Brakk...
Alexa mendorong kasar pintu ruang kerja suaminya."Kau kira aku tak serius dengan ucapanku kemarin, Alex?""Apa-apaan kau datang dengan wajah marah seperti itu?!"Alex menyandarkan punggungnya di kursi putar. Kedua telapak tangannya saling mengait. Pria itu biasanya akan langsung mengamuk jika Alexa berbuat onar, namun setelah pertengkaran mereka kemarin, Alex justeru merasa tertantang dengan sikap frontal dan membangkang isterinya. Selama ini Alexa tak pernah banyak membantah. Perempuan itu lebih sering mengatakan kata 'ya' atau 'tidak' saat berbicara dengan suaminya. Sebisa mungkin Alexa menghindari interaksi antara mereka berdua."Kau tetap ingin mengenalkan Laura pada putera keluarga Tompson? Kau dan ibumu ingin menjodohkan mereka berdua?""Baguslah kalau kau sudah tahu. Aku tak perlu menjelaskannya lagi." Alex berucap santai."Kau memang brengsek, Alex! Sudah kukatakan jangan menyentuh puteriku--"Laura juga puteriku, Alexa. Setidaknya di dalam akte kelahirannya tertulis namaku sebagai ayahnya."Entah bagaimana cara pria itu mendekat, Alexa tak menyadari kalau sang suami sudah berada tepat di depannya. Wajah Alex yang hanya berjarak beberapa centimeter dengan wajah Alexa membuat perempuan itu tak bisa menghentikan degup jantung yang berdetak tak beraturan. Bagaimana pun Alexa adalah wanita normal yang membutuhkan sentuhan seorang pria, apalagi di hadapannya kini tubuh tegap dengan bulu menghiasi rahang tegas itu seakan mempertontonkan pesonanya. Alexa membuang wajahnya, di samping untuk menghirup oksigen yang terasa semakin sedikit, perempuan itu juga tak ingin wajah gugupnya terlihat oleh sang suami."Kenapa? Kau gugup berada sedekat ini denganku, Alexa? Kau mau kusentuh?"Alex membelai wajah isterinya dengan lembut. Memberi sensasi memabukkan yang hampir saja membuat Alexa terlena.Untung saja dalam sepersekian detik Alexa mampu sadar dari godaan suaminya dan langsung mundur beberapa langkah."Jangan mengalihkan pembicaraan kita, Alex. Aku tak akan membiarkanmu melakukan perjodohan laknat ini! Aku pastikan kau tak akan berhasil, Alex!"Baru saja Alexa ingin berbalik namun tangannya ditarik oleh pria itu dan seketika tubuhnya mendekat. Alex langsung menyesap bibir lembut berwarna kemerahan meski tanpa lipstik. Alexa yang berusaha memberontak tak memiliki kekuatan sebanding dengan suaminya. Alex berhenti menyesap bibir isterinya setelah Alexa menggigit bibir pria itu."Brengsek!"Plakk..Satu buah tamparan melesat di pipi Alex. Dengan wajah penuh emosi dan mata mulai memerah Alexa berlari keluar dari ruang kerja suaminya.Sementara di dalam, Alex masih mengelus bekas tamparan sang isteri di pipinya. Biasanya pria itu akan langsung murka jika wajahnya disentuh, apalagi dengan sebuah pukulan. Namun kali ini berbeda, alih-alih marah, Alex justeru mengulas senyum smirk yang mencurigakan."Kenapa wanita ini semakin berani sekarang? Tapi-- aku senang melihat kau menjadi seorang pemberontak Alexa. Permainan ini akan semakin seru," gumamnya kembali menunjukkan sebuah senyum licik.