"Lex, sepertinya kau bisa memperkenalkan Laura pada keluarga Tompson di pesta kebun besok malam. Mereka mempunyai putera yang seumuran dengan Laura, mungkin hanya berbeda beberapa tahun. Keluarga itu cukup berpengaruh di kota ini."
Seorang perempuan tua dengan garis rahang tegas tengah berbincang dengan puteranya di meja makan. Jemima Clark tampak antusias mencari dukungan untuk sang putera menuju kursi kepemimpinan tertinggi di kota ini. Keturunan keluarga Morgans memang sudah tak asing dengan dunia politik. Philips Morgans, mertua Jemima Clark adalah mantan Gubernur di kota itu."Kau ingin aku menjodohkan Laura dengan putera keluarga Tompson, Mom?" tanya Alex mempertegas ucapan ibunya."Ya. Keluarga Morgans dan keluarga Tompson, bukankah kita akan menjadi penguasa di kota ini jika bersatu? Itu akan membuatmu menjadi calon Gubernur yang paling kuat, Lex. Mereka pasti akan mendukung pencalonanmu."Prang..."Apa-apaan kau, Alexa? Memegang sendok saja kau tak becus!" sindir Jemima pada menantunya.Biasanya jika Jemima sudah memarahinya, Alexa akan langsung meminta maaf. Meskipun bukan kesalahannya namun Alexa lebih memilih untuk meminta maaf agar tak memperpanjang masalah. Namun kali ini mulutnya masih membisu, meski tatapan dingin dari manik biru suaminya sudah mulai mengarah pada wanita bermata coklat itu."Dasar perempuan bodoh! Latar belakang seseorang memang tak bisa begitu saja terhapus meski kau sudah 20 tahun berada di keluarga Morgans, Alexa."Jemima kembali memberi sindiran pedas pada menantunya. Wanita itu memang sejak awal tak pernah setuju dengan pernikahan puteranya dan Alexa. Ia hanya tak memiliki kekuatan untuk membantah perintah Philips Morgans yang menginginkan pernikahan itu."Jangan sentuh puteriku!" ucap dingin Alexa."Apa?"Jemima tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Selama menjadi menantu di keluarga Morgans, tak sekalipun Alexa berani menyela pembicaraannya dengan sang putera. Sejatinya Alexa hanya seorang menantu di atas kertas, kehadiran dan pendapatnya tak pernah diharapkan di mansion mewah keluarga Morgans."Kubilang jangan sentuh puteriku! Kalian tak memiliki hak atas hidup puteriku!""A-- Alex, lihatlah isteri sialanmu itu! Dia mulai berani berbicara di rumah ini. Oh.. kepalaku sakit sekali. Alexa kau membuat kepalaku sakit."Jemima cukup terkejut dengan pemberontakan menantunya. Seketika wanita tua itu menghentikan sarapannya dan meminta seorang pelayan membantunya ke kamar.Alexa tak peduli dengan tatapan tajam yang sejak tadi dilayangkan suaminya. Entah kekuatan darimana, kali ini wanita itu mampu menatap balik tatapan dingin yang biasa dilayangkan Alex saat pria itu marah padanya.Perempuan itu berdiri dari kursi dan meninggalkan meja makan menuju kamarnya. Dari belakang, Alex mengikuti isterinya yang berjalan setengah berlari."Apa maksudmu?"Pria itu menarik tangan sang isteri saat telah berada di dalam kamar. Ia bisa saja menarik tangan Alexa saat masih di luar kamar, namun pria itu tak ingin ada pelayan yang melihatnya berbuat kasar pada sang isteri, meski semua pelayan di mansion sudah tahu bagaimana hambarnya hubungan pasangan suami isteri itu saat di rumah."Kau tak mendengar kata-kataku tadi? Oke, aku ulangi. Jangan pernah menyentuh puteriku! Kau ataupun ibumu, jangan pernah menyentuh puteriku untuk kepentingan kalian!"Setelah 20 tahun bersama, akhirnya Alexa bisa menatap manik biru laut suaminya. Selama ini