“Tuan Eshid. Ini semakin buruk. Kita harus segera menjalankan rencana dan membawa kabur calon pendukung kita yang satu ini.”Di tengah-tengah keheningan yang akhirnya kembali terjadi setelah majikan muda mereka, Pangeran Yurishien tertidur dengan lelap di atas bantalan pangkuan sang kakek, Sir Dawne membujuk demikian.“Lambat laun, His Highness tidak akan bisa mengendalikan dirinya untuk terus menutup rapat rahasianya itu. Kita harus melakukan sesuatu!”“Masih belum, Sir Dawne,” jawab Kakek Eshid pada akhirnya, membalas runtutan saran dari mantan ksatria pribadi mendiang cucu perempuannya itu.“Sebelum kita melancarkan aksi besar-besaran itu, pertama-tama, kita harus menguatkan fisik dan mental Pangeran supaya jauh lebih kuat sewaktu berhadapan dengan Putra Mahkota brengsek itu terlebih dahulu.”•••“Uhngh.”Melenguh pelan dan mengerjap-ngerjapkan mata mengantuknya sekarang, Derian yang terjaga dari tidurnya dan menyadari bahwa selimut yang menyelimuti sang istri agak merosot sampai m
“Kau pasti tidak memercayai ini.”“….”Melihat dengan lesu Rifa yang melompat-lompat kecil kegirangan dengan wajah berseri-seri yang betul-betul terlihat sangat bahagia, Yurish hanya menopangkan tangan menyangga pipi, dan lebih memilih untuk terus bungkam saja.“Aku akan segera menjadi Bibi!”Sebenarnya, pemuda itu juga senang melihat gadis pemarah di hadapannya bertingkah laku menyenangkan begini.Akan tetapi, di sisi lain … kekhawatiran yang dapat mengalahkan kesenangannya dalam sekejap mata, telah membuat Yurish sadar dari lena.“Sesenang itu hendak mendapatkan beban kehidupan baru?”“…!”Sontak langsung menoleh dengan tajam tatkala telinganya menangkap gelombang suara yang dingin semacam barusan, Rifa bertanya keheranan.“Mengapa kau mengatakan sesuatu yang kejam seperti itu? Seolah-olah kau tidak ingin merasakan kembali sesuatu yang pernah menghilang dari sisimu?”“….”Terdiam dengan mulut digigit, Yurish memalingkan wajah berkerut ekspresi sakitnya itu dari Rifa.“Lupakan saja,”
“….”Tersenyum, itu yang Derian lakukan.“Apa? Kenapa? Tiba-tiba saja membuatku merinding karena mendadak tersenyum seperti itu?”Ya.Derian tersenyum tanpa sadar seperti itu, dan mengagetkan Pak Roran yang sampai dibuat heran oleh tingkahnya tersebut.“Itu ….”Tidak terlalu menanggapi komentar Pak Roran terkait persoalan seberapa anehnya ia sewaktu berlaku demikian, … Derian malah menunjuk barang dagangan di kedai tetap si pedagang tua yang katanya sudah pernah mengelana ke berbagai pusat perdagangan ini. “Aku akan membawa itu sepulang kerja.”Mengikuti arah yang ditunjuk oleh Derian, sontak saja, Pak Roran langsung mengubah ekspresi bingungnya, mendadak menjadi ekspresi tersipu-sipu seketika.“Tolong bungkuskan dengan rapi dan cantik, ya? Aku membelinya.”“Oh, ukhum. Apakah aku menunjukkannya secara jelas? Padahal produk daganganku bukan semacam ini.”Yah, dikarenakan, penyebab si pedagang tua ini tiba-tiba ikutan tersenyum-senyum sendiri adalah apa yang ditunjuk oleh Derian, merup
“Your Highness! Anda tidak boleh melakukan ini!”Rela mengangkat gaunnya sampai setinggi lutut, di mana itu adalah hal yang kurang etis untuk kaum wanita, terutama orang berdarah bangsawan sepertinya, inilah yang dilakukan oleh anak bungsunya sang Duke of Yoargi, Putri Mahkota Kerajaan Gupenhileum, Mirabella La Yoargi.“Anda mengatakan kepada Saya tadi, bahwa Anda akan memungut wanita terkutuk itu?”Hal ini semua bisa sampai terjadi itu dikarenakan, karena dirinya mendengar secara jelas bahwa tunangannya, sang Putra Mahkota, Felaise Zevaron Gupenhileum, … terang-terangan menyatakan akan segera menjadikan kakak kandungnya, Qilistaria, untuk menjadi ratu.“Dia sedang mengandung anak pria rendahan! Itu membuktikan bahwa dirinya sudah dicampuri oleh status yang menjijikkan!”Yah, kalaupun yang pada akhirnya akan menjadi ratu itu dirinya, tetap saja putra mahkota bersikeras untuk menarik kakak buruk rupa tersebut untuk menjadi selir.“Lagi pula, apa Anda tega meninggalkan Saya yang sedang
