“Ini semua gara-gara Ryan yang tergoda sama si Vina. Padahal aku sudah memperingatkan untuk hati-hati ... coba saja kalau dia nurut tetap setia sama si Yuna. Pasti hidupku akan enak dan susah kaya sekarang.” Neta terus mengeluh seorang diri di dalam mobil Ryan.Wanita tua itu belum sempat membongkar isi mobil anak lelakinya yang sudah tiada. Ada rasa penasaran pada dirinya tentang ucapan Yuna dan Jason, jika Ryan terlibat kejahatan sehingga membuat nyawanya melayang. Hatinya masih menahan kesal bukan karena sedih karena kepergian anak lelakinya, tetapi Ryan sudah membuatnya malu dan kesulitan.Ya, walaupun uang kompensasi kematian Ryan dari Jason cukup banyak, tetapi mengingat gaya hidupnya serta kebutuhan anak perempuannya yang masih harus bersekolah, tentu saja kurang. Rencananya mendekati Yuna yang menurut Neta bisa menjamin masa depan keluarganya kelak. Tentu saja, Neta tahu keluarganya Yuan memiliki rumah makan yang bisa menjamin kehidupan keluarganya kelak.“Si Vina itu cuma men
Jason tersenyum puas. Ia yang baru saja keluar dari ruang pengantin dengan Brian, meminta izin untuk kembali menemui Arka. Brian mengizinkan, sebab dirinya pun menerima panggilan dari rekannya yang menjadi tamu pernikahan Arka.Senyuman Jason makin mengembang sempurna saat terdengar suara dering ponsel. Arka dan Elsa langsung menoleh ke arah nakas dekat sofa tempat lelaki itu duduk. Wajah Arka langsung panik saat menatap nama pemanggil pada layar tersebut. Ya, Jason meminta Niko yang menemukan ponsel GSM Ryan untuk memanggil nama kontak yang memberi perintah kejahatan. Sontak saja Arka langsung menoleh pada Jason. Tatapannya panik, tetapi dipenuhi amarah.“Itulah hal yang pentingnya, Step Brother!” ucap Jason dengan senyuman penuh kemenangan.Wajah Arka semakin merah padam. Hingga Elsa meraih lengannya mencoba menenangkannya. Akan tetapi, senyuman Jason semakin melebar. Ia sungguh puas melihat ekspresi penuh amarahnya Arka.“Aku berikan waktu 1x24 jam untukmu menyerahkan diri atau tu
Brian menghela napas panjang seraya meraih tangan Jason yang masih menyangga tubuhnya. “Papa tidak apa-apa, Jason,” ujarnya seraya menatap lekat wajah putranya.“Papa percaya padamu,” sambung Brian pada Jason sebelum ia berpindah menatap Arka.Wajah lelaki itu tampak kacau. Marah dan takut tampak menjadi satu. Tergambar jelas kemarahannya tertuju pada Jason, serta rasa takutnya Arka tertuju pada dirinya.“Tak perlu menunggu besok, Jason! Sekarang juga serahkan bukti tersebut pada polisi! Papa yang akan membubarkan resepsi pernikahan ini setelah dia menikahi wanita yang sudah dihamilinya,” ucap Brian tegas pada Jason, tetapi tatapannya tertuju pada Arka.“Papa?! Ini semua fitnah, Pa. Kenapa Papa lebih percaya pada Jason dari pada aku?” seru Arka membela diri.Elsa pun tak mau kalah. Wanita itu segera bergegas menghampiri Brian dan meraih lengan suaminya. Akan tetapi, Brian langsung menepisnya kasar hingga wanita itu tampak tersentak.
“Apa yang terjadi?” tanya Yuna menyadari raut wajah Jason tampak cemas, tetapi tatapannya tertuju pada dua mempelai yang sudah berada di hadapan pendeta. “Akan ada kekacauan setelah ini, tetapi sepertinya di luar kendaliku. Jangan mencoba menjauh dariku, mengerti!” tegas Jason tak bisa menyembunyikan rasa cemasnya. Sesekali ia melirik pada papanya yang duduk di meja seberangnya. Sebisa mungkin Jason mengatur napasnya agar emosinya bisa stabil. Sadar, lelakinya dirundung gelisah dan cemas, Yuna langsung menggenggam tangan Jason erat. Dokter cantik itu juga bahkan memberikan senyuman tulus nan menenangkan. Tentu saja garis kecemasan Jason perlahan menurun. Senyuman Jason pun terukir. Rangkaian acara pemberkatan pun usai dan sambut tepuk tangan para tamu undangan. Sesekali Jason melirik ke arah pintu masuk, berjaga-jaga kapan polisi masuk. Hingga samar-samar indera pendengarannya menangkap suara ricuh dari arah belakang panggung tempat mempelai b
Acara pernikahan Arka dan Vina menjadi topik utama dalam semua berita. Tentu saja kekacauannya menggemparkan masyarakat. Walaupun polisi bertindak lebih cepat dan tak ada kebakaran seperti yang diributkan.Hal tersebut sengaja dibuat oleh Elsa dan Teguh untuk menyelamatkan Arka. Namun, langkahnya kalah cepat oleh Brian yang lebih teliti dari Jason. Tentu saja berita perseteruan Jason dan Arka menjadi terkenal, hingga perusahaannya menjadi sorotan media kembali.Vicky Wang, brand ambassadornya perusahaan Jason dengan senang hati memberikan klarifikasi untuk memperbaiki nama baik perusahaannya. Artis pendatang baru asal Hongkong itu masih memiliki rasa terima kasih pada Yuna dan Jason, hingga ia dengan senang hati meredamkan isu buruk tersebut. Ia tak ragu tampil di acara siaran langsung beberapa stasiun televisi nasional. Vicky yakin dengan cara itu, ia bisa membalas jasa keduanya.“Saya sama sekali tak
“Apa yang kamu pikirkan?”Yuna hampir tersentak dengan pertanyaan Jason. Lelaki itu memasuki ruangan terapi sekaligus menjadi ruang untuk melatih kemampuan fisiknya dan mendapati Yuna tengah termenung memandangi lembaran kertas di atas meja. Ya, dokter cantik itu tetap memastikan Jason harus menjalani latihan fisik ringan setiap paginya agar otot kakinya benar-benar pulih.“Kapan kamu masuk?” tanya Yuna disusul senyuman manisnya. Ia bahkan menghampiri Jason dan langsung memberikan pelukan hangat sebentar.“Beberapa menit yang lalu dan aku melihat dokter cantikku ini terus menatap lembaran kertas seraya memainkan bibirnya,” jawab Jason setelah melepaskan pelukannya.Tak lupa Jason menyentuh bibir wanitanya hingga Yuna refleks mele
“Huh, kenapa hatiku harus tergerak untuk memeriksa keadaan wanita munafik itu?” Yuna memprotes dirinya sendiri yang baru saja berhenti di depan pintu apartemennya Arka. Ya, di sanalah Vina sekarang tinggal setelah resmi menjadi istrinya Arka. Hanya seorang diri, itulah yang Yuna yakin. Walaupun hatinya sakit, tetap saja sisi baiknya memintanya untuk peduli. “Ya, tujuanku ke sini untuk memastikan dia tak akan berulah lagi. Bukankah dia sudah tak ada yang mendukung?” ujar Yuna meyakinkan dirinya untuk berani. Walaupun masih tersisa rasa tega dan iba. Jujur saja Yuna merasa kasihan pada wanita itu. Kini Vina hanya seorang diri dan tak ada keluarga, saudara apa lagi sahabat. “Kenapa nggak dibuka-buka sih?” Yuna menggerutu seraya menghempaskan kantong kresek berisi belanjaan di tangannya. “Kenapa juga aku harus belanja banyak dan dibawa kemari?” ujarnya menyadari suara berisik dari plastik yang terhempas. Sudah lebih dari tiga kali ia menekan bel pintu tetapi tak ada sambutan dari d
“Sial! Tak bisakah kamu berbasa basi peduli padaku?” Vina bertanya seraya menyambar jus jeruk yang diberikan Yuna padanya. Wanita itu bahkan langsung menegaknya hingga tak tersisa dalam beberapa teguk saja. Dokter cantik itu tersenyum sinis. Ia pun memilih meminum jus miliknya sebelum menjawab pertanyaan sahabat munafiknya itu. “Aku tak ingin menjadi munafik sepertimu, Vina,” ucap Yuna setelah berdecak merasakan kesegaran minumannya. “Ah, kalau kamu mau anggap saja aku peduli sebagai sama-sama saudara ipar ... tetapi tetap saja terkesan munafik,” tambahnya. “Ternyata seperti ini sifat aslimu,” sahut Vina mencibir. Akan tetapi, tatapan wanita itu terlihat lega. Ya, Vina pantas merasa lega, masih ada orang yang peduli padanya. Jika bukan Yuna siapa lagi? “Terima kasih,” ucap Vina pelan sekali. Sontak saja Yuna refleks menoleh. Vina langsung mengalihkan pandangannya. Mungkin ia terlalu malu untuk mengakui kebaikan Yuna, piki