri. Rayyana berperang dengan pikirannya sendiri."Nduk, ada apa?“ tanya Umi Laila menyenggol lengan Rayyana dan membuat gadis itu langsung tersadar dari lamunannya. Rayyana menggeleng pelan. Ia membantu memotong sayuran, lalu mencucinya. Sejujurnya Rayyana suka memasak. Tapi, ia tidak suka mencuci piring dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 7: Dilamar

    Akram mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak cincin berwarna merah dengan desain yang indah. Sudut mata Rayyana melirik sekilas. Dari kotaknya saja sudah terlihat sangat indah, apalagi isinya. "Untuk siapa kak?“ tanya Rayyana penasaran. Bukan menjawab pertanyaan istrinya, Akram malah mengulas senyum simpul nya. Karena tidak dijawab, Rayyana pun menepuk dahinya sendiri. "Ah aku lupa, pasti cincin pernikahan Ustadz dengan Ning Zahro 'kan? Indah banget,“ ujar Rayyana menertawakan dirinya sendiri. Disini, ialah yang menjadi wanita pengganggu antara Akram dan Zahro. Bunga mawar berjatuhan dari atas secara tiba-tiba. Di tengah danau, ada sebuah kalimat "Ana Uhibbuki Fillah“ yang artinya aku mencintaimu karena Allah. Ditambah dengan semilir angin membuat kesana romantis tercipta disana. Tangan kekar Akram membuka kotak cincin yang sedaritadi ia pegang di depan Rayyana. "Tiada kata paling indah selain Qobiltu. Tiada hati yang paling indah selain hatimu. Aku tidak peduli dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 8: Kedatangan Orangtua Zahro

    Tubuh Rayyana masih mematung di tempat. Ia mengira Akram tidak akan bertindak sejauh ini. Bahkan, Rayyana mengira kalau Akram akan membebaskannya setelah satu tahun. Tapi, semua perkiraannya itu salah. Akram justru terpikat padanya. Entah apa yang membuat pria dewasa itu mulai menaruh hati pada Rayyana. "Kembali ke ndalem, yuk.” ajak Akram menggenggam erat tangan Rayyana. Semua perlakuan Akram begitu lembut pada Rayyana. Membuat jantung Rayyana berdetak sangat kencang setiap kali Akram menggenggam ataupun perhatian kepadanya. Pandangan Rayyana terus menatap wajah tampan Akram. Sialnya lagi, sinar mentari malah semakin menambah aura ketampanan serta wibawa seorang Muhammad Akram Al-Hasby. Mendapati istrinya yang terus memandangi wajahnya. Akram pun jahil dengan sengaja berhenti mendadak agar Rayyana menubruk tubuhnya. "Aduh...” lirih Rayyana mengusap dahinya karena dahinya menubruk tubuh atletis suaminya. Benar saja dugaan Akram. Saat ini Rayyana sudah menubruk tubuhnya, dan Akr

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-19
  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 9: Keputusan kedua keluarga

    Dahi Akram berkerut. Seakan-akan ia tengah berpikir siapa orang yang telah membuat mantan tunangannya itu jatuh hati. "Siapa Yai?" tanya Akram bingung. Kyai Ilham tersenyum simpul. Sudut matanya melirik sekilas ke arah putrinya, Zahro. "Orang itu adalah Haiqal, mas sulung mu." jawab Kyai Ilham yang tentu saja membuat Akram terkejut. Bola mata Akram membulat sempurna. Seakan-akan ingin keluar dari tempatnya. "M-mas Haiqal? Tapi sejak kapan?" tanya Akram lagi. Ia masih tidak menyangka kalau ternyata orang yang dicintai oleh Zahro adalah mas sulungnya. Zahro tersenyum malu. "Benar Gus, saya telah jatuh hati ke Gus Haiqal sejak pertama kali bertemu waktu saya masih kuliah di Mesir dulu. Awalnya, saya kira lelaki yang hendak dijodohkan oleh saya adalah Gus Haiqal. Ternyata dugaan saya salah, justru Gus lah yang dijodohkan kepada saya. Hati saya pun kecewa, namun perlahan-lahan saya mulai menerima perjodohan ini. Qadarullah, Allah berkehendak lain sehingga saya bisa mengutarakan isi hati