ia selalu memalingkan wajahnya saat mata mereka bertemu. Alexa tak ingin menatap pria yang selama ini hanya memberi luka di hidupnya."Hh.. hantu apa yang merasukimu hari ini. Bisa-bisanya kau menyebut mom dengan kata ibumu. Kau sudah berani melawanku rupanya."Alex mencengkram dagu isterinya dengan kasar. Pria itu memang tak pernah bersikap lembut pada Alexa, bahkan sejak mereka menikah."Jangan coba bermain-main denganku, Alexa. Kau tak punya hak berpendapat di rumah ini," sambungnya.Alexa menepis kasar tangan Alex dari wajahnya. Keberanian itu seketika muncul saat hidup puterinya mulai diusik. Selama ini ia tak pernah membantah ataupun melawan suami dan mertuanya, namun saat sang puteri terancam memiliki sejarah hidup sepertinya, Alexa mulai memberontak."Jika kau dan ibumu tak mengusik puteriku, aku akan tetap diam selamanya. Tapi aku tak akan tinggal diam saat kau dan ibumu berniat mendorong Laura ke dalam neraka yang selama ini kutinggali. Kau yang jangan pernah bermain-main denganku, Alex."Ucapan Alexa cukup membuat Alex tertohok. Hidup bagai di neraka mungkin tak bisa dikatakan berlebihan, karena selama 20 tahun pernikahan mereka, Alexa tak sekalipun mendapatkan kebahagiaan. Tak dicintai suaminya, tak dianggap mertuanya, serta perlakuan kasar dan kalimat-kalimat tajam dari mulut Jemima sudah cukup membuatnya seperti hidup di neraka. Alexa hanya seorang isteri di atas kertas. Mereka akan tampak mesra saat di depan publik, namun kembali seperti orang asing setelah kembali ke rumah."Apa kau lupa? Kau tak memiliki hak atas hidup Laura. Ingat.. dia bukan puterimu!"Rahang Alex seketika mengeras menahan amarah. Meski kenyataan itu telah ia ketahui sejak awal kehamilan isterinya, namun mendengar Alexa mengungkitnya kembali membuat harga diri pria itu terasa tercabik. Sejak Alexa mengaku bahwa Laura bukanlah puterinya, sejak itu pula Alex membenci wanita itu."Tapi kau juga jangan lupa selama 19 tahun aku rela memberikan nama belakang keluargaku pada anak haram itu, Jalang!" balas Alex.Kini berbalik, Alexa yang merasa tertohok dengan kata jalang dan anak haram yang dilayangkan suaminya untuk sang puteri. Baginya kata itu sangat tak pantas dikatakan oleh seorang calon pemimpin."Itu semua sudah kubayar, Tuan. 20 tahun hidup yang kudedikasikan untuk keluarga Morgans sudah lebih dari cukup untuk membayar satu label nama di belakang nama puteriku, meskipun sebenarnya akupun tak sudi Laura mendapat nama belakang keluargamu."Kalimat yang Alexa ucapkan penuh dengan penekanan dan emosional. Matanya memerah menatap tajam manik biru laut suaminya. Kali ini Alex kalah, benar-benar kalah. Nyalinya tiba-tiba menciut dan tak ada lagi kata-kata yang bisa pria itu ucapkan.Alex meninggalkan kamar isterinya dan menutup pintu dengan kasar. Setelah malam pertama yang tak disengaja mereka berdua memang sepakat untuk tidur di kamar yang terpisah, dan sejak itu pula tak pernah ada lagi hubungan suami isteri diantara mereka berdua. Alex lebih memilih menyalurkan hasratnya pada sang kekasih, seorang aktris terkenal di kota itu yang bisa dikatakan sebagai wanita simpanan Alexander Morgans.Alexa terduduk lemah di atas ranjang, mengingat tragedi malam pengantin yang tak pernah ia inginkan. Alex dengan tiba-tiba sudah berada di atas tubuhnya yang berbalut lingerie hitam. Bukan dengan sengaja ia memakai pakaian menggoda itu. Setelah pesta pernikahan selesai, Alexa tak menemukan satu pun pakaian yang bisa ia pakai, hanya lingerie hitam itu saja yang dengan sengaja diletakkan di kamar pengantinnya."Apa malam itu bisa dikatakan sebagai sebuah pemerkosaan?"***20 tahun yang lalu.."Kau hamil?" tanya Alex tak percaya. Alexa yang baru berusia 19 tahun hanya bisa tertunduk takut. Gadis polos itu sangat takut melihat aura dingin suaminya. "Ya. Aku sudah mengeceknya berkali-kali, dan semuanya positif," jawabnya pelan. "Sialan! Aku dipermainkan oleh perempuan berwajah lugu sepertimu, Alexa." Alex tertawa sinis seraya melayangkan wajah meremehkan pada isteri yang baru ia nikahi satu bulan lalu. "Apa maksudmu? Aku-- aku tak mengerti," tanya Alexa yang memberanikan diri untuk menatap wajah suaminya meski hanya sekilas. "Jangan mempermainkanku, Perempuan Jalang! Siapa ayah dari bayi laknat itu!" Terasa dihantam ribuan batu besar yang berjatuhan di kepalanya, Alexa hanya bisa ternganga mendengar ucapan kasar suaminya. Selama satu bulan menjadi menantu di keluarga Morgans, meski merasa tak dianggap namun tak sekalipun Alex berkata kasar padanya. Kali ini ia baru mengetahui sisi lain sang suami yang tak hanya dingin dan acuh, Alex juga mampu meng
Brakk...Alexa mendorong kasar pintu ruang kerja suaminya."Kau kira aku tak serius dengan ucapanku kemarin, Alex?""Apa-apaan kau datang dengan wajah marah seperti itu?!"Alex menyandarkan punggungnya di kursi putar. Kedua telapak tangannya saling mengait. Pria itu biasanya akan langsung mengamuk jika Alexa berbuat onar, namun setelah pertengkaran mereka kemarin, Alex justeru merasa tertantang dengan sikap frontal dan membangkang isterinya. Selama ini Alexa tak pernah banyak membantah. Perempuan itu lebih sering mengatakan kata 'ya' atau 'tidak' saat berbicara dengan suaminya. Sebisa mungkin Alexa menghindari interaksi antara mereka berdua."Kau tetap ingin mengenalkan Laura pada putera keluarga Tompson? Kau dan ibumu ingin menjodohkan mereka berdua?""Baguslah kalau kau sudah tahu. Aku tak perlu menjelaskannya lagi." Alex berucap santai."Kau memang brengsek, Alex! Sudah kukatakan jangan menyentuh puteriku--"Laura juga puteriku, Alexa. Setidaknya di dalam akte kelahirannya tertulis
Selamat malam, Nyonya Morgans." Sebuah sapaan hangat tercetus dari seorang wanita anggun yang berprofesi sebagai aktris. Diana Clipton menyapa isteri bosnya dengan senyum manis yang tercetus dari bibir sensual wanita itu. Ia adalah seorang aktris senior di bawah naungan rumah produksi milik keluarga Morgans. Usianya dua tahun lebih tua dari Alexa, namun pesonanya masih tampak memukau meski kini usianya telah berkepala empat. Alexa membalas sapaan itu dengan senyum simpul, namun tidak dengan Laura. Gadis muda itu justeru memberi tatapan tajam pada sang aktris. Beberapa kali rumor perselingkuhan ayahnya dengan wanita itu membuat Laura tak memiliki respect positif padanya. Meski rumor yang beredar tak pernah berkelanjutan karena Alex dengan sigap menutup mulut para reporter yang memiliki bukti kebersamaannya dengan Diana, namun Laura bukanlah gadis bodoh yang tak tahu apa-apa. Ia pernah beberapa kali memergoki sang ayah berbicara intens dengan Diana, tentunya tak seperti seorang atasan
