Selamat malam, Nyonya Morgans."
Sebuah sapaan hangat tercetus dari seorang wanita anggun yang berprofesi sebagai aktris. Diana Clipton menyapa isteri bosnya dengan senyum manis yang tercetus dari bibir sensual wanita itu. Ia adalah seorang aktris senior di bawah naungan rumah produksi milik keluarga Morgans. Usianya dua tahun lebih tua dari Alexa, namun pesonanya masih tampak memukau meski kini usianya telah berkepala empat.Alexa membalas sapaan itu dengan senyum simpul, namun tidak dengan Laura. Gadis muda itu justeru memberi tatapan tajam pada sang aktris. Beberapa kali rumor perselingkuhan ayahnya dengan wanita itu membuat Laura tak memiliki respect positif padanya. Meski rumor yang beredar tak pernah berkelanjutan karena Alex dengan sigap menutup mulut para reporter yang memiliki bukti kebersamaannya dengan Diana, namun Laura bukanlah gadis bodoh yang tak tahu apa-apa. Ia pernah beberapa kali memergoki sang ayah berbicara intens dengan Diana, tentunya tak seperti seorang atasan dengan aktrisnya. Apalagi melihat hubungan diantara ibu dan ayahnya yang terasa hambar, Laura semakin yakin jika sang ayah memiliki affair dengan wanita itu."Nona Laura, kau semakin cantik. Sangat mirip dengan ayahmu," cetus Diana yang ingin tampak ramah di depan puteri selingkuhannya.Tak ada yang tahu jika Laura bukanlah anak kandung dari Alex Morgans. Pria itu dan Alexa sepakat untuk menyembunyikan rahasia yang telah mereka sembunyikan selama 20 tahun. Dan tak ada satu pun orang yang curiga, termasuk keluarga Morgans. Wajah Laura mungkin menyerap kecantikan sang ibu, namun aura gadis itu sangat kental dengan aura yang dimiliki Alex. Apalagi manik matanya yang berwarna sama dengan sang ayah, membuat semua orang yakin kalau Laura adalah puteri kandung Alex Morgans."Menjijikkan!" decak Laura yang tak bisa menyembunyikan rasa bencinya pada Diana Clipton."Laura, jaga ucapanmu!"Alexa yang mendengar umpatan kasar dari mulut sang puteri langsung membawa Laura menjauh dari Diana. Tak dipungkiri, meski tak ada rasa cinta diantara dirinya dan Alex namun melihat ketidaktahumaluan Diana yang dengan sengaja menyapanya pun membuat Alexa jengah. Tapi lagi-lagi wanita itu harus tetap bersikap elegant, demi menjaga nama baik dan wibawa keluarga Morgans.Alex melewati Diana begitu saja. Ia bisa dengan baik berpura-pura acuh pada sang kekasih saat di depan umum."Mulut puterimu sangat kasar, Alex," cetus Diana saat mereka saling bersinggungan.Alex mendengarnya, namun tak menggubris ucapan berbisik yang dicetuskan Diana. Di pesta itu keluarga Tompson juga mengundang beberapa reporter untuk memperkenalkan keluarganya pada dunia sebagai salah satu keluarga konglomerat di kota ini."Selamat malam, Tuan Morgans. Akhirnya kita bisa berbincang sedekat ini. Oh, selama ini aku hanya bisa melihatmu di televisi. Kau memang pria yang tampan," puji Gerard Tompson sang tuan rumah."Haha.. kau terlalu berlebihan memujiku, Tuan Tompson. Aku belum sempat berterima kasih karena kau telah mengundangku ke pesta ini. Puteriku sangat senang melihat mansion mewahmu."Mulut Alex memang sangat manis saat berhadapan dengan seorang yang menguntungkan baginya. Sebagai pemimpin tertinggi Morgans Group, perusahaan yang bergerak di bidang entertainment, Alex tentu sudah sangat terlatih dalam berbicara manis pada mangsanya. Ia tak lagi berbasa basi untuk langsung memperkenalkan Laura pada Gerard Tompson agar pria tua itu menatap sang puteri."Oh, apa dua wanita ini puterimu? Mereka berdua memiliki kecantikan yang luar biasa."Alih-alih hanya menatap Laura, Gerard Tompson justeru bergurau dengan memuji kecantikan