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 10: Perhatian Akram

    Kepala Rayyana terasa begitu berat dan pusing. Gadis mungil itu pun memegangi kepalanya sangking pusingnya. "Aw..." ringisnya pelan. Akram yang tengah berada di sofa sembari bekerja pun tidak sengaja mendengar ringisan sang istri. Cepat-cepat, Akram bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Rayyana. "Bagian mana yang sakit, dek?" tanya Akram menatap intens ke arah Rayyana. Rayyana mendongakkan kepalanya. Ia tidak menjawab melainkan memberi isyarat kepada Akram bahwa kepalanya terasa pusing. Akram yang paham pun langsung meminta Rayyana untuk merebahkan dirinya agar ia bisa memeriksanya. "Rebahan dulu ya, biar kakak periksa." Pinta Akram dan dibalas anggukan kecil oleh Rayyana. Lalu Akram berjalan untuk mengambil stetoskop dan juga alat tensi untuk mengecek tekanan darah Rayyana. Setelah mengambil alat medisnya, Akram berjalan kembali menghampiri Rayyana. Dengan cekatan, Akram memeriksa Rayyana. Ia terlihat begitu serius saat memeriksa istri kecilnya itu. "Kamu sudah makan? T

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04

Bab terbaru

  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 13: Digodain Suami

    Usai melaksanakan sholat tahajjud secara berjama'ah. Akram dan Rayyana pun duduk saling berhadapan. "Sini setoran hafalan sama aku, dek. Kemarin kamu kan lagi sakit, jadi tidak setoran hafalan padaku." titah Akram sukses membuat Rayyana terkejut bukan main. Rayyana meneguk salivanya dengan kasar. Bagaimana mau setoran hafalan? Dirinya saja tidak ada menghafal apapun sejak kemarin. "Ehmm... itu... anu..." ucapan gadis itu tercekat. Ia bingung harus beralasan apalagi. "Itu apa, dek? Kenapa wajahmu terlihat begitu pucat?" tanya Akram dengan tatapan yang sangat menyeramkan dimata Rayyana. Rayyana mengernyitkan dahinya. 'Pake ditanya segala! Udah tau aku pucat karena disuruh setoran hafalan!' rutuk Rayyana di dalam hati. "Rayya..." panggilan dari Akram sukses membuat Rayyana terhentak kaget. "Ada apa? Ada yang sedang kamu pikirkan?" Lagi-lagi Akram bertanya pada istri kecilnya itu. Sedangkan yang ditanya justru semakin resah. "Hah? ehm... a-aku gak apa-apa kok, kak." jawab Rayyana g

  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 12: Tidak Diakui

    Akram berjalan masuk ke dalam kamarnya. Sungguh, ia sangat kesal karena kamarnya terlihat begitu berantakan. Namun, ia tetap berusaha untuk mengatur emosinya agar tidak kelepasan. "Astaghfirullah... Akram tenang!" gumam Akram mengelus dadanya sendiri. Ia benar-benar kehabisan cara untuk mendidik istri kecilnya itu. Dengan wajah yang terlihat begitu kesal, Akram pun membereskan kamarnya. Termasuk laptop serta buku yang berantakan diatas ranjang. "Rayya, Rayya... kapan kamu akan belajar hmm..?" gumam Akram menggelengkan kepalanya saja. Pria itu lalu memunguti buku-buku miliknya yang berserakan diatas ranjang dan meletakkannya kembali ke meja kerjanya. Tak hanya itu, Akram juga meraih laptopnya. Ia terkejut saat melihat laptopnya dalam keadaan hidup dan menampilkan notifikasi bahwa ada yang sedang berusaha untuk membobol keamanannya. "Ternyata tadi Rayya berusaha untuk membuka laptopku? Tapi untuk apa dia memerlukan laptop?" gumam Akram bertanya-tanya. Lelaki berparas tampan yang mem