“Tsuhh!”Meludahkan air liur bercampur darah dengan nafas yang tersengal-sengal dan tubuh sempoyongan, seorang pria berambut dan bermata merah yang kemerahannya kini tampak kalah dari merahnya darah yang keluar dari luka aniaya, … yang tak lain ternyata ialah Derian, bergegas memaksakan diri tuk kembali ke rumah.Ya.Tanpa mengingat bahwa ia akan segera kembali ke kedai dagang Pak Roran terlebih dahulu tuk mengambil hadiah yang sudah dipesan, Derian betul-betul pulang dengan terburu-buru.“Kumohon, kumohon, kumohon. Tetaplah baik-baik saja.”Apa alasannya berdoa seperti ini, dengan hati yang memanjatkan harapan bukan untuk kebaikannya meski dirinya sendiri saja sedang terluka, akan tetapi untuk kebaikan yang lain?“Tidak apa-apa jika keanehan yang baru terjadi ini sampai melukaiku. Asalkan, untuk kamu dan anak kita ….”Lebih tepatnya, untuk kebaikan ….“… Kalian baik-baik saja."… Istrinya yang ia cinta.Ini adalah yang pertama.Pertama kalinya seorang yang sehati-hati Derian terhadap
“….”Derian dan Rifa memandang kosong ke arah kepergiannya rombongan.Baru setelah memastikan semuanya benar-benar pergi menjauh dari mereka berdua, pria yang padahal sebentar lagi akan menjadi seorang ayah itu, jatuh tersungkur.Dia terduduk di atas permukaan tanah yang kasar, dengan sangat keras.“Apa ….”TES!“A-apa yang harus aku lakukan?”Air mata berjatuhan.Datang dengan cepat membasahi kedua pelupuk mata, dan pergi menjatuhi gersangnya tanah selepas melewati curamnya pipi Derian.“Jika menurut Rifa, Qilia masih hidup. Lantas, ….”Pria berambut merah itu menoleh.Dia memutar kepalanya ke belakang, dan melihat wajah sang adik dengan raut muka yang benar-benar hancur.“… Aku harus mencarinya ke mana?”“… Ukh.”Rifa tercekat.Tenggorokannya seperti tercekik, sewaktu ingin memberikan penjelasan.
CLANK!Denting gelas alkohol beradu.Bunyinya sangat nyaring karena dimunculkan secara bersamaan, dalam luang lingkup ruang pesta istana kerajaan hari ini.Hari bahagia, di mana putra mahkota akhirnya menduduki takhta dan menjadi raja muda.“….”Derian, Baron Aesundaeristha, hanya diam memandangi gelas anggur miliknya di sudut ruang.Ada banyak pikiran yang berkecamuk di dalam benak.Terutama, ketidaknyamanan dirinya berada dalam tempat bersosialisasi orang-orang dari kalangan papan atas, yang sangat membuatnya—bangsawan baru—agak merasa kagok.“Lihatlah, lihatlah dia!”“Bukankah dia yang pernah gempar menjadi bahan perbincangan soal menikahi putri yang terkutuk itu?”“Psst! Kecilkan suaramu!”Habisnya, dia tidak pernah menjadi seorang bangsawan sejati sejak lahir.Jadi, … untuk masalah tata krama dan etika kebangsawanan, Derian tak pern
Jangan bilang, … itu adalah hal buruk yang tengah Rifa pikirkan sekarang.Yakni, punggung seseora—!—GRABB!“Kyahkhh?!”Benar saja.Belum juga mencoba menoleh ke belakang dalam waktu yang cukup lama, tiba-tiba seseorang yang dadanya menabrak punggung Rifa itu mengulurkan satu lengan yang ditekuk, supaya mencekik dan mengunci pergerakan leher dari belakang.“Selamat, Nona.”Rifa berusaha memukul-mukul lengan yang mencekiknya itu, yang telah membuat dadanya mulai terasa sesak akibat jalur pernafasannya tersumbat.“Anda mendapatkan suatu kehormatan untuk menjadi selir kesayangan Yang Mulia Raja.”“Ap—?! Ukhuk, l-lepas!”Apa yang baru saja ia dengar barusan?!Raja? Dia akan dijadikan selir raja?!Bagaimana mungkin?!“A-aku bukan seorang—khuk, b-bangsawan. Jadi, raja tak bisa mengambil sembarang wanita tuk dijadikan istri, bukan
TEP! “Selesai.” “Huh?” Tak terasa, satu tarian dansa pun rampung diselesaikan. “Uh, … u-uh.” Apa yang sebenarnya Rifa rasakan saat ini? Dia tahu bahwa tariannya bersama Yurish selesai, … akan tetapi, entah mengapa, ia tak mau melepaskan tangannya dari saling bertaut. “Tariannya sudah selesai, Milady. Anda boleh melepaskannya sekarang,” tukas Yurish memberitahu, seraya mencoba untuk melepaskan sendiri tangannya dari genggaman Rifa. “Anda sudah dimaafkan. Ah, sejujurnya ….” SHA~! Manik mata biru Yurish menyorot sendu, di dramatisasi oleh damainya cahaya rembulan. “… Sedari awal pun, Anda tidak memiliki kesalahan.” “….” “Justru, Saya sendirilah yang sepatutnya meminta ampun. Entah dari kakak Anda, ataupun Anda sendiri.”