Alexa yang dirasa seumuran dengan gadis itu. Ia sudah sering melihat Alexa saat mendampingi Alex di televisi, namun pria itu merasa Alexa tampak lebih cantik dari yang biasa ia lihat di televisi."Hahaha.. Anda pandai bergurau, Tuan," cetus Alex yang justeru merasa tak nyaman dengan tatapan Gerard Tompson pada isterinya.Pria itu meskipun baru beberapa bulan tinggal di kota ini, namun rumor tentang kecentilannya terhadap wanita cantik sudah tak lagi aneh. Isteri yang kini mendampinginya saja adalah perempuan kesekian yang ia nikahi setelah beberapa kali bercerai."Halo, Nyonya Morgans, aku senang melihatmu disini. Kau tampak lebih cantik saat dilihat langsung. Aku tak bergurau."Pria tua itu mengabaikan Alex. Ia benar-benar terpukau dengan keanggunan Alexa yang terbalut gaun malam elegantnya."Trimakasih, Tuan Tompson. Isteri Anda juga sangat cantik."Alexa justeru memuji wanita yang diabaikan oleh suaminya sejak tadi. Gerard belum memperkenalkan wanita berwajah oriental itu pada keluarga Morgans. Keanggunan Alexa dan Laura seketika membuat pria genit itu lupa pada isteri mudanya."Ouh, aku sampai lupa untuk memperkenalkan isteriku pada kalian. Sayang.. kemarilah!"Gerard memanggil sang isteri dalam bahasa Korea. Perempuan itu memang berasal dari negeri Gingseng dan belum fasih berbahasa Inggris."Kenalkan, ini adalah isteriku, Han Chung Ah. Dia belum terlalu fasih berbahasa Inggris," ucap pria itu seraya memperkenalkan isterinya pada Alex dan keluarganya.Alexa dan Laura mengulas senyum pada wanita yang tampak malu-malu itu. Sudah menjadi rahasia umum, isteri-isteri Gerard Tompson biasanya berasal dari wanita malam yang ia temukan di sebuah Club. Tampak jelas jika usia perempuan itu terpaut jauh dengan sang suami, mungkin tak berbeda jauh dengan Laura."Hei, aku belum berkenalan dengan gadis cantik di sampingmu, Nyonya Morgans. Siapa namamu, Nona?" Gerard menawarkan tangannya pada Laura."Laura Morgans, Tuan Gerard Tompson. Senang bertemu denganmu.""Waw, kau sangat ramah, Nona Morgans. Aku senang melihat gadis ramah sepertimu. Tunggu sebentar. Noah, kemarilah!"Gerard memanggil seseorang, dan laki-laki tampan bertubuh tinggi dengan rambut berwarna cokelat menghampirinya."Ya, Pa.""Kau harus ajak nona cantik ini melihat-lihat rumah kita. Ia tak cocok bersama para orang tua, bawa dia bersama teman-temanmu disana," titah Gerard Tompson pada puteranya."Baik, Pa.""Tapi--"Ikutlah dengannya Laura. Kau harus berkumpul dengan anak-anak seusiamu."Alex mengapit sang isteri yang tampak tak setuju dengan perintah Gerard Tompson pada puteranya. Alexa takut terjadi apa-apa pada sang puteri yang sama skali tak mengenal orang-orang di pesta itu."Alex..""Tenanglah, Sayang. Laura tak akan merasa nyaman berada bersama orang tua seperti kita. Lebih baik dia bersama anak-anak seusianya."Laura tampak terkejut saat mendengar ayahnya memanggil sang ibu dengan sebutan Sayang. Meski pada awalnya merasa tak nyaman, namun untuk membuat ayah dan ibunya lebih dekat gadis itu memutuskan ikut bersama Noah.Alexa hanya bisa melihat kepergian sang puteri dengan wajah cemas. Ia menepis tangan sang suami yang bertengger di pinggangnya, namun Alex kembali mengalungkan tangan kekarnya di pinggang sang isteri. Entah hanya karena ingin terlihat mesra di depan Gerard Tompson atau memang pria itu merasa nyaman melakukannya, Alex tak ingin melepas rangkulannya begitu aja."Brengsek! Sandiwaramu terlalu dihayati, Alex".Dari kejauhan Diana yang terus memantau sang kekasih berdecak kesal saat melihat Alex merangkul pinggang Alexa dengan mesra. Satu gelas wine diteguk hingga tak bersisa oleh Diana