*Alex tengah bersiap-siap datang ke pesta keluarga Tompson. Satu stell tuxedo berwarna hitam telah menghiasi tubuh tegap dan kekar miliknya. Ia harus lebih banyak menghadiri pesta-pesta seperti itu sebelum masa kampanye dimulai. Meski banyak memiliki relasi, namun mendekati para konglomerat seperti keluarga Tompson dirasa pria itu akan lebih menguatkan pencalonannya sebagai seorang Gubernur."Pa, bagaimana penampilanku?"Laura berlenggak lenggok di depan ayahnya, memamerkan gaun malam yang tentu saja model dan warnanya sesuai dengan usia gadis itu."Hem." Alex hanya merespon pendek, membuat Laura tampak kecewa."Puteriku akan selalu terlihat cantik saat memakai apapun."Dengan senyum merekah Alexa mengomentari pakaian sang puteri dari atas tangga. Wanita itu melihat kekecewaan di wajah Laura saat respons Alex tak sesuai harapannya."Mom? Waaaaw.. kau cantik sekali," puji Laura tak main-main.Alexa memang terlihat cantik dan elegant saat turun dari anak tangga. Perempuan itu memakai gaun one shoulder dress berwarna turkish, sangat menyerap di kulitnya yang berwarna putih pucat. Gaun itu berbentuk asimetris dengan lengan panjang. Meski tak lagi bisa dikatakan wanita muda, namun Alexa tak nampak seperti wanita seusianya. Tubuh tinggi semampai dengan kaki jenjang yang tertutupi gaun terbelah hingga batas lutut membuat Alexa terlihat lebih muda. Ia juga tak terbiasa memoles wajahnya dengan make up tebal. Alexa lebih senang dengan make up flawless atau malah menampakkan wajah naturalnya. Untuk sedikit menghibur hati atau sekedar menghilangkan kepenatan wanita itu lebih memilih untuk merawat tubuh dan wajahnya. Jadi tak aneh jika di usianya yang hampir berkepala empat, wajah serta tubuh perempuan itu masih tampak segar."Kau yang paling cantik, Sayang."Alexa sangat senang membelai pipi puterinya. Senyum yang terlukis pun hanya ia tujukan untuk gadis itu, selainnya tak ada lagi yang bisa membuatnya tersenyum, setidaknya selama 20 tahun terakhir."Kau jadi ikut?" tanya Alex yang merasa diabaikan.Pria itu juga sengaja mencairkan suasana karena sejak Alexa turun tadi, dirinya tak lepas menatap penampilan sang isteri yang membuat matanya sulit berkedip. Alex seperti orang yang baru menyadari jika isterinya adalah wanita yang mempesona. Selama 20 tahun mereka hanya intens berinteraksi saat di luar rumah, tepatnya jika dalam sebuah undangan pesta atau undangan wawancara yang kini kerap mereka dapatkan setelah Alex mencalonkan dirinya sebagai Gubernur di kota itu."He em. Aku mau menemani Laura. Aku khawatir nanti kau sibuk berbicara dengan teman-temanmu dan Laura merasa kesepian."Alexa hanya beralasan. Perempuan itu tak mau melihat puterinya dijadikan alat oleh sang suami guna mencapai ambisi keluarga untuk duduk di kursi kepemimpinan.*Mobil BMW X7 berwarna hitam sudah bertengger di depan halaman luas mansion keluarga Morgans. Seorang sopir pribadi keluarga konglomerat itu membukakan pintu samping mobil untuk tuan dan nyonyanya."Kau di rumah saja, aku akan menyetir sendiri," tegas Alex pada sopirnya."Baik, Tuan Morgans."Sang sopir menundukkan kepalanya dan meninggalkan keluarga itu.Alexa dan Laura sudah berada di dalam mobil, tepatnya di kursi belakang. Namun suasana menjadi canggung saat Alex tak kunjung menyalakan mobilnya."Apa yang kau tunggu? Apa ada yang tertinggal?" tanya Alexa pada suaminya."Apa aku harus menjadi sopir pribadi kalian?"Alexa dan Laura saling menatap, "maksudmu?" tanya Alexa polos."Ah.. Mom, pindahlah ke samping papa. Aku mau sendirian disini."Ternyata Laura lebih peka dari pada ibunya. Ia langsung membuka pintu dan mendorong sang ibu agar keluar dan