Bab 6Tok! Tok! Tok!Terdengar ketukan pintu dibarengi suara salam dari luar, dari suaranya bisa kutebak kalau itu Bu Ajeng.Dengan cepat ibu mertua melangkan membukakan pintu, tinggal aku dan Elena yang dari tadi melayangkan tatapan tajam. Apa ia pikir aku takut? Bersikap seolah aku anak kecil yang takut jika ditatap seperti itu.“Hati-hati, matamu loncat keluar nanti!” tegurku.“Dasar menyebalkan! Tunggu saja ibu kembali,” sungutnya.Aku tertawa. “Kenapa harus menunggu ibu? Tidak berani melawanku sendiri? Cih! Dasar anak manja.”Belum sempat Elena kembali bicara, ibu mertua datang.“Aya, siapkan makanan. Arisan akan diadakan di sini, tidak jadi di rumah Bu Ajeng karena suaminya sedang sakit. Kamu cepat bikin makanan ya, jangan cuman kue-kue tapi makanan berat juga.”"Makanan berat? Batu?" sahutku.“Aya! Ibu serius!” tegurnya dengan galak.“Iya, Bu. Terus uangnya mana?” Aku mengulurkan tangan terbuka meminta uang untuk konsumsi.“Pakai dulu uangmu, nanti ibu ganti. Sekarang ibu mau si
Bab 7“Aya sayang, tolong bantuin ibu, Nak.”Suara ibu mertua yang begitu lembut memanggilku. Mentang-mentang banyak orang, kalau tidak ada sudah pasti akan dimarahi karena pesanan makanan tadi.Aku sudah siap untuk dimarahi dan sudah biasa, terkadang kasihan pada ibu mertua karena setiap hari marah-marah padaku.Apa tekanan darahnya tidak baik marah-marah terus?“Iya, Bu. Sebentar.”Sebagai menantu yang baik jangan sampai mempermalukan mertua di depan banyak orang. Ibu mertua meminta untuk menyiapkan semua makanan yang tadi baru saja datang.“Wah, Jeng Diah royal juga ya. Makanannya dari restoran mahal,” celetuk Bu Hesti, tetanggaku satu ini memang paling banyak ngomong.“Iya dong, Jeng. Masa menyambut kalian dengan nasi kotak,” sahut ibu mertua terdengar jumawa.“Pasti ini dari menantu baru Jeng Diah ya?” timpal Bu Nia.“Iya. Sebagai menantu dia jelas baik sekali, tidak pernah membiarkan ibu mertuanya ini kesusahan.” Ibu mertua bicara sambil melirik padaku. Seolah menyindir.“Menant
ISTRI DEKIL YANG SELALU DIHINA TERNYATA ANAK SEORANG MAFIABab 8“Jaga mulutmu itu! Sembarangan menuduhku maling!”“Kalau bukan maling lalu apa? Tadi terlihat kaget saat kupanggil, Mbak juga mau apa masuk ke ruangan orang diam-diam seperti itu?”Kuhela nafas panjang. “Bukan urusanmu! Mau aku mencuri kek mau apa, terserahku.”“Aku akan melaporkan pada ibu.”Tawaku lepas. “Dimana-mana orang mencuri itu dilaporkan ke polisi bukan pada ibu, sepertinya kau demam.”Seorang wanita datang mendekat. “Len, bukankah ini Mbak Aya. Kakak ipar suamimu?”“Iya. Dia mengendap-endap akan masuk ruangan itu,” ujar Elena.Kulihat Chintya berjalan mendekat sambil membawa nampan berisi air minum. Memberikan isyarat padanya agar tidak bicara apapun.“Mbak, silahkan tunggu di dalam,” ucap Chintya.Pintar!Menjulurkan lidah pada Elena sebelum masuk ke dalam ruangan. Sudah pasti ia akan menceritakan ini pada ibu mertua.Ia cerita pun ibu mertua tidak akan percaya.“Maafkan aku Chintya tapi aku tidak membawa uan
ISTRI DEKIL YANG SELALU DIHINA TERNYATA ANAK MAFIABab 9Setelah kejadian cincin imitasi itu, ibu mertua benar-benar marah. Berkali-kali meminta maaf tapi seolah tidak dipedulikan. Jadi merasa bersalah, takut jika apa yang kulakukan ini terlalu berlebihan.Apa harus kuberikan yang asli?Entahlah. Nanti juga ibu bersikap biasa lagi, marahnya ibu mertua tidak akan lama.“Mbak, ibu mana?” tanya Rika yang baru keluar dari kamarnya.“Tidak tahu, tadi pergi keluar bersama Elena,” jawabku.Rika terlihat menghela nafas panjang.“Kenapa?”Rika menggelengkan kepalanya. “Tidak. Kalau ibu pulang tolong katakan aku main ke rumah Echa ya, Mbak.”Aku mengangguk. Rasanya tidak ada semangat hidup, apalagi Mas Fadil mengatakan ia tidak akan pulang. Hanya ia yang membuatku bertahan dan betah di rumah ini, malas jika harus menunggu sampai minggu depan lagi.Tidak enak sekali hubungan jarak jauh seperti ini tapi sekalinya bertemu, rasanya sangat membahagiakan.Sepertinya aku harus benar-benar bekerja, bos
