Share

Nilai Tambah

Pria ini sama sekali tidak menganggap Kana sebagai seorang manusia! Sesungguhnya Kana benar-benar merinding menghadapi Ivander yang kini malah tersenyum sambil menaikkan dagunya. Namun ia mengeraskan rahangnya.

"Tentu saja tameng agar aku tidak menikah dengan Mantan Calon Istriku," ungkap Ivander lagi enteng. Namun jawaban Ivander sama sekali tidak menjawab pertanyaan Kana.

"Kenapa? Kenapa kamu tidak mau menikah dengan Calon Istrimu itu? Aku yakin, Calon Istrimu itu adalah wanita yang berkelas!"

"Aku tekankan, dia Mantan Calon Istri!" tekan Ivander sambil melirik Kana sinis.

"Oke, Mantan Calon Istri! Aku akan menyebutnya begitu!" timpal Kana sambil diam-diam mengumpat. Pria ini sungguh menjengkelkan.

Ivander kembali menghela napasnya sambil menatap lurus ke depan.

"Kau ... Kamu itu berbeda dengan mantan calon istriku," tambah Ivander seraya mengingat wajah Mantan Calon Istrinya hingga membuat tangannya mengepal kuat. Jelas hal itu tak luput dari perhatian Kana hingga terkesiap. Namun ia mengembuskan napasnya dengan kasar seraya menatap lurus ke arah Ivander.

"Jelas aku berbeda!" sahut Kana yang menarik atensi Ivander.

"Aku miskin, tidak cantik dan yatim piatu ...." Kana kemudian menoleh ke arah Ivander dengan tatapan sendu.

"Pasti Calon Istrimu sama sepertimu, kaya, cantik, berpendidikan tinggi dan punya kekuasaan," ucap Kana getir. Di saat genting begini, pria di sampingnya malah membandingkan dirinya dengan seorang wanita lain yang hidupnya jauh lebih beruntung.

"Tidak. Miskin, tak berdaya, dan yatim piatu hanya alasan untuk membuatmu tak berkutik ..." tutur Ivander kemudian menoleh dan membalas tatapan Kana.

"Yang membedakanmu dengan Mantan Calon Istriku adalah kamu yang tidak memiliki perasaan padaku," lirih Ivander dengan tatapan mendalam hingga membuat hati Kana bergetar. Sontak, Kana memalingkan wajahnya.

"I-itu berarti, Mantan Calon Istrimu punya perasaan padamu? Bukankah kau hanya tinggal membalas perasaannya?"

"Aku tidak menyukainya. Titik!" imbuh Ivander sambil memalingkan wajahnya. Kana berdesis mendengar jawaban Ivander. Sejak tadi alasannya terlalu dangkal untuk persoalan yang mendalam. Jelas terlihat dari tiap sikap angkuhnya tadi.

"Dasar Manusia Kejam! Bagaimana bisa kamu mempermainkan cinta seorang wanita?" tukas Kana.

"Itu bukan cinta!" tekan Ivander agak sarkas. Lidahnya benar-benar malas jika harus membicarakan Mantan Calon Istrinya.

"Lalu apa?"

"Dia terobsesi padaku!" tekan Ivander.

"Wanita itu terobsesi padaku, dia bahkan sudah melakukannya selama sepuluh tahun, ugh!" Ivander mengepalkan tangannya.

"Namun, semua orang menganggap dia mencintaiku! Semua orang benar-benar bodoh!" umpatnya.

"Dia bahkan berani menjadikan pernikahan ini sebagai pernikahan bisnis! Ugh, menjijikan!" rutuk Ivander lagi yang memalingkan wajahnya.

Kana terkesiap mendengarnya. Ia bisa tahu dari melihat gelagat Ivander sekarang yang gusar seolah menahan gejolak emosi yang hendak meledak. Apakah Mantan Calon Istrinya itu pernah melakukan hal buruk padanya hingga membuat pria ini tidak mau menikah?

"Dirinya, atau kerjasama bisnis yang dia tawarkan, sama sekali tidak membuatku tertarik!" ungkap Ivander lagi yang kemudian menoleh ke arah Kana yang masih memandangnya dengan bola mata bergetar.

Pria itu mendekat, Kana reflek menjauh, tetapi tiap Kana menjauh, Ivander malah semakin mendekat hingga punggung Kana menubruk pintu mobil. Sontak Kana menoleh ke belakang. Ia tidak bisa pergi ke mana-mana lagi. Sementara Ivander malah membelai pipinya dengan lembut kemudian menyisipkan helai rambut Kana ke belakang telinganya. Pria itu mendekatkan mulutnya ke telinga Kana. Sontak Kana memejamkan matanya erat-erat.

"Maka dari itu, kamu harus membuat dia berhenti mengejarku dengan menikah denganku," ucap Ivander seraya menyeringai.

"Lagipula kamu punya nilai tambah lainnya," bisik Ivander yang membuat Kana menaikkan pundaknya. Pria itu kemudian menatap lekat-lekat pada Kana yang sekarang juga menatapnya dengan penuh rasa takut.

"Ni-nilai tambah apa lagi?" penasaran Kana dengan suara yang bergetar.

Ivander malah menaikkan kedua sudut bibirnya sambil memainkan helai rambut Kana dengan jari panjangnya. Pria itu kemudian kembali menatap Kana.

"Kau miskin dan tak berdaya. Itu adalah nilai tambah," ungkap Ivander yang semakin membuat Kana bingung. Kenapa Pria ini terus mengulang-ulang nasib buruknya ini?

"A-apa maksudmu?" cecar Kana.

"Justru dengan keadaanmu yang seperti itu, maka aku bisa bebas membuangmu kapan saja tanpa rasa bersalah!" Sontak mata Kana membulat. Ia akan dibuang? Jadi, sekarang apakah nilai dirinya sama seperti barang tak bernyawa?

Ivander kemudian mengembuskan napasnya kasar sebelum akhirnya menjauh dari Kana ke ujung sisi tempat duduk.

"Jadi jangan pernah berharap kamu akan menjadi Nyonya di rumahku karena bagiku, kau hanyalah barang!" tegas Ivander yang sekali lagi menampar hati Kana.

Wanita 21 tahun itu mengepalkan tangannya.

"Ja-jadi, jika aku ikut bersamamu, maka suatu saat kamu pasti membuangku?" tanya Kana dengan suara yang begetar. Namun malah memancing tawa besar Ivander.

"Tentu saja! Bukankah barang yang tak berguna seharusnya dibuang saja?" sahut Ivander sambil menoleh, tetapi tiba-tiba sebuah tangan melayang dan mengenai pipinya dengan keras hingga wajahnya terlempar.

"Kau pikir aku orang macam apa?" pekik Kana yang kedua tangannya langsung dicengkram oleh Ivander dan tubuhnya didorong ke jok mobil.

"Hentikan mobilnya sekarang juga!" perintah Ivander dengan mata yang menyalak pada Kana hingga wanita itu membeku.

"Ta-tapi, Tuan kita ada di jalan tol," ucap supirnya.

"Hentikan sekarang juga! Atau aku yang akan menghentikan napasmu!" ancam Ivander sarkas. Sang supir terkesiap dan langsung meminggirkan mobilnya ke bahu jalan.

"Sekarang keluar! Karena aku harus memberi hukuman pada wanita kurang ajar ini!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status