pindah ke samping Alex."Tapi--"Sudahlah! Nanti kita terlambat. Lagi pula kasian papa jika sendirian di depan. Mana ada calon Gubernur kota ini yang beralih pekerjaan menjadi sopir pribadi," goda Laura.Alexa membuka pintu di samping kemudi dengan sedikit canggung. Selama ini ia tak pernah berdampingan seperti ini saat di mobil bersama Alex. Selain selalu diantar oleh sopir pribadi, pasangan suami isteri itu tak pernah melakukan perjalanan hanya berdua saja."Kenapa bukan kau saja yang duduk di depan Laura," cetus Alex dengan nada angkuh."Oh, maaf. Harusnya kau katakan dari tadi. Laura kita tukar tempat, Nak.""Tidak perlu. Kita sudah terlambat," sela Alex yang langsung menyalakan mobilnya."Alexa tak peduli dengan ucapan suaminya. Perempuan itu tetap membuka pintu untuk bertukar tempat dengan sang puteri. Ia tak mau berada dekat dengan orang yang tak menginginkannya."Ku bilang tak perlu. Tutup pintunya, kita akan segera berangkat."Alex meraih satu tangan isterinya serta berucap dingin. Sorot tajam manik biru laut pria itu tampak mendominasi, membuat Alexa menuruti permintaan sang suami tanpa membantah sedikit pun."Pa, apa keluarga Tompson salah satu konglomerat di kota ini? Tapi aku belum pernah mendengar nama keluarga itu.""He em."15 menit perjalanan tanpa ada yang bicara membuat Laura jenuh. Gadis itu mencoba membuka obrolan dengan ayahnya namun lagi-lagi reaksi Alex membuat obrolan mereka kembali mati.Alexa yang mendengar reaksi pendek suaminya kemudian menatap Alex dengan sinis. Ia paling benci jika Alex tak menghiraukan ocehan puterinya."Mereka baru pindah ke kota ini beberapa bulan yang lalu, Sayang. Jadi belum banyak yang mengenalnya. Ayahmu datang ke pesta mereka hanya karena butuh dukungan para konglomerat untuk pencalonannya nanti," sindir Alexa seraya melirik ke arah suaminya.Alex yang merasa tersindir balik melirik sang isteri dengan sorot tajam matanya. Pasangan itu malah saling menatap dengan sorot mata yang menyiratkan sebuah tantangan."Hhh... kalian seperti anak remaja yang sedang bermusuhan."Laura tampak frustasi dan menyerah. Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran jok mobil dan pura-pura memejamkan mata. Perjalanan 40 menit yang dilalui terasa seperti satu abad karena kebisuan dan aura dingin diantara ayah dan ibunya.Akhirnya kepenatan yang dirasakan Laura Morgans berakhir saat mobil mereka sampai di area parkir luas milik keluarga Tompson. Mansion mewah itu memiliki area parkir 6 lantai dan setiap lantai terhubung dengan sebuah lift khusus yang bisa membawa para tamu langsung ke tempat pesta berlangsung."Mom, mansion ini sangat mewah. Mansion milik kakek saja tak sebesar ini," ungkap polos Laura.Gadis itu mengabaikan lirikan tajam ayahnya. Laura dan ibunya berjalan lebih dulu setelah keluar dari lift. Alex yang merasa diabaikan hanya bisa mendengus kesal melihat dua wanita di depannya tampak sangat akrab dan tak peduli dengannya. Pria itu berjalan santai dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celananya."Selamat malam, Nyonya Morgans."