Aaaaaaaa...."Byurrrr....Kedua wanita itu jatuh ke kolam, membuat Alex terkejut dan tampak kebingungan harus menolong siapa."Diana.."Alex menyerukan nama kekasihnya saat Diana berusaha berteriak meminta tolong."Apa terjadi sesuatu, Noah?"Laura yang mendengar ayahnya berteriak langsung berlari menuju suara tersebut. Terlihat sang ayah tengah membopong Diana dan menyerahkan wanita itu pada Managernya."Mommy..."Baru saja Laura hendak melompat ke dalam kolam, tangan Noah menariknya."Aku saja yang menolong ibumu," ucap pemuda itu dan langsung melompat ke dalam air.Noah meraih tubuh Alexa yang terlihat lemas. Jika kakinya tak mengalami kram, Alexa bisa dengan mudah naik ke atas. Namun sialnya saat tercebur ke dalam air tiba-tiba kakinya terasa kram dan ia kesulitan untuk berenang."Trimakasih, Noah.." ucap Laura. Pemuda itu mengangguk pelan."Berikan padaku." Alex mendatangi Noah dan mengambil tubuh sang isteri dari pemuda itu.Pria itu tadinya berniat untuk menolong Alexa setelah
"Ceraikan ibuku dan berpisahlah dengannya!"Dua iris mata biru laut itu saling menatap. Tatapan dingin yang Laura berikan pada manik sang ayah mampu membuat Alex membuang wajahnya lebih dulu. Alex tak kuasa menatap lamat iris mata yang sejatinya ia turunkan pada sang puteri."Jangan bicara omong kosong! Pergilah ke kamarmu dan--"Ceraikan ibuku, Papa. Lepaskan dia dari neraka yang kau buat!" ucapnya lagi tak mengindahkan perintah ayahnya."Hhh.. neraka? Ibumu mendapat kemewahan disini, mana mungkin kau menyebutnya neraka?! Kau sudah keterlaluan dan semakin lancang, Laura! Aku perintahkan sekali lagi pergilah ke kamarmu!"Emosi Alex mulai terpancing karena kekeras kepalaan Laura."Kau kira kemewahan ini bisa menggantikan harga diri mom? Aku tahu dan aku tak mau lagi berpura-pura bodoh saat mom bersikap semua baik-baik saja. Kalian berdua pasangan yang ajaib, rumah ini dipenuhi dengan sandiwara yang membuatku muak!"Sentakan histeris keluar dari mulut Laura tanpa rasa takut. Rasa hormat
"Kau dimana?”(”Aku di apartementku, Sayang..”)”Diam disana! Aku akan datang!”Alex memasukkan gawainya ke dalam saku dan bergegas keluar dari mansion mewahnya. Wajah dingin pria itu tak dapat ditebak, aura seorang yang kejam dan tak berperasaan terkadang sangat terlihat saat pria itu tengah memendam kemarahan.BMW X7 miliknya memasuki basement apartement mewah yang biasa dihuni para aktris terkenal dan pengusaha. Pria itu mematikan mesin mobilnya dan berlalu masuk ke dalam private lift menuju unit yang ditinggali Diana.Alex memiliki kartu akses untuk masuk ke dalam apartement wanita itu, sebuah unit termewah yang dihadiahkan pria itu pada sang kekasih. Terletak di lantai paling atas, Alex sengaja memberikannya pada Diana karena di lantai itu hanya terdapat satu unit saja. Semua dilakukan agar tak ada yang bisa melihatnya disana saat ia mengunjungi Diana. Lift yang mengantarnya ke unit tersebut pun hanya bisa diakses olehnya dan petugas keamanan apartement. "Sayang, aku--"Apa yang
"Alex! Berita apa ini!"Jemima melempar ponselnya di sofa kamar sang putera. Alex yang masih sibuk memakai dasi belum tahu apa yang membuat ibunya murka."Berita apa, Mom? Aku belum membuka ponselku sejak semalam." Pria itu masih menjawab santai."Hhh.. tentu saja kau melupakan ponselmu, semalam kau pasti habis bersenang-senang dengan perempuan jalang itu, kan?""Mom!""Jangan berteriak di depanku, Alex! Kau tak bisa menyembunyikan apapun dariku. Dan berita pagi ini pun karena kebodohanmu yang tergila-gila pada wanita brengsek itu!"Alex terdiam, bukan karena ia tak mampu melawan ibunya. Jemima akan terus menghina Diana jika ia terus membela wanita itu. "Cepat turun, kita harus membuat rencana agar berita yang sudah beredar tak membuat elektabilitasmu menurun."Jemima membanting pintu dengan kasar, meninggalkan putranya sendiri yang belum selesai memasang dasi di lehernya.10 menit kemudian Alex turun menuju meja makan. Seperti biasanya, Alexa dan satu pelayan yang bertugas menyiapka