  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 11: Merasa bosan

    Usai melaksanakan kewajibannya, Rayyana pun duduk ditepi ranjang menunggu kepulangan sang suami. Netra Rayyana menangkap sebuah buku kedokteran milik sang suami. Gadis cantik nan mungil itupun segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan untuk mengambil buku tersebut. "Anatomi manusia?" gumam Rayyana yang penasaran pada isi dari buku tersebut. Ia pun membawanya ke tepi ranjang untuk membaca buku tersebut. Satu persatu lembar buku tebal yang ada ditangannya terbuka. Gadis cantik itu membaca bukunya dengan cermat dan saksama. Hingga tanpa sadar ternyata ibu mertuanya tengah memanggilnya dari ambang pintu. "Rayyana... Umi masuk ya nak?" ucap Umi Laila yang sudah entah ke berapa kali mengetuk pintu kamar putra dan menantunya itu. Wanita cantik dengan menggunakan gamis berwarna pastel itupun membuka pintu kamar tersebut dan masuk ke dalamnya. Dilihatnya sang menantu tengah asik membaca buku. "Assalamu'alaikum Ana, dari tadi Umi panggilin kok gak dijawab, nduk?" tanya Umi Laila be

  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 10: Perhatian Akram

    Kepala Rayyana terasa begitu berat dan pusing. Gadis mungil itu pun memegangi kepalanya sangking pusingnya. "Aw..." ringisnya pelan. Akram yang tengah berada di sofa sembari bekerja pun tidak sengaja mendengar ringisan sang istri. Cepat-cepat, Akram bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Rayyana. "Bagian mana yang sakit, dek?" tanya Akram menatap intens ke arah Rayyana. Rayyana mendongakkan kepalanya. Ia tidak menjawab melainkan memberi isyarat kepada Akram bahwa kepalanya terasa pusing. Akram yang paham pun langsung meminta Rayyana untuk merebahkan dirinya agar ia bisa memeriksanya. "Rebahan dulu ya, biar kakak periksa." Pinta Akram dan dibalas anggukan kecil oleh Rayyana. Lalu Akram berjalan untuk mengambil stetoskop dan juga alat tensi untuk mengecek tekanan darah Rayyana. Setelah mengambil alat medisnya, Akram berjalan kembali menghampiri Rayyana. Dengan cekatan, Akram memeriksa Rayyana. Ia terlihat begitu serius saat memeriksa istri kecilnya itu. "Kamu sudah makan? T

  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 9: Keputusan kedua keluarga

    Dahi Akram berkerut. Seakan-akan ia tengah berpikir siapa orang yang telah membuat mantan tunangannya itu jatuh hati. "Siapa Yai?" tanya Akram bingung. Kyai Ilham tersenyum simpul. Sudut matanya melirik sekilas ke arah putrinya, Zahro. "Orang itu adalah Haiqal, mas sulung mu." jawab Kyai Ilham yang tentu saja membuat Akram terkejut. Bola mata Akram membulat sempurna. Seakan-akan ingin keluar dari tempatnya. "M-mas Haiqal? Tapi sejak kapan?" tanya Akram lagi. Ia masih tidak menyangka kalau ternyata orang yang dicintai oleh Zahro adalah mas sulungnya. Zahro tersenyum malu. "Benar Gus, saya telah jatuh hati ke Gus Haiqal sejak pertama kali bertemu waktu saya masih kuliah di Mesir dulu. Awalnya, saya kira lelaki yang hendak dijodohkan oleh saya adalah Gus Haiqal. Ternyata dugaan saya salah, justru Gus lah yang dijodohkan kepada saya. Hati saya pun kecewa, namun perlahan-lahan saya mulai menerima perjodohan ini. Qadarullah, Allah berkehendak lain sehingga saya bisa mengutarakan isi hati

  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 8: Kedatangan Orangtua Zahro

    Tubuh Rayyana masih mematung di tempat. Ia mengira Akram tidak akan bertindak sejauh ini. Bahkan, Rayyana mengira kalau Akram akan membebaskannya setelah satu tahun. Tapi, semua perkiraannya itu salah. Akram justru terpikat padanya. Entah apa yang membuat pria dewasa itu mulai menaruh hati pada Rayyana. "Kembali ke ndalem, yuk.” ajak Akram menggenggam erat tangan Rayyana. Semua perlakuan Akram begitu lembut pada Rayyana. Membuat jantung Rayyana berdetak sangat kencang setiap kali Akram menggenggam ataupun perhatian kepadanya. Pandangan Rayyana terus menatap wajah tampan Akram. Sialnya lagi, sinar mentari malah semakin menambah aura ketampanan serta wibawa seorang Muhammad Akram Al-Hasby. Mendapati istrinya yang terus memandangi wajahnya. Akram pun jahil dengan sengaja berhenti mendadak agar Rayyana menubruk tubuhnya. "Aduh...” lirih Rayyana mengusap dahinya karena dahinya menubruk tubuh atletis suaminya. Benar saja dugaan Akram. Saat ini Rayyana sudah menubruk tubuhnya, dan Akr