***Selamat malam, Nyonya Morgans." Sebuah sapaan hangat tercetus dari seorang wanita anggun yang berprofesi sebagai aktris. Diana Clipton menyapa isteri bosnya dengan senyum manis yang tercetus dari bibir sensual wanita itu. Ia adalah seorang aktris senior di bawah naungan rumah produksi milik keluarga Morgans. Usianya dua tahun lebih tua dari Alexa, namun pesonanya masih tampak memukau meski kini usianya telah berkepala empat. Alexa membalas sapaan itu dengan senyum simpul, namun tidak dengan Laura. Gadis muda itu justeru memberi tatapan tajam pada sang aktris. Beberapa kali rumor perselingkuhan ayahnya dengan wanita itu membuat Laura tak memiliki respect positif padanya. Meski rumor yang beredar tak pernah berkelanjutan karena Alex dengan sigap menutup mulut para reporter yang memiliki bukti kebersamaannya dengan Diana, namun Laura bukanlah gadis bodoh yang tak tahu apa-apa. Ia pernah beberapa kali memergoki sang ayah berbicara intens dengan Diana, tentunya tak seperti seorang atasan
Aaaaaaaa...."Byurrrr....Kedua wanita itu jatuh ke kolam, membuat Alex terkejut dan tampak kebingungan harus menolong siapa."Diana.."Alex menyerukan nama kekasihnya saat Diana berusaha berteriak meminta tolong."Apa terjadi sesuatu, Noah?"Laura yang mendengar ayahnya berteriak langsung berlari menuju suara tersebut. Terlihat sang ayah tengah membopong Diana dan menyerahkan wanita itu pada Managernya."Mommy..."Baru saja Laura hendak melompat ke dalam kolam, tangan Noah menariknya."Aku saja yang menolong ibumu," ucap pemuda itu dan langsung melompat ke dalam air.Noah meraih tubuh Alexa yang terlihat lemas. Jika kakinya tak mengalami kram, Alexa bisa dengan mudah naik ke atas. Namun sialnya saat tercebur ke dalam air tiba-tiba kakinya terasa kram dan ia kesulitan untuk berenang."Trimakasih, Noah.." ucap Laura. Pemuda itu mengangguk pelan."Berikan padaku." Alex mendatangi Noah dan mengambil tubuh sang isteri dari pemuda itu.Pria itu tadinya berniat untuk menolong Alexa setelah
"Ceraikan ibuku dan berpisahlah dengannya!"Dua iris mata biru laut itu saling menatap. Tatapan dingin yang Laura berikan pada manik sang ayah mampu membuat Alex membuang wajahnya lebih dulu. Alex tak kuasa menatap lamat iris mata yang sejatinya ia turunkan pada sang puteri."Jangan bicara omong kosong! Pergilah ke kamarmu dan--"Ceraikan ibuku, Papa. Lepaskan dia dari neraka yang kau buat!" ucapnya lagi tak mengindahkan perintah ayahnya."Hhh.. neraka? Ibumu mendapat kemewahan disini, mana mungkin kau menyebutnya neraka?! Kau sudah keterlaluan dan semakin lancang, Laura! Aku perintahkan sekali lagi pergilah ke kamarmu!"Emosi Alex mulai terpancing karena kekeras kepalaan Laura."Kau kira kemewahan ini bisa menggantikan harga diri mom? Aku tahu dan aku tak mau lagi berpura-pura bodoh saat mom bersikap semua baik-baik saja. Kalian berdua pasangan yang ajaib, rumah ini dipenuhi dengan sandiwara yang membuatku muak!"Sentakan histeris keluar dari mulut Laura tanpa rasa takut. Rasa hormat
"Kau dimana?”(”Aku di apartementku, Sayang..”)”Diam disana! Aku akan datang!”Alex memasukkan gawainya ke dalam saku dan bergegas keluar dari mansion mewahnya. Wajah dingin pria itu tak dapat ditebak, aura seorang yang kejam dan tak berperasaan terkadang sangat terlihat saat pria itu tengah memendam kemarahan.BMW X7 miliknya memasuki basement apartement mewah yang biasa dihuni para aktris terkenal dan pengusaha. Pria itu mematikan mesin mobilnya dan berlalu masuk ke dalam private lift menuju unit yang ditinggali Diana.Alex memiliki kartu akses untuk masuk ke dalam apartement wanita itu, sebuah unit termewah yang dihadiahkan pria itu pada sang kekasih. Terletak di lantai paling atas, Alex sengaja memberikannya pada Diana karena di lantai itu hanya terdapat satu unit saja. Semua dilakukan agar tak ada yang bisa melihatnya disana saat ia mengunjungi Diana. Lift yang mengantarnya ke unit tersebut pun hanya bisa diakses olehnya dan petugas keamanan apartement. "Sayang, aku--"Apa yang
