Brian menghela napas panjang seraya meraih tangan Jason yang masih menyangga tubuhnya. “Papa tidak apa-apa, Jason,” ujarnya seraya menatap lekat wajah putranya.“Papa percaya padamu,” sambung Brian pada Jason sebelum ia berpindah menatap Arka.Wajah lelaki itu tampak kacau. Marah dan takut tampak menjadi satu. Tergambar jelas kemarahannya tertuju pada Jason, serta rasa takutnya Arka tertuju pada dirinya.“Tak perlu menunggu besok, Jason! Sekarang juga serahkan bukti tersebut pada polisi! Papa yang akan membubarkan resepsi pernikahan ini setelah dia menikahi wanita yang sudah dihamilinya,” ucap Brian tegas pada Jason, tetapi tatapannya tertuju pada Arka.“Papa?! Ini semua fitnah, Pa. Kenapa Papa lebih percaya pada Jason dari pada aku?” seru Arka membela diri.Elsa pun tak mau kalah. Wanita itu segera bergegas menghampiri Brian dan meraih lengan suaminya. Akan tetapi, Brian langsung menepisnya kasar hingga wanita itu tampak tersentak.
“Apa yang terjadi?” tanya Yuna menyadari raut wajah Jason tampak cemas, tetapi tatapannya tertuju pada dua mempelai yang sudah berada di hadapan pendeta. “Akan ada kekacauan setelah ini, tetapi sepertinya di luar kendaliku. Jangan mencoba menjauh dariku, mengerti!” tegas Jason tak bisa menyembunyikan rasa cemasnya. Sesekali ia melirik pada papanya yang duduk di meja seberangnya. Sebisa mungkin Jason mengatur napasnya agar emosinya bisa stabil. Sadar, lelakinya dirundung gelisah dan cemas, Yuna langsung menggenggam tangan Jason erat. Dokter cantik itu juga bahkan memberikan senyuman tulus nan menenangkan. Tentu saja garis kecemasan Jason perlahan menurun. Senyuman Jason pun terukir. Rangkaian acara pemberkatan pun usai dan sambut tepuk tangan para tamu undangan. Sesekali Jason melirik ke arah pintu masuk, berjaga-jaga kapan polisi masuk. Hingga samar-samar indera pendengarannya menangkap suara ricuh dari arah belakang panggung tempat mempelai b
Acara pernikahan Arka dan Vina menjadi topik utama dalam semua berita. Tentu saja kekacauannya menggemparkan masyarakat. Walaupun polisi bertindak lebih cepat dan tak ada kebakaran seperti yang diributkan.Hal tersebut sengaja dibuat oleh Elsa dan Teguh untuk menyelamatkan Arka. Namun, langkahnya kalah cepat oleh Brian yang lebih teliti dari Jason. Tentu saja berita perseteruan Jason dan Arka menjadi terkenal, hingga perusahaannya menjadi sorotan media kembali.Vicky Wang, brand ambassadornya perusahaan Jason dengan senang hati memberikan klarifikasi untuk memperbaiki nama baik perusahaannya. Artis pendatang baru asal Hongkong itu masih memiliki rasa terima kasih pada Yuna dan Jason, hingga ia dengan senang hati meredamkan isu buruk tersebut. Ia tak ragu tampil di acara siaran langsung beberapa stasiun televisi nasional. Vicky yakin dengan cara itu, ia bisa membalas jasa keduanya.“Saya sama sekali tak
“Apa yang kamu pikirkan?”Yuna hampir tersentak dengan pertanyaan Jason. Lelaki itu memasuki ruangan terapi sekaligus menjadi ruang untuk melatih kemampuan fisiknya dan mendapati Yuna tengah termenung memandangi lembaran kertas di atas meja. Ya, dokter cantik itu tetap memastikan Jason harus menjalani latihan fisik ringan setiap paginya agar otot kakinya benar-benar pulih.“Kapan kamu masuk?” tanya Yuna disusul senyuman manisnya. Ia bahkan menghampiri Jason dan langsung memberikan pelukan hangat sebentar.“Beberapa menit yang lalu dan aku melihat dokter cantikku ini terus menatap lembaran kertas seraya memainkan bibirnya,” jawab Jason setelah melepaskan pelukannya.Tak lupa Jason menyentuh bibir wanitanya hingga Yuna refleks mele