'Kembalikan senyum ibuku, Papa..'Sekilas Alex mengingat perkataan Laura saat mereka bertengkar semalam."Hhh.. oke. Aku harus ke kantor sekarang. Kau bersiap-siap saja menggunakan kelihaianmu dalam bersandiwara."Alex membuang wajahnya dan beranjak keluar. Pria itu takut jika terlalu lama berinteraksi dengan Alexa dan tak mau lepas menatap wanita itu."Alex..""Hem?"Pria itu menoleh pada sang istri."Mengapa-- kau tak menceraikan aku? Kau bisa membina rumah tangga bersama wanita yang kau cintai jika kita berpisah."Entah apa yang membuat Alexa bertanya demikian. Pertanyaan itu tercetus begitu saja dari mulutnya.Alex yang tadinya sempat termenung mendengar pertanyaan spontan istrinya, melangkah perlahan mendekat pada wanita itu, "karena aku masih membutuhkanmu untuk berada di sisiku, Alexa.."Wajah pria itu hanya berjarak beberapa centimeter dari wajah Alexa. Kemudian ia kembali menjauh dan keluar dari kamar sang istri."Dasar brengsek!" decak Alexa.Alex berjalan terburu dengan waj
"Aku masih tak percaya bisa melihat kemesraan nyonya dan tuan Morgans disini. Kalian tahu? Para gen Z menobatkan kalian sebagai pasangan termanis."Miss Taylor membuka acaranya dengan terus memuji pasangan yang menjadi bintang tamu. Mengundang Alex dan Alexa bukanlah perkara mudah, mereka kerap kali menolak acara-acara yang dirasa tak penting, terutama Alex. Jika acara itu dirasa tak bisa memberikan manfaat untuk pencalonannya sebagai Gubernur, pria itu akan menolaknya."Anda terlalu berlebihan, Miss Taylor. Masih banyak pasangan muda yang lebih manis dari kami, benarkan, Darl?"Alexa menoleh pada suaminya dengan mengulum senyuman, dan seperti gayung bersambut Alex pun langsung mengembangkan kepiawaian aktingnya dengan mencium kening sang isteri."He em.." sahutnya dengan suara lembut."Waaaw.. kalian benar-benar membuatku cemburu. Oh, tidak! Di usia yang sudah tak muda lagi kalian masih terlihat saling mencintai. Ngomong-ngomong, kalian sudah berapa tahun bersama, Nyonya Morgans?""E
"Lolly, hari ini acara miss Taylor menayangkan orang tuamu, kan? Ayo kita lihat! Kelas baru dimulai dua jam lagi."Jaqueen kini bisa dengan leluasa memanggil Laura dengan sebutan Lolly. Keduanya berada di lorong kampus setelah selesai dengan mata kuliah pertamanya."Kau salah satu fans orang tuaku, Jaq? Kuberi tahu, mereka itu pemain sandiwara yang handal, jadi jangan mau tertipu.""Aku tak peduli, anggap saja aku sedang menonton sebuah drama. Bukankah sebuah drama juga hanya bersandiwara? Aku hanya senang melihat wajah ibumu yang selalu terlihat cantik. Wajahnya sangat keibuan tapi tetap mempesona sebagai perempuan. Kau sangat beruntung punya ibu seperti mommy-mu.."Suara Jaqueen terdengar getir pada kalimat terakhir. Ya, Laura sudah sering mendengar nada kegetiran jika sahabatnya itu membicarakan tentang seorang ibu. Meski Laura tak tahu apa yang dialami Jaqueen, tapi gadis itu sangat yakin, ada trauma yang mendalam dirasakan gadis bertubuh tinggi kurus itu."Ibuku memang satu-satuny
"Brengsek!"Gillbert melempar ponselnya begitu saja di atas meja. Pria yang berprofesi sebagai dokter ortopedi itu nampak murka melihat foto-foto dan video Alexa bersama suaminya. Meski kecemburuan selalu mengintai setelah melihat keintiman pasangan suami isteri itu, Gill tetap saja selalu ingin melihat keseharian kekasih hatinya."Maaf, Dokter.. apa.. nona Alexa dan suaminya sudah mulai--"Tidak mungkin, Carlos! Mereka hanya bersandiwara demi simpati publik. Pria brengsek itu memanfaatkan kekasihku untuk kepentingan dirinya dan keluarganya. Aku tahu dari mimik wajah Alley.. dia sangat tersiksa karena harus selalu berpura-pura."Gill mengepalkan kedua tangannya di atas meja. Sorot tajam dari manik coklatnya membuat Carlos tak berani menatap pria itu. Gill selalu saja diselimuti rasa cemburu saat melihat kebersamaan Alex dan Alexa, meski dia sendiri tahu kalau itu hanya sebuah sandiwara.**Foto-foto dan video kebersamaan Alex dan Alexa saat makan siang sudah tersebar di beberapa akun
"Kau sudah siap?" Entah mengapa Alex merangsek masuk ke dalam kamar Alexa yang tengah bersiap-siap untuk datang ke acara talk show with miss Taylor, padahal dulu pria itu sangat anti masuk kesana. "Sebentar lagi," sahut pendek Alexa. Wanita itu masih memoles wajahnya di depan cermin dengan bantuan Arabella, namun sang asisten langsung keluar saat melihat Alex datang. "Kau bisa menungguku di bawah. Aku hanya butuh beberapa menit lagi, setelahnya aku akan langsung turun ke bawah." Alexa merasa risih dengan keberadaan suaminya disana. Biasanya Alex tak pernah peduli berapa lama sang istri berdandan. Ia hanya akan menunggunya di bawah atau malah menunggu di dalam mobil. Namun kali ini lelaki itu bertingkah aneh. Ia bahkan tak langsung keluar setelah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Alex justeru mengelilingi kamar yang sangat jarang ia masuki sebelumnya. "Kenapa kau tak datang saja ke salon dari pada repot-repot berdandan sendiri." Pria itu tak mengindahkan permintaan Alexa u
"Baik, aku akan menyerahkan villa itu untukmu, Alexa. Tapi dengan satu syarat..""Syarat?" Kening Alexa mengerut. "He em," sahut Alex."Syaratmu pasti sesuatu yang aneh. Aku tak mau. Kau pikirkan saja permintaanku, dan sebelum acara talk show dimulai kau harus sudah memberi jawabannya padaku, Alex."Alex mulai geram dengan tingkah sang istri yang mencoba menekannya. Pria itu berlari menuju pintu ruang kerjanya dan menarik tangan Alexa serta membenturkan tubuh perempuan itu ke tembok."Aku tak suka didikte, Alexa. Aku yang harus mengendalikanmu, bukan kau yang mengendalikanku, hm? Jadi jangan coba mengancamku," ucap Alex dengan seringai tajam dari bibirnya.Alexa tak bisa melepas tubuhnya yang dihimpit pria itu ke tembok, sekuat apapun ia memberontak tubuhnya tetap saja bergeming karena tenaga Alex sangat kuat. Semakin ia coba melawan tubuhnya justeru hanya merasakan perih karena Alex pun semakin kuat menghimpitnya."Terserah. Disini aku yang menawarkan negosiasi padamu, jadi kau tak
"Mari kita bercerai.."Kata itu yang ditunggu Alex setelah mendengar Alexa meminta sebuah kompensasi. Pria itu sudah curiga dengan gelagat sang istri."Ooh.. ternyata benar dugaanku. Kau yakin ingin bercerai dariku, Alexa? Kau lupa jika saham yang kakek berikan otomatis akan kembali pada keluarga Morgans jika kita bercerai, hm?"Alex bicara hanya berjarak beberapa centimeter dari wajah Alexa. Wanita itu pun dapat menyidu aroma mint yang keluar dari mulut suaminya."Ya, aku ingat. Maka dari itu aku minta kompensasi darimu, Alex. Aku dan Laura butuh tempat tinggal jika kita bercerai. Aku tak akan menuntut lebih, silakan ambil saham yang kakek berikan padaku, aku tak membutuhkannya."Wajah Alex menguar rasa tak percaya, pasalnya ia tak pernah berpikir jika Alexa akan berani meminta perceraian. Perempuan itu tak memiliki siapapun di dunia ini, kecuali putrinya."Akan kupikirkan," cetus Alex kemudian hendak kembali ke kursi kebesarannya."Pikirkan sekarang. Aku tak mau ikut dalam acara tal