"Alex! Berita apa ini!"Jemima melempar ponselnya di sofa kamar sang putera. Alex yang masih sibuk memakai dasi belum tahu apa yang membuat ibunya murka."Berita apa, Mom? Aku belum membuka ponselku sejak semalam." Pria itu masih menjawab santai."Hhh.. tentu saja kau melupakan ponselmu, semalam kau pasti habis bersenang-senang dengan perempuan jalang itu, kan?""Mom!""Jangan berteriak di depanku, Alex! Kau tak bisa menyembunyikan apapun dariku. Dan berita pagi ini pun karena kebodohanmu yang tergila-gila pada wanita brengsek itu!"Alex terdiam, bukan karena ia tak mampu melawan ibunya. Jemima akan terus menghina Diana jika ia terus membela wanita itu. "Cepat turun, kita harus membuat rencana agar berita yang sudah beredar tak membuat elektabilitasmu menurun."Jemima membanting pintu dengan kasar, meninggalkan putranya sendiri yang belum selesai memasang dasi di lehernya.10 menit kemudian Alex turun menuju meja makan. Seperti biasanya, Alexa dan satu pelayan yang bertugas menyiapka
'Kembalikan senyum ibuku, Papa..'Sekilas Alex mengingat perkataan Laura saat mereka bertengkar semalam."Hhh.. oke. Aku harus ke kantor sekarang. Kau bersiap-siap saja menggunakan kelihaianmu dalam bersandiwara."Alex membuang wajahnya dan beranjak keluar. Pria itu takut jika terlalu lama berinteraksi dengan Alexa dan tak mau lepas menatap wanita itu."Alex..""Hem?"Pria itu menoleh pada sang istri."Mengapa-- kau tak menceraikan aku? Kau bisa membina rumah tangga bersama wanita yang kau cintai jika kita berpisah."Entah apa yang membuat Alexa bertanya demikian. Pertanyaan itu tercetus begitu saja dari mulutnya.Alex yang tadinya sempat termenung mendengar pertanyaan spontan istrinya, melangkah perlahan mendekat pada wanita itu, "karena aku masih membutuhkanmu untuk berada di sisiku, Alexa.."Wajah pria itu hanya berjarak beberapa centimeter dari wajah Alexa. Kemudian ia kembali menjauh dan keluar dari kamar sang istri."Dasar brengsek!" decak Alexa.Alex berjalan terburu dengan waj
"Alexa, pergilah ke kantor suamimu dan bawakan dia makan siang."Jemima menghampiri menantunya yang tengah memotong ranting pepohonan di kebun. Setelah kematian Philips Morgans, wanita itu yang setiap hari mengurus bunga dan pohon-pohon milik kakek mertuanya. Kegiatan ini menjadi salah satu cara Alexa mengisi waktu luangnya.Alexa menghentikan kegiatannya pada ranting bunga Lily. Perintah sang ibu mertua terdengar aneh di telinganya. Selama ini Jemima tak pernah menyuruhnya mengantar makan siang, apalagi ke kantor Alex. Alexa memang pernah beberapa kali mengunjungi kantor suaminya, itupun lagi-lagi hanya untuk konsumsi publik yang menobatkan pasangan itu sebagai pasangan termanis karena paras Alex dan Alexa yang tampan juga cantik di usia matang mereka. Publik juga menyebut keduanya sebagai 'Couple A' karena namanya yang mirip."Kau mengundang reporter ke kantor Alex, Mom?" tebak Alexa yang curiga dengan ibu mertuanya."Tidak. Aku hanya minta beberapa reporter menyebarkan fotomu saat