karena kecemburuannya.Setelah Gerard Tompson pamit untuk menyapa tamu lainnya, Alexa kembali menepis tangan sang suami dari pinggangnya."Cepat lepaskan aku! Kita tak perlu bersandiwara lagi, tak ada yang akan melihatnya," decak Alexa."Aku tak sedang bersandiwara. Aku memang ingin merangkulmu seperti ini," ucap Alex datar.Alexa yang tingginya hanya sebatas telinga Alex sedikit mendongak dan menatap nyalang suaminya. Namun lagi-lagi pria itu tak menghiraukan tatapan tajam sang isteri.Diana sudah tak lagi bisa menyembunyikan kecemburuannya. Ia mengambil satu gelas wine dari seorang pelayan yang berkeliling kemudian berjalan mendekat pada pasangan suami isteri yang tanpa mereka sadari tengah menjadi perhatian para tamu karena kemesraan yang mereka pertontonkan, terutama para reporter yang sibuk mengambil gambar pasangan itu.Bugh..Awalnya Diana hanya berniat menyenggol Alexa dan menumpahkan wine ke gaun wanita itu, namun naas karena ia memakai highheels yang cukup tinggi, Diana terpeleset dan terjatuh ke dalam kolam renang, begitupun dengan Alexa yang gaunnya sempat tertarik oleh perempuan itu.Byuuurrrr...."Diana!"***Aaaaaaaa...."Byurrrr....Kedua wanita itu jatuh ke kolam, membuat Alex terkejut dan tampak kebingungan harus menolong siapa."Diana.."Alex menyerukan nama kekasihnya saat Diana berusaha berteriak meminta tolong."Apa terjadi sesuatu, Noah?"Laura yang mendengar ayahnya berteriak langsung berlari menuju suara tersebut. Terlihat sang ayah tengah membopong Diana dan menyerahkan wanita itu pada Managernya."Mommy..."Baru saja Laura hendak melompat ke dalam kolam, tangan Noah menariknya."Aku saja yang menolong ibumu," ucap pemuda itu dan langsung melompat ke dalam air.Noah meraih tubuh Alexa yang terlihat lemas. Jika kakinya tak mengalami kram, Alexa bisa dengan mudah naik ke atas. Namun sialnya saat tercebur ke dalam air tiba-tiba kakinya terasa kram dan ia kesulitan untuk berenang."Trimakasih, Noah.." ucap Laura. Pemuda itu mengangguk pelan."Berikan padaku." Alex mendatangi Noah dan mengambil tubuh sang isteri dari pemuda itu.Pria itu tadinya berniat untuk menolong Alexa setelah
"Ceraikan ibuku dan berpisahlah dengannya!"Dua iris mata biru laut itu saling menatap. Tatapan dingin yang Laura berikan pada manik sang ayah mampu membuat Alex membuang wajahnya lebih dulu. Alex tak kuasa menatap lamat iris mata yang sejatinya ia turunkan pada sang puteri."Jangan bicara omong kosong! Pergilah ke kamarmu dan--"Ceraikan ibuku, Papa. Lepaskan dia dari neraka yang kau buat!" ucapnya lagi tak mengindahkan perintah ayahnya."Hhh.. neraka? Ibumu mendapat kemewahan disini, mana mungkin kau menyebutnya neraka?! Kau sudah keterlaluan dan semakin lancang, Laura! Aku perintahkan sekali lagi pergilah ke kamarmu!"Emosi Alex mulai terpancing karena kekeras kepalaan Laura."Kau kira kemewahan ini bisa menggantikan harga diri mom? Aku tahu dan aku tak mau lagi berpura-pura bodoh saat mom bersikap semua baik-baik saja. Kalian berdua pasangan yang ajaib, rumah ini dipenuhi dengan sandiwara yang membuatku muak!"Sentakan histeris keluar dari mulut Laura tanpa rasa takut. Rasa hormat
"Kau dimana?”(”Aku di apartementku, Sayang..”)”Diam disana! Aku akan datang!”Alex memasukkan gawainya ke dalam saku dan bergegas keluar dari mansion mewahnya. Wajah dingin pria itu tak dapat ditebak, aura seorang yang kejam dan tak berperasaan terkadang sangat terlihat saat pria itu tengah memendam kemarahan.BMW X7 miliknya memasuki basement apartement mewah yang biasa dihuni para aktris terkenal dan pengusaha. Pria itu mematikan mesin mobilnya dan berlalu masuk ke dalam private lift menuju unit yang ditinggali Diana.Alex memiliki kartu akses untuk masuk ke dalam apartement wanita itu, sebuah unit termewah yang dihadiahkan pria itu pada sang kekasih. Terletak di lantai paling atas, Alex sengaja memberikannya pada Diana karena di lantai itu hanya terdapat satu unit saja. Semua dilakukan agar tak ada yang bisa melihatnya disana saat ia mengunjungi Diana. Lift yang mengantarnya ke unit tersebut pun hanya bisa diakses olehnya dan petugas keamanan apartement. "Sayang, aku--"Apa yang
"Alex! Berita apa ini!"Jemima melempar ponselnya di sofa kamar sang putera. Alex yang masih sibuk memakai dasi belum tahu apa yang membuat ibunya murka."Berita apa, Mom? Aku belum membuka ponselku sejak semalam." Pria itu masih menjawab santai."Hhh.. tentu saja kau melupakan ponselmu, semalam kau pasti habis bersenang-senang dengan perempuan jalang itu, kan?""Mom!""Jangan berteriak di depanku, Alex! Kau tak bisa menyembunyikan apapun dariku. Dan berita pagi ini pun karena kebodohanmu yang tergila-gila pada wanita brengsek itu!"Alex terdiam, bukan karena ia tak mampu melawan ibunya. Jemima akan terus menghina Diana jika ia terus membela wanita itu. "Cepat turun, kita harus membuat rencana agar berita yang sudah beredar tak membuat elektabilitasmu menurun."Jemima membanting pintu dengan kasar, meninggalkan putranya sendiri yang belum selesai memasang dasi di lehernya.10 menit kemudian Alex turun menuju meja makan. Seperti biasanya, Alexa dan satu pelayan yang bertugas menyiapka
'Kembalikan senyum ibuku, Papa..'Sekilas Alex mengingat perkataan Laura saat mereka bertengkar semalam."Hhh.. oke. Aku harus ke kantor sekarang. Kau bersiap-siap saja menggunakan kelihaianmu dalam bersandiwara."Alex membuang wajahnya dan beranjak keluar. Pria itu takut jika terlalu lama berinteraksi dengan Alexa dan tak mau lepas menatap wanita itu."Alex..""Hem?"Pria itu menoleh pada sang istri."Mengapa-- kau tak menceraikan aku? Kau bisa membina rumah tangga bersama wanita yang kau cintai jika kita berpisah."Entah apa yang membuat Alexa bertanya demikian. Pertanyaan itu tercetus begitu saja dari mulutnya.Alex yang tadinya sempat termenung mendengar pertanyaan spontan istrinya, melangkah perlahan mendekat pada wanita itu, "karena aku masih membutuhkanmu untuk berada di sisiku, Alexa.."Wajah pria itu hanya berjarak beberapa centimeter dari wajah Alexa. Kemudian ia kembali menjauh dan keluar dari kamar sang istri."Dasar brengsek!" decak Alexa.Alex berjalan terburu dengan waj
"Alexa, pergilah ke kantor suamimu dan bawakan dia makan siang."Jemima menghampiri menantunya yang tengah memotong ranting pepohonan di kebun. Setelah kematian Philips Morgans, wanita itu yang setiap hari mengurus bunga dan pohon-pohon milik kakek mertuanya. Kegiatan ini menjadi salah satu cara Alexa mengisi waktu luangnya.Alexa menghentikan kegiatannya pada ranting bunga Lily. Perintah sang ibu mertua terdengar aneh di telinganya. Selama ini Jemima tak pernah menyuruhnya mengantar makan siang, apalagi ke kantor Alex. Alexa memang pernah beberapa kali mengunjungi kantor suaminya, itupun lagi-lagi hanya untuk konsumsi publik yang menobatkan pasangan itu sebagai pasangan termanis karena paras Alex dan Alexa yang tampan juga cantik di usia matang mereka. Publik juga menyebut keduanya sebagai 'Couple A' karena namanya yang mirip."Kau mengundang reporter ke kantor Alex, Mom?" tebak Alexa yang curiga dengan ibu mertuanya."Tidak. Aku hanya minta beberapa reporter menyebarkan fotomu saat
Cup..Alexa terkejut dengan kecupan singkat yang diberikan suaminya, namun karena kamera sedang 'on' ia langsung memberikan senyum manjanya pada pria itu."Trimakasih, kau membuatku ingin memakanmu, Sayang.."Ucapan frontal Alex sontak membuat para pemegang kamera tersenyum dan salah tingkah sendiri, begitupun dengan Alexa yang merasa Alex terlalu menghayati perannya."Kemarilah!""Alex!"Alex tak peduli dengan penolakan istrinya. Pria itu tetap memangku Alexa di atas pahanya dan memberi suapan pertama ke mulut wanita itu.Alex, aku--"Buka mulutmu, Sayang.."Alexa yang pada awalnya ragu terpaksa harus mengikuti keinginan suaminya. Ia merasa itu adalah salah satu adegan mesra yang harus dipertontonkan pada publik."Wah.. kalian memang pasangan yang sangat manis. Aku yakin setelah melihat video ini publik akan lupa pada berita pagi tadi, Tuan Morgans."Salah seorang yang merekam moment itu merasa jika Alex dan Alexa adalah pasangan yang memang saling mencintai. Akting keduanya sangat n
"Nyonya Alexa, boleh saya masuk?""Masuklah, Ara."Saat hanya berdua saja, Alexa terkadang tak ingin terlalu formal dengan asistennya. Perempuan itu membutuhkan seorang teman, dan Arabella lah orangnya. Di depan gadis berusia 30 tahun itu Alexa bisa lebih rileks dan tak canggung. Kadang dirinya merasa lelah dengan kekakuan hidupnya sebagai nyonya muda di keluarga Morgans."Maaf mengganggu Anda, Nyonya, saya hanya ingin memberi tahu kalau tim sudah mulai menyebar foto-foto Anda di beberapa fan base yang kita buat. Anda bisa melihatnya."Arabella menyerahkan ipad yang sejak tadi ia pegang pada Alexa."Ara.. duduklah.." Alexa menepuk ranjang di sampingnya."Oh, tidak, Nyonya. Saya tidak berani. Biar saya berdiri saja.""Ini kamarku, Ara, tak akan ada yang melihatnya. Aku tak suka kau berdiri disana saat kita berbicara, setidaknya jika kita hanya berdua."Suara lembut Alexa membuat kekakuan Arabella sedikit mencair. Ia tahu, nyonya mudanya hanya ingin bersikap akrab dan bersahabat. Meski
"Aku masih tak percaya bisa melihat kemesraan nyonya dan tuan Morgans disini. Kalian tahu? Para gen Z menobatkan kalian sebagai pasangan termanis."Miss Taylor membuka acaranya dengan terus memuji pasangan yang menjadi bintang tamu. Mengundang Alex dan Alexa bukanlah perkara mudah, mereka kerap kali menolak acara-acara yang dirasa tak penting, terutama Alex. Jika acara itu dirasa tak bisa memberikan manfaat untuk pencalonannya sebagai Gubernur, pria itu akan menolaknya."Anda terlalu berlebihan, Miss Taylor. Masih banyak pasangan muda yang lebih manis dari kami, benarkan, Darl?"Alexa menoleh pada suaminya dengan mengulum senyuman, dan seperti gayung bersambut Alex pun langsung mengembangkan kepiawaian aktingnya dengan mencium kening sang isteri."He em.." sahutnya dengan suara lembut."Waaaw.. kalian benar-benar membuatku cemburu. Oh, tidak! Di usia yang sudah tak muda lagi kalian masih terlihat saling mencintai. Ngomong-ngomong, kalian sudah berapa tahun bersama, Nyonya Morgans?""E
"Lolly, hari ini acara miss Taylor menayangkan orang tuamu, kan? Ayo kita lihat! Kelas baru dimulai dua jam lagi."Jaqueen kini bisa dengan leluasa memanggil Laura dengan sebutan Lolly. Keduanya berada di lorong kampus setelah selesai dengan mata kuliah pertamanya."Kau salah satu fans orang tuaku, Jaq? Kuberi tahu, mereka itu pemain sandiwara yang handal, jadi jangan mau tertipu.""Aku tak peduli, anggap saja aku sedang menonton sebuah drama. Bukankah sebuah drama juga hanya bersandiwara? Aku hanya senang melihat wajah ibumu yang selalu terlihat cantik. Wajahnya sangat keibuan tapi tetap mempesona sebagai perempuan. Kau sangat beruntung punya ibu seperti mommy-mu.."Suara Jaqueen terdengar getir pada kalimat terakhir. Ya, Laura sudah sering mendengar nada kegetiran jika sahabatnya itu membicarakan tentang seorang ibu. Meski Laura tak tahu apa yang dialami Jaqueen, tapi gadis itu sangat yakin, ada trauma yang mendalam dirasakan gadis bertubuh tinggi kurus itu."Ibuku memang satu-satuny
"Brengsek!"Gillbert melempar ponselnya begitu saja di atas meja. Pria yang berprofesi sebagai dokter ortopedi itu nampak murka melihat foto-foto dan video Alexa bersama suaminya. Meski kecemburuan selalu mengintai setelah melihat keintiman pasangan suami isteri itu, Gill tetap saja selalu ingin melihat keseharian kekasih hatinya."Maaf, Dokter.. apa.. nona Alexa dan suaminya sudah mulai--"Tidak mungkin, Carlos! Mereka hanya bersandiwara demi simpati publik. Pria brengsek itu memanfaatkan kekasihku untuk kepentingan dirinya dan keluarganya. Aku tahu dari mimik wajah Alley.. dia sangat tersiksa karena harus selalu berpura-pura."Gill mengepalkan kedua tangannya di atas meja. Sorot tajam dari manik coklatnya membuat Carlos tak berani menatap pria itu. Gill selalu saja diselimuti rasa cemburu saat melihat kebersamaan Alex dan Alexa, meski dia sendiri tahu kalau itu hanya sebuah sandiwara.**Foto-foto dan video kebersamaan Alex dan Alexa saat makan siang sudah tersebar di beberapa akun
"Kau sudah siap?" Entah mengapa Alex merangsek masuk ke dalam kamar Alexa yang tengah bersiap-siap untuk datang ke acara talk show with miss Taylor, padahal dulu pria itu sangat anti masuk kesana. "Sebentar lagi," sahut pendek Alexa. Wanita itu masih memoles wajahnya di depan cermin dengan bantuan Arabella, namun sang asisten langsung keluar saat melihat Alex datang. "Kau bisa menungguku di bawah. Aku hanya butuh beberapa menit lagi, setelahnya aku akan langsung turun ke bawah." Alexa merasa risih dengan keberadaan suaminya disana. Biasanya Alex tak pernah peduli berapa lama sang istri berdandan. Ia hanya akan menunggunya di bawah atau malah menunggu di dalam mobil. Namun kali ini lelaki itu bertingkah aneh. Ia bahkan tak langsung keluar setelah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Alex justeru mengelilingi kamar yang sangat jarang ia masuki sebelumnya. "Kenapa kau tak datang saja ke salon dari pada repot-repot berdandan sendiri." Pria itu tak mengindahkan permintaan Alexa u
"Baik, aku akan menyerahkan villa itu untukmu, Alexa. Tapi dengan satu syarat..""Syarat?" Kening Alexa mengerut. "He em," sahut Alex."Syaratmu pasti sesuatu yang aneh. Aku tak mau. Kau pikirkan saja permintaanku, dan sebelum acara talk show dimulai kau harus sudah memberi jawabannya padaku, Alex."Alex mulai geram dengan tingkah sang istri yang mencoba menekannya. Pria itu berlari menuju pintu ruang kerjanya dan menarik tangan Alexa serta membenturkan tubuh perempuan itu ke tembok."Aku tak suka didikte, Alexa. Aku yang harus mengendalikanmu, bukan kau yang mengendalikanku, hm? Jadi jangan coba mengancamku," ucap Alex dengan seringai tajam dari bibirnya.Alexa tak bisa melepas tubuhnya yang dihimpit pria itu ke tembok, sekuat apapun ia memberontak tubuhnya tetap saja bergeming karena tenaga Alex sangat kuat. Semakin ia coba melawan tubuhnya justeru hanya merasakan perih karena Alex pun semakin kuat menghimpitnya."Terserah. Disini aku yang menawarkan negosiasi padamu, jadi kau tak