  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 7: Dilamar

    Akram mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak cincin berwarna merah dengan desain yang indah. Sudut mata Rayyana melirik sekilas. Dari kotaknya saja sudah terlihat sangat indah, apalagi isinya. "Untuk siapa kak?“ tanya Rayyana penasaran. Bukan menjawab pertanyaan istrinya, Akram malah mengulas senyum simpul nya. Karena tidak dijawab, Rayyana pun menepuk dahinya sendiri. "Ah aku lupa, pasti cincin pernikahan Ustadz dengan Ning Zahro 'kan? Indah banget,“ ujar Rayyana menertawakan dirinya sendiri. Disini, ialah yang menjadi wanita pengganggu antara Akram dan Zahro. Bunga mawar berjatuhan dari atas secara tiba-tiba. Di tengah danau, ada sebuah kalimat "Ana Uhibbuki Fillah“ yang artinya aku mencintaimu karena Allah. Ditambah dengan semilir angin membuat kesana romantis tercipta disana. Tangan kekar Akram membuka kotak cincin yang sedaritadi ia pegang di depan Rayyana. "Tiada kata paling indah selain Qobiltu. Tiada hati yang paling indah selain hatimu. Aku tidak peduli dengan

  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 6: Digunjing

    Mentari menyapa dengan sinarnya yang indah. Pagi itu, di pesantren disibukkan dengan para santri yang berlalu lalang untuk pergi ke madrasah. Sementara Rayyana, gadis itu sedang di dapur membantu Umi Laila menyiapkan makanan. Hari ini dirinya libur sekolah karena baru saja menikah. "Umi, kok masakannya banyak banget, ada yang mau datang?“ tanya Rayyana dengan wajah polos nan lugunya. "Sore ini, orang tua Ning Zahro akan kesini. Silaturahmi dengan keluarga kita." jawab Umi Laila membuat hati Rayyana sakit. Hatinya sangat sakit mendengar keluarga dari calon istri kedua suaminya akan datang. 'Ana, tolong sadar diri! Ini juga karena kecerobohan mu!' batinnya merutuki dirinya sendiri. Rayyana berperang dengan pikirannya sendiri."Nduk, ada apa?“ tanya Umi Laila menyenggol lengan Rayyana dan membuat gadis itu langsung tersadar dari lamunannya. Rayyana menggeleng pelan. Ia membantu memotong sayuran, lalu mencucinya. Sejujurnya Rayyana suka memasak. Tapi, ia tidak suka mencuci piring dan

  • Istri Kecil Ustadz Tampan   Bab 5: Mendidik Istri

    *Ada hal yang harus kita jaga*"Ta-tapi apa, Ustadz?" tanya Rayyana menatap was-was ke arah Akram. "Tapi kamu harus menuruti perkataan saya, selama itu tidak menyalahi aturan dari Allah dan Rasul-Nya. Kamu harus menurut pada saya, kalau tidak..." Akram sengaja menggantungkan kembali kalimatnya. "Kalau tidak apa?""Kalau tidak saya akan menghukum kamu dengan meminta hak saya atas dirimu. Walaupun kamu belum siap!“ jawab Akram membuat Rayyana bergidik ngeri. Ia pun langsung berlari kecil menuju kamar mandi untuk membersihkan diri serta berganti pakaian. Selang beberapa menit, Rayyana sudah selesai membersihkan diri. Saat ini, ia memakai piyama dan khimar instan miliknya. Pandangan Rayyana celingukan mencari keberadaan seorang ustadz yang sudah sah menjadi suaminya. Siapa lagi jika bukan Akram. Namun, entah muncul darimana, Akram mengetahui bahwa saat ini istri kecilnya sedang mencari keberadaannya. "Ada apa? Sudah kangen dengan suamimu ini?“ tanya Akram sengaja ingin menjahili gadis

DMCA.com Protection Status