Cup..Alexa terkejut dengan kecupan singkat yang diberikan suaminya, namun karena kamera sedang 'on' ia langsung memberikan senyum manjanya pada pria itu."Trimakasih, kau membuatku ingin memakanmu, Sayang.."Ucapan frontal Alex sontak membuat para pemegang kamera tersenyum dan salah tingkah sendiri, begitupun dengan Alexa yang merasa Alex terlalu menghayati perannya."Kemarilah!""Alex!"Alex tak peduli dengan penolakan istrinya. Pria itu tetap memangku Alexa di atas pahanya dan memberi suapan pertama ke mulut wanita itu.Alex, aku--"Buka mulutmu, Sayang.."Alexa yang pada awalnya ragu terpaksa harus mengikuti keinginan suaminya. Ia merasa itu adalah salah satu adegan mesra yang harus dipertontonkan pada publik."Wah.. kalian memang pasangan yang sangat manis. Aku yakin setelah melihat video ini publik akan lupa pada berita pagi tadi, Tuan Morgans."Salah seorang yang merekam moment itu merasa jika Alex dan Alexa adalah pasangan yang memang saling mencintai. Akting keduanya sangat n
"Aku masih tak percaya bisa melihat kemesraan nyonya dan tuan Morgans disini. Kalian tahu? Para gen Z menobatkan kalian sebagai pasangan termanis."Miss Taylor membuka acaranya dengan terus memuji pasangan yang menjadi bintang tamu. Mengundang Alex dan Alexa bukanlah perkara mudah, mereka kerap kali menolak acara-acara yang dirasa tak penting, terutama Alex. Jika acara itu dirasa tak bisa memberikan manfaat untuk pencalonannya sebagai Gubernur, pria itu akan menolaknya."Anda terlalu berlebihan, Miss Taylor. Masih banyak pasangan muda yang lebih manis dari kami, benarkan, Darl?"Alexa menoleh pada suaminya dengan mengulum senyuman, dan seperti gayung bersambut Alex pun langsung mengembangkan kepiawaian aktingnya dengan mencium kening sang isteri."He em.." sahutnya dengan suara lembut."Waaaw.. kalian benar-benar membuatku cemburu. Oh, tidak! Di usia yang sudah tak muda lagi kalian masih terlihat saling mencintai. Ngomong-ngomong, kalian sudah berapa tahun bersama, Nyonya Morgans?""E
"Lolly, hari ini acara miss Taylor menayangkan orang tuamu, kan? Ayo kita lihat! Kelas baru dimulai dua jam lagi."Jaqueen kini bisa dengan leluasa memanggil Laura dengan sebutan Lolly. Keduanya berada di lorong kampus setelah selesai dengan mata kuliah pertamanya."Kau salah satu fans orang tuaku, Jaq? Kuberi tahu, mereka itu pemain sandiwara yang handal, jadi jangan mau tertipu.""Aku tak peduli, anggap saja aku sedang menonton sebuah drama. Bukankah sebuah drama juga hanya bersandiwara? Aku hanya senang melihat wajah ibumu yang selalu terlihat cantik. Wajahnya sangat keibuan tapi tetap mempesona sebagai perempuan. Kau sangat beruntung punya ibu seperti mommy-mu.."Suara Jaqueen terdengar getir pada kalimat terakhir. Ya, Laura sudah sering mendengar nada kegetiran jika sahabatnya itu membicarakan tentang seorang ibu. Meski Laura tak tahu apa yang dialami Jaqueen, tapi gadis itu sangat yakin, ada trauma yang mendalam dirasakan gadis bertubuh tinggi kurus itu."Ibuku memang satu-satuny