"Apa selama ini kau bahagia, Mom?"Sebuah pertanyaan dari mulut Laura membuat Alexa terhenyak.Bahagia? Ya.. sepertinya sudah sangat lama Alexa tak mengenal kata itu. Selama 20 tahun terakhir apa dirinya pernah bahagia? Jawabannya mungkin pernah, hanya pada saat ia melahirkan putri kecilnya 19 tahun yang lalu. Laura adalah satu-satunya kebahagiaan yang Alexa rasakan setelah masuk ke dalam keluarga Morgans, selebihnya? Tak ada."Aku bahagia, Lolly. Aku bahagia sejak aku memiliki putri cantik seperti dirimu. Kau adalah kebahagiaanku, Dear..""Kalau begitu hidup saja berdua denganku. Kalau hanya aku sumber kebahagiaanmu, kita pergi dari rumah ini dan hidup berdua. Aku sudah dewasa, Mom. Kau jangan takut akan membuat hidupku kesulitan. Aku yakin kita bisa bahagia jika berdua saja."Alexa hanya bisa termangu tanpa kata. Gadis dihadapannya bukan lagi gadis kecil yang mudah ia bohongi. Laura sudah bisa melihat sendiri bagaimana ajaibnya hubungan ayah serta ibunya. "Apa kau sangat tersiksa t
"Nyonya Alexa, boleh saya masuk?""Masuklah, Ara."Saat hanya berdua saja, Alexa terkadang tak ingin terlalu formal dengan asistennya. Perempuan itu membutuhkan seorang teman, dan Arabella lah orangnya. Di depan gadis berusia 30 tahun itu Alexa bisa lebih rileks dan tak canggung. Kadang dirinya merasa lelah dengan kekakuan hidupnya sebagai nyonya muda di keluarga Morgans."Maaf mengganggu Anda, Nyonya, saya hanya ingin memberi tahu kalau tim sudah mulai menyebar foto-foto Anda di beberapa fan base yang kita buat. Anda bisa melihatnya."Arabella menyerahkan ipad yang sejak tadi ia pegang pada Alexa."Ara.. duduklah.." Alexa menepuk ranjang di sampingnya."Oh, tidak, Nyonya. Saya tidak berani. Biar saya berdiri saja.""Ini kamarku, Ara, tak akan ada yang melihatnya. Aku tak suka kau berdiri disana saat kita berbicara, setidaknya jika kita hanya berdua."Suara lembut Alexa membuat kekakuan Arabella sedikit mencair. Ia tahu, nyonya mudanya hanya ingin bersikap akrab dan bersahabat. Meski
Cup..Alexa terkejut dengan kecupan singkat yang diberikan suaminya, namun karena kamera sedang 'on' ia langsung memberikan senyum manjanya pada pria itu."Trimakasih, kau membuatku ingin memakanmu, Sayang.."Ucapan frontal Alex sontak membuat para pemegang kamera tersenyum dan salah tingkah sendiri, begitupun dengan Alexa yang merasa Alex terlalu menghayati perannya."Kemarilah!""Alex!"Alex tak peduli dengan penolakan istrinya. Pria itu tetap memangku Alexa di atas pahanya dan memberi suapan pertama ke mulut wanita itu.Alex, aku--"Buka mulutmu, Sayang.."Alexa yang pada awalnya ragu terpaksa harus mengikuti keinginan suaminya. Ia merasa itu adalah salah satu adegan mesra yang harus dipertontonkan pada publik."Wah.. kalian memang pasangan yang sangat manis. Aku yakin setelah melihat video ini publik akan lupa pada berita pagi tadi, Tuan Morgans."Salah seorang yang merekam moment itu merasa jika Alex dan Alexa adalah pasangan yang memang saling mencintai. Akting keduanya sangat n