ISTRI DEKIL YANG SELALU DIHINA TERNYATA ANAK MAFIABab 10Kusuguhkan kopi dan juga cemilan.“Dit, kopimu masih dibuatkan oleh Elena,” ucapku pada adik iparku itu.“Iya, Mbak,” jawabnya.“Mas, aku tidur duluan boleh?”Mas Fadil tersenyum menatapku, mengelus lenganku dengan lembut. “Iya, sayang. Sebentar lagi Mas menyusul.”Aku mengangguk lalu kembali masuk ke dalam, berhenti saat ada di kerumunan tiga wanita itu.“Elena, Radit minta dibuatkan kopi.”“Mbak saja yang buatkan, aku sibuk," sahutnya masih dengan fokus menatap layar ponsel.“Aku juga sibuk.”“Biar aku saja yang buatkan.” Mitha langsung berdiri.Mau cari muka ternyata.“Baik sekali kamu, Nak. Terima kasih ya.” Ibu mertua seperti sengaja memuji Mitha di depanku, seharusnya yang tersindir itu Elena dan seharusnya juga ibu menatap menantu kesayangannya bukan memicing ke arahku.Tidak peduli dengan mereka, lebih baik mengarungi dunia mimpi.Rasanya nikmat sekali saat punggung menempel pada kasur yang empuk. Mataku sudah berat, se
ISTRI DEKIL YANG SELALU DIHINA TERNYATA ANAK MAFIABab 11“Minta bantuan orang lain saja, Mbak. Silahkan keluar dari kamar saya!” Mas Fadil berucap tegas membuat Mitha terbelalak kaget.“Mas ….” Wanita itu mendekat dan menyentuh dada Mas Fadil.Bangs*t! Beraninya ia menyentuh milikku."Jangan lancang, anda!' Mas Fadil mencekal tangan Mitha dan menyeret wanita itu keluar dan mengunci pintu kamar.Sempat tegang tapi kini bernafas lega karena Mas Fadil sama sekali tidak tergoda padahal aku tahu jika hasr*tnya sudah di ujung kepala. Kesetiaan Mas Fadil memang tidak perlu diragukan lagi.Ia bahkan tidak memperdulikan Mitha yang kembali mengetuk pintu kamar. Padahal bisa saja diam-diam ia menuntaskan dan bersikap seolah tidak apa-apa setelahnya. Tapi ia tidak melakukan itu.Mas Fadil meraih ponselnya.Benda pipih di sampingku berdering. Nama Mas Fadil terpampang jelas.Dengan cepat langsung menjawab.“Sayang ….” Suaranya terdengar serak dan nafasnya berat.“Mas, kamu kenapa? Kenapa suaramu
ISTRI DEKIL YANG SELALU DIHINA TERNYATA ANAK MAFIABab 12“Tidak kau tidak Elena, sama-sama tukang mengadu.”“Kenapa? Takut ya kalau ketahuan selingkuh oleh Mas Fadil?” Mitha menatap remeh.“Om, bisa tinggalkan kami?”Tanpa bicara atau menjawab Om Gio langsung pergi, jangan sampai dari Om Gio terus sampai di telinga Mama soal pernikahan yang akan dirancang ini. Pernikahan yang tidak akan terwujud lebih jelasnya.“Ternyata kau polos-polos binal juga ya,” cibir Mitha.“Yang kau lihat belum seberapa? Tungggu saja tanggal mainnya, kau akan melihatku yang lebih parah,” ujarku lalu berjalan lebih dulu keluar dari butik.Bicara pada orang yang otaknya di dengkul seperti Mitha malah akan membuat harga diri jatuh.Biarkan saja ia berpikir apa yang menurutnya benar. Untuk apa marah jika kenyataan tidak seperti yang dituduhkan.“Pulang sendiri, aku tidak sudi memberikan tumpangan padamu!”Langsung mundur dari dekat mobil Mitha.Mungkin ia sengaja karena ingin segera membuat laporan pada ibu mert
ISTRI DEKIL YANG SELALU DIHINA TERNYATA ANAK MAFIABab 13"Tanyakan sendiri pada ayahmu agar kau percaya. Aku, Zendaya Virendra Gunawan anak dari Winona Soedjono. Ingat baik-baik."Tubuh Mitha sudah gemetar saat sedikit lagi api menjilat kulit wajahnya, ia juga pasti sudah bisa merasakan panasnya api meski belum menempel."Satu kali ku beri kesempatan, ingat itu!"Saat tanganku tidak lagi memegangnya, ia langsung terduduk di lantai. Wajahnya semakin pucat, entah efek takut atau karena jahitannya yang sobek karena ulahku. Darah semakin banyak merembes keluar.Mancis kumasukkan kembali ke laci. Menekan tombol merah memanggil dokter sebelum melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan darah Mitha yang ada di tanganku."Mbak ada apa? Kenapa bisa sampai ada di bawah?" suara seorang wanita terdengar, sudah pasti itu adalah perawat.Dengan santai keluar dari kamar mandi, Mitha dibantu dua orang perawat kembali berbaring."Nona, anda ada di sini?" Dokter yang baru datang terlihat kaget menatap