"Brengsek!"Gillbert melempar ponselnya begitu saja di atas meja. Pria yang berprofesi sebagai dokter ortopedi itu nampak murka melihat foto-foto dan video Alexa bersama suaminya. Meski kecemburuan selalu mengintai setelah melihat keintiman pasangan suami isteri itu, Gill tetap saja selalu ingin melihat keseharian kekasih hatinya."Maaf, Dokter.. apa.. nona Alexa dan suaminya sudah mulai--"Tidak mungkin, Carlos! Mereka hanya bersandiwara demi simpati publik. Pria brengsek itu memanfaatkan kekasihku untuk kepentingan dirinya dan keluarganya. Aku tahu dari mimik wajah Alley.. dia sangat tersiksa karena harus selalu berpura-pura."Gill mengepalkan kedua tangannya di atas meja. Sorot tajam dari manik coklatnya membuat Carlos tak berani menatap pria itu. Gill selalu saja diselimuti rasa cemburu saat melihat kebersamaan Alex dan Alexa, meski dia sendiri tahu kalau itu hanya sebuah sandiwara.**Foto-foto dan video kebersamaan Alex dan Alexa saat makan siang sudah tersebar di beberapa akun
"Kau sudah siap?" Entah mengapa Alex merangsek masuk ke dalam kamar Alexa yang tengah bersiap-siap untuk datang ke acara talk show with miss Taylor, padahal dulu pria itu sangat anti masuk kesana. "Sebentar lagi," sahut pendek Alexa. Wanita itu masih memoles wajahnya di depan cermin dengan bantuan Arabella, namun sang asisten langsung keluar saat melihat Alex datang. "Kau bisa menungguku di bawah. Aku hanya butuh beberapa menit lagi, setelahnya aku akan langsung turun ke bawah." Alexa merasa risih dengan keberadaan suaminya disana. Biasanya Alex tak pernah peduli berapa lama sang istri berdandan. Ia hanya akan menunggunya di bawah atau malah menunggu di dalam mobil. Namun kali ini lelaki itu bertingkah aneh. Ia bahkan tak langsung keluar setelah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Alex justeru mengelilingi kamar yang sangat jarang ia masuki sebelumnya. "Kenapa kau tak datang saja ke salon dari pada repot-repot berdandan sendiri." Pria itu tak mengindahkan permintaan Alexa u
"Baik, aku akan menyerahkan villa itu untukmu, Alexa. Tapi dengan satu syarat..""Syarat?" Kening Alexa mengerut. "He em," sahut Alex."Syaratmu pasti sesuatu yang aneh. Aku tak mau. Kau pikirkan saja permintaanku, dan sebelum acara talk show dimulai kau harus sudah memberi jawabannya padaku, Alex."Alex mulai geram dengan tingkah sang istri yang mencoba menekannya. Pria itu berlari menuju pintu ruang kerjanya dan menarik tangan Alexa serta membenturkan tubuh perempuan itu ke tembok."Aku tak suka didikte, Alexa. Aku yang harus mengendalikanmu, bukan kau yang mengendalikanku, hm? Jadi jangan coba mengancamku," ucap Alex dengan seringai tajam dari bibirnya.Alexa tak bisa melepas tubuhnya yang dihimpit pria itu ke tembok, sekuat apapun ia memberontak tubuhnya tetap saja bergeming karena tenaga Alex sangat kuat. Semakin ia coba melawan tubuhnya justeru hanya merasakan perih karena Alex pun semakin kuat menghimpitnya."Terserah. Disini aku yang menawarkan negosiasi padamu, jadi kau tak
"Mari kita bercerai.."Kata itu yang ditunggu Alex setelah mendengar Alexa meminta sebuah kompensasi. Pria itu sudah curiga dengan gelagat sang istri."Ooh.. ternyata benar dugaanku. Kau yakin ingin bercerai dariku, Alexa? Kau lupa jika saham yang kakek berikan otomatis akan kembali pada keluarga Morgans jika kita bercerai, hm?"Alex bicara hanya berjarak beberapa centimeter dari wajah Alexa. Wanita itu pun dapat menyidu aroma mint yang keluar dari mulut suaminya."Ya, aku ingat. Maka dari itu aku minta kompensasi darimu, Alex. Aku dan Laura butuh tempat tinggal jika kita bercerai. Aku tak akan menuntut lebih, silakan ambil saham yang kakek berikan padaku, aku tak membutuhkannya."Wajah Alex menguar rasa tak percaya, pasalnya ia tak pernah berpikir jika Alexa akan berani meminta perceraian. Perempuan itu tak memiliki siapapun di dunia ini, kecuali putrinya."Akan kupikirkan," cetus Alex kemudian hendak kembali ke kursi kebesarannya."Pikirkan sekarang. Aku tak mau ikut dalam acara tal