“Huff, …! Haah~!”Yurish mengambil nafas dan mengembuskannya secara berulang kali, dengan pasrah.Dia menempatkan kedua sikunya tuk bertumpu pada pagar balkon yang terbuat dari beton, dan menengadahkan wajahnya ke arah langit malam bertabur bintang-bintang yang berkelap-kelip dengan sangat bercahaya.Suasana aman dan tenang sekali.Sampai, ….KLOTAK!… Suara sepatu hak tinggi yang berhenti selepas membuka pintu balkon ini, menginterupsi kedamaian yang tengah Yurish nikmati.“….”“….”Di bawah cahaya rembulan yang lebih menyorot dibandingkan biasanya, Yurish dan pemilik sepatu yang menghasilkan suara nyaring pada barusan itu, … saling bertatap muka.Sorot mata mereka yang berbeda warna, berserobok satu sama lain secara intens.Merasa ada yang perlu dibicarakan oleh perempuan yang dilihat-lihat, memiliki mata sedikit membengkak akibat sudah menangiskan
KRIETT!“…!”“…!”Suara gerbang raksasa yang terbuka secara perlahan itu, mengejutkan sepasang kakak-beradik yang masih memusatkan perhatian dan arah gerak dari tubuh mereka kepada raja di hadapan, supaya tersentak hebat.Mereka berdua yang masih belum memiliki keberanian untuk membalikkan diri dan melihat akan siapa gerangan orang yang muncul dari pintu besar tersebut secara jelas, … lebih memilih untuk mengepalkan tangan masing-masing, dan meneguk ludah kegugupan.“…?”Berbeda dengan kedua orang berambut merah yang mengapit dirinya dari sisi kiri dan kanan, Kairyuuki, … bocah kecil berambut hitam itu bertingkah mewakili.Dia lekas melepaskan pegangan tangan dari sang ayah untuk pergi berlari ke arah orang yang tengah berjalan menghampiri, seraya meneriakkan sesuatu.“Ibu~!”Sebuah panggilan.“Ryuuki~!”DEG!Seperti jantu
“Dengarkanlah! Ini adalah dekret dari His Majesty!”ZRAK!“Atas beralihnya pemerintahan selepas mendiang raja terdahulu kalah dalam perebutan kekuasaan, kalian berdua, mantan Ratu Kerajaan Gupenhileum, Putri Mirabella, serta yang terhormat, Ibu Suri, … akan diasingkan ke tempat asal kalian berada.”Satu orang ksatria yang dikawal oleh dua bawahannya, kini bisa dengan bangganya mengenakan baju zirah berlambang bunga kamelia, membukakan dan membacakan isi dari gulungan surat secara saksama.“Jangan pernah berpikiran bahwa kalian berdua, masih memiliki kesempatan untuk menempati istana Kerajaan Camerine ini lebih lama lagi. Jika kalian berdua masih ingin menjalani hidup dengan tenang, maka, pergilah sekarang.”Seminggu telah berlalu semenjak hari besar itu.Kini, para ksatria kecil yang merasa dahulu mereka tidak terlalu berguna bagi kerajaan, … justru tengah disibukkan ke sana kemari tuk mendatangi setiap r
“Berita panas! Berita panas!”“…?”“Berita panas dari istana! Siapa yang mau dengar?”Seorang anak kecil yang mondar-mandir di depan restoran sembari berteriak-teriak demikian, berhasil menyita perhatian Rifa untuk keluar meninggalkan Ryuuki di dalam restoran, dan mencari tahu apa yang tengah heboh.“Berita panas! Berita panas!”Anak yang berteriak-teriak itu berhasil mengumpulkan orang lain, selain dari Rifa.Mereka berkumpul membentuk lingkaran besar terlebih dahulu, barulah si anak melanjutkan cerita.“Raja tirani itu … dia sudah berhasil dikudeta!”“Apa?!”“Yang benar?!”'”Itu benar! Dia dikudeta oleh Pangeran Yurishien!”Semuanya menjadi heboh.Bahkan, Rifa sendiri pun membelalakkan matanya dengan lebar.“Yurishien? Bukankah dia pangeran yang telah lama mati bersama dengan ibu dan semua saudaranya, baik yang
SRING!“Grrk! Urghh!”“…?!”Felaise terkejut bukan kepalang, begitu pedang yang hendak ia tusukkan sekuat tenaga supaya bisa menembus dada Yurish yang tertutup baju zirah, dipegang dan ditahan langsung oleh kedua telapak tangan.Tak ayal, itu membuat telapak tangan berbalut sarung tangan besi tersebut, menimbulkan suara terkikis yang membuat gigi terasa linu.Hal ini semakin membuat keadaan di antara mereka semakin sengit, di mana saudara tiri yang berbagi paras serupa itu saling bertatapan muka dalam jarak yang sangat dekat.“Cukup sekali …! Aku …!” Yurish mengernyit dan menggemeretukkan giginya kuat-kuat.Dia berusaha sekeras mungkin, agar pedang yang ditahannya dari menusuk dada itu supaya terdorong menjauh.Namun, ia adalah pengguna tangan kanan, sedangkan … tangan dominannya ini sedangkan terluka untuk sekarang.Hal itu membuat kecemasannya menjadi naik berkali lipat, akiba
“U-uh … apa yang harus kita lakukan?” Para bangsawan yang berkumpul di ruang aula pesta ini sebagai tamu undangan ulang tahun raja, memandang khawatir akan beberapa pasang orang yang bertarung dengan sengit di tengah-tengah ruang tersebut. “T-tidak ada yang bisa kita lakukan!” “B-benar. Kita tidak boleh mengambil risiko.” “S-setuju. Jika mereka saja kesulitan, maka bagaimana dengan kita?” Secara perlahan-lahan, para bangsawan laki-laki yang tadi sempat berlari secara heboh untuk menghampiri raja, … mulai memundurkan langkah kaki mereka ke belakang, dan berniat untuk bergerombol balik dengan para bangsawan lain. “Kalau sudah begini … ekhem!” Para bangsawan yang ada di sana saling memandang satu sama lain, dan memamerkan satu sorotan mata serupa, berupa inginnya mengeluarkan diri dari sana. Mumpung sang tokoh utama pesta ini disibuk
“Pertemuan terakhir?”Felaise mengulang sebentar ucapan yang baru saja dikatakan oleh adik tirinya, Yurish.Tak lama kemudian, bibirnya yang mencebik kesal, keningnya yang berkerut marah, dan sorotnya yang menatap tajam, … mulai berubah.“Pfft …!”Dia melemaskan otot wajahnya, lalu ….“Buhahahaha!”… Tertawa terbahak-bahak, membuat semua orang yang ada di sana merasa heran.“Baiklah.”SRAA~!Felaise mengusap poni rambutnya supaya ke belakang tuk memamerkan dahinya, dengan disisir oleh jari.Tak lama kemudian, ….“Mari kita lihat, siapa yang akan bertahan dan mengklaim bahwa pertemuan terakhir itu dimenangkan oleh dirinya, okay?”… Secara perlahan, aura sihir berwarna putih perak itu mengumpul di tangan kanan Felaise.“Dengan senang hati, aku akan mengabulkan harapanmu sebelum mati ….”
Kyahaha~!”“Hei, tunggu kau!”“Anak-anak, jangan berlarian!”Suara hiruk-pikuk ramainya ibukota tampak hangat sekali.Semuanya terlihat sibuk dengan urusan masing-masing.BRUAKK!“Uwaahh!”“Tuh kan?! Apa yang sudah ibu bilang?! Jangan lari-larian karena nanti terjatuh!”“Huwaa—huh?”Sampai ….“Ibu, kenapa tanahnya terasa bergetar?”“Apa maksudmu? Jangan mengada-ada dan cepatlah bangu—!”—QUOONG~!… Suara trompet besar yang memekakkan telinga, muncul.Bersusulan dengan itu, suara derap langkah yang banyak lagi terdengar rapat, bergemuruh semakin jelas mendekati ibu dan dua anaknya itu yang sekarang seperti membeku di tempat.QUOONG~!“Menyingkir! Hoi! Cepat menyingkir!”Bapak-bapak yang kebetulan sedang lewat di bahu jalan menyuruh ibu dan anak yang berada di