"Mari kita bercerai.."Kata itu yang ditunggu Alex setelah mendengar Alexa meminta sebuah kompensasi. Pria itu sudah curiga dengan gelagat sang istri."Ooh.. ternyata benar dugaanku. Kau yakin ingin bercerai dariku, Alexa? Kau lupa jika saham yang kakek berikan otomatis akan kembali pada keluarga Morgans jika kita bercerai, hm?"Alex bicara hanya berjarak beberapa centimeter dari wajah Alexa. Wanita itu pun dapat menyidu aroma mint yang keluar dari mulut suaminya."Ya, aku ingat. Maka dari itu aku minta kompensasi darimu, Alex. Aku dan Laura butuh tempat tinggal jika kita bercerai. Aku tak akan menuntut lebih, silakan ambil saham yang kakek berikan padaku, aku tak membutuhkannya."Wajah Alex menguar rasa tak percaya, pasalnya ia tak pernah berpikir jika Alexa akan berani meminta perceraian. Perempuan itu tak memiliki siapapun di dunia ini, kecuali putrinya."Akan kupikirkan," cetus Alex kemudian hendak kembali ke kursi kebesarannya."Pikirkan sekarang. Aku tak mau ikut dalam acara tal
"Apa selama ini kau bahagia, Mom?"Sebuah pertanyaan dari mulut Laura membuat Alexa terhenyak.Bahagia? Ya.. sepertinya sudah sangat lama Alexa tak mengenal kata itu. Selama 20 tahun terakhir apa dirinya pernah bahagia? Jawabannya mungkin pernah, hanya pada saat ia melahirkan putri kecilnya 19 tahun yang lalu. Laura adalah satu-satunya kebahagiaan yang Alexa rasakan setelah masuk ke dalam keluarga Morgans, selebihnya? Tak ada."Aku bahagia, Lolly. Aku bahagia sejak aku memiliki putri cantik seperti dirimu. Kau adalah kebahagiaanku, Dear..""Kalau begitu hidup saja berdua denganku. Kalau hanya aku sumber kebahagiaanmu, kita pergi dari rumah ini dan hidup berdua. Aku sudah dewasa, Mom. Kau jangan takut akan membuat hidupku kesulitan. Aku yakin kita bisa bahagia jika berdua saja."Alexa hanya bisa termangu tanpa kata. Gadis dihadapannya bukan lagi gadis kecil yang mudah ia bohongi. Laura sudah bisa melihat sendiri bagaimana ajaibnya hubungan ayah serta ibunya. "Apa kau sangat tersiksa t
"Nyonya Alexa, boleh saya masuk?""Masuklah, Ara."Saat hanya berdua saja, Alexa terkadang tak ingin terlalu formal dengan asistennya. Perempuan itu membutuhkan seorang teman, dan Arabella lah orangnya. Di depan gadis berusia 30 tahun itu Alexa bisa lebih rileks dan tak canggung. Kadang dirinya merasa lelah dengan kekakuan hidupnya sebagai nyonya muda di keluarga Morgans."Maaf mengganggu Anda, Nyonya, saya hanya ingin memberi tahu kalau tim sudah mulai menyebar foto-foto Anda di beberapa fan base yang kita buat. Anda bisa melihatnya."Arabella menyerahkan ipad yang sejak tadi ia pegang pada Alexa."Ara.. duduklah.." Alexa menepuk ranjang di sampingnya."Oh, tidak, Nyonya. Saya tidak berani. Biar saya berdiri saja.""Ini kamarku, Ara, tak akan ada yang melihatnya. Aku tak suka kau berdiri disana saat kita berbicara, setidaknya jika kita hanya berdua."Suara lembut Alexa membuat kekakuan Arabella sedikit mencair. Ia tahu, nyonya mudanya hanya ingin bersikap akrab dan bersahabat. Meski
Cup..Alexa terkejut dengan kecupan singkat yang diberikan suaminya, namun karena kamera sedang 'on' ia langsung memberikan senyum manjanya pada pria itu."Trimakasih, kau membuatku ingin memakanmu, Sayang.."Ucapan frontal Alex sontak membuat para pemegang kamera tersenyum dan salah tingkah sendiri, begitupun dengan Alexa yang merasa Alex terlalu menghayati perannya."Kemarilah!""Alex!"Alex tak peduli dengan penolakan istrinya. Pria itu tetap memangku Alexa di atas pahanya dan memberi suapan pertama ke mulut wanita itu.Alex, aku--"Buka mulutmu, Sayang.."Alexa yang pada awalnya ragu terpaksa harus mengikuti keinginan suaminya. Ia merasa itu adalah salah satu adegan mesra yang harus dipertontonkan pada publik."Wah.. kalian memang pasangan yang sangat manis. Aku yakin setelah melihat video ini publik akan lupa pada berita pagi tadi, Tuan Morgans."Salah seorang yang merekam moment itu merasa jika Alex dan Alexa adalah pasangan yang memang saling mencintai. Akting keduanya sangat n