"Apa selama ini kau bahagia, Mom?"Sebuah pertanyaan dari mulut Laura membuat Alexa terhenyak.Bahagia? Ya.. sepertinya sudah sangat lama Alexa tak mengenal kata itu. Selama 20 tahun terakhir apa dirinya pernah bahagia? Jawabannya mungkin pernah, hanya pada saat ia melahirkan putri kecilnya 19 tahun yang lalu. Laura adalah satu-satunya kebahagiaan yang Alexa rasakan setelah masuk ke dalam keluarga Morgans, selebihnya? Tak ada."Aku bahagia, Lolly. Aku bahagia sejak aku memiliki putri cantik seperti dirimu. Kau adalah kebahagiaanku, Dear..""Kalau begitu hidup saja berdua denganku. Kalau hanya aku sumber kebahagiaanmu, kita pergi dari rumah ini dan hidup berdua. Aku sudah dewasa, Mom. Kau jangan takut akan membuat hidupku kesulitan. Aku yakin kita bisa bahagia jika berdua saja."Alexa hanya bisa termangu tanpa kata. Gadis dihadapannya bukan lagi gadis kecil yang mudah ia bohongi. Laura sudah bisa melihat sendiri bagaimana ajaibnya hubungan ayah serta ibunya. "Apa kau sangat tersiksa t
"Nyonya Alexa, boleh saya masuk?""Masuklah, Ara."Saat hanya berdua saja, Alexa terkadang tak ingin terlalu formal dengan asistennya. Perempuan itu membutuhkan seorang teman, dan Arabella lah orangnya. Di depan gadis berusia 30 tahun itu Alexa bisa lebih rileks dan tak canggung. Kadang dirinya merasa lelah dengan kekakuan hidupnya sebagai nyonya muda di keluarga Morgans."Maaf mengganggu Anda, Nyonya, saya hanya ingin memberi tahu kalau tim sudah mulai menyebar foto-foto Anda di beberapa fan base yang kita buat. Anda bisa melihatnya."Arabella menyerahkan ipad yang sejak tadi ia pegang pada Alexa."Ara.. duduklah.." Alexa menepuk ranjang di sampingnya."Oh, tidak, Nyonya. Saya tidak berani. Biar saya berdiri saja.""Ini kamarku, Ara, tak akan ada yang melihatnya. Aku tak suka kau berdiri disana saat kita berbicara, setidaknya jika kita hanya berdua."Suara lembut Alexa membuat kekakuan Arabella sedikit mencair. Ia tahu, nyonya mudanya hanya ingin bersikap akrab dan bersahabat. Meski
Cup..Alexa terkejut dengan kecupan singkat yang diberikan suaminya, namun karena kamera sedang 'on' ia langsung memberikan senyum manjanya pada pria itu."Trimakasih, kau membuatku ingin memakanmu, Sayang.."Ucapan frontal Alex sontak membuat para pemegang kamera tersenyum dan salah tingkah sendiri, begitupun dengan Alexa yang merasa Alex terlalu menghayati perannya."Kemarilah!""Alex!"Alex tak peduli dengan penolakan istrinya. Pria itu tetap memangku Alexa di atas pahanya dan memberi suapan pertama ke mulut wanita itu.Alex, aku--"Buka mulutmu, Sayang.."Alexa yang pada awalnya ragu terpaksa harus mengikuti keinginan suaminya. Ia merasa itu adalah salah satu adegan mesra yang harus dipertontonkan pada publik."Wah.. kalian memang pasangan yang sangat manis. Aku yakin setelah melihat video ini publik akan lupa pada berita pagi tadi, Tuan Morgans."Salah seorang yang merekam moment itu merasa jika Alex dan Alexa adalah pasangan yang memang saling mencintai. Akting keduanya sangat n