“Huh, kenapa hatiku harus tergerak untuk memeriksa keadaan wanita munafik itu?” Yuna memprotes dirinya sendiri yang baru saja berhenti di depan pintu apartemennya Arka. Ya, di sanalah Vina sekarang tinggal setelah resmi menjadi istrinya Arka. Hanya seorang diri, itulah yang Yuna yakin. Walaupun hatinya sakit, tetap saja sisi baiknya memintanya untuk peduli. “Ya, tujuanku ke sini untuk memastikan dia tak akan berulah lagi. Bukankah dia sudah tak ada yang mendukung?” ujar Yuna meyakinkan dirinya untuk berani. Walaupun masih tersisa rasa tega dan iba. Jujur saja Yuna merasa kasihan pada wanita itu. Kini Vina hanya seorang diri dan tak ada keluarga, saudara apa lagi sahabat. “Kenapa nggak dibuka-buka sih?” Yuna menggerutu seraya menghempaskan kantong kresek berisi belanjaan di tangannya. “Kenapa juga aku harus belanja banyak dan dibawa kemari?” ujarnya menyadari suara berisik dari plastik yang terhempas. Sudah lebih dari tiga kali ia menekan bel pintu tetapi tak ada sambutan dari d
“Sial! Tak bisakah kamu berbasa basi peduli padaku?” Vina bertanya seraya menyambar jus jeruk yang diberikan Yuna padanya. Wanita itu bahkan langsung menegaknya hingga tak tersisa dalam beberapa teguk saja. Dokter cantik itu tersenyum sinis. Ia pun memilih meminum jus miliknya sebelum menjawab pertanyaan sahabat munafiknya itu. “Aku tak ingin menjadi munafik sepertimu, Vina,” ucap Yuna setelah berdecak merasakan kesegaran minumannya. “Ah, kalau kamu mau anggap saja aku peduli sebagai sama-sama saudara ipar ... tetapi tetap saja terkesan munafik,” tambahnya. “Ternyata seperti ini sifat aslimu,” sahut Vina mencibir. Akan tetapi, tatapan wanita itu terlihat lega. Ya, Vina pantas merasa lega, masih ada orang yang peduli padanya. Jika bukan Yuna siapa lagi? “Terima kasih,” ucap Vina pelan sekali. Sontak saja Yuna refleks menoleh. Vina langsung mengalihkan pandangannya. Mungkin ia terlalu malu untuk mengakui kebaikan Yuna, piki
“Papa baik-baik saja?” Jason bertanya pada Brian dengan raut wajah cemas.Ya, lelaki itu memilih menemui papanya sebelum berangkat ke kantornya. Sama seperti Yuna yang memilih menemui Vina, Jason pun memilih menemui Brian dan memastikan keadaan papanya. Tentu saja Brian menyambutnya dengan haru, walaupun terlihat jelas wajahnya masih terguncang.“Papa baik-baik saja, terima kasih kamu masih peduli, Jason,” ujar Brian seraya membawa putranya duduk di ruang tengah.“Kamu sudah sarapan?” tanya Brian setelah Jason duduk di sofa yang sama dengannya.Jason mengangguk dan memberikan senyuman lebar. Brian pun membalas senyuman putranya. “Kamu bagaimana kabarnya?” tanyanya hangat.
“Kamu pikir aku akan diam saja, Brian,” batin Elsa diikuti dengan senyuman liciknya. “Tak akan kubiarkan kamu selamat!”Damian Alexander—pengacara Brian tampak mengerutkan dahinya. Ia kira wanita di hadapannya akan murka setelah selesai membacakan tuntutan Brian. “Ada pesan yang hendak disampaikan pada tuan Brian?” tanyanya memastikan.“Tidak ada,” sahut Elsa santai.Wanita itu bahkan tersenyum lebar dengan baju tahanannya. Elsa lantas menghela napas santai seraya merapikan rambutnya dengan gerakan anggun. “Katakan saja pada suamiku ... ah, maksudku mantan suamiku, kalau dia harus menjaga kesehatannya dengan baik,” ujarnya.“Berarti Anda menerima semua tuduhan dan gugatan perceraian?&rdqu
Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman