Yogas yang awalnya tidak peduli kini malah memusatkan perhatiannya pada Yuda dan Tiara apalagi saat melihat Tiara menangis. Entah apa yang mereka bicarakan dan itu membuat Yogas sangat penasaran.Suara klakson yang bersahutan di belakang mobilnya mau tak mau membuat Yogas melanjutkan kendaraannya itu dan ia harus rela kehilangan Yuda dan Tiara yang kini sudah tidak nampak saat Yogas putar balik.“Kenapa juga aku harus peduli? Ini urusan mereka.” Yogas malah merutuki dirinya sendiri yang malah akan terlibat dengan malah orang lain. Ia memilih untuk mengelilingi kota tanpa tujuan yang jelas. Saat ini ia tidak akan fokus untuk melakukan apapun apalagi harus bekerja dan mengurus masalah kantor, bukannya selesai mungkin yang ada malah akan menambah masalah baru.Berbeda dengan Yogas yang kini melakukan sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya yang semrawut. Rika yang berada di cafe semakin dibuat tidak enak pada Yogas padahal jelas-jelas itu bukan salah Rika. Ia bahkan tidak bisa menentang
“Tiara-”“Tidak perlu menjawab sekarang, Mas. Pikirkan dulu baik-baik, aku disini menunggumu. Aku tidak masalah jika kamu tetap bersama kekasihmu tapi aku memang ingin menikah denganmu.”Yuda menghela nafas panjang, mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tidak suka situasi seperti ini, di saat dirinya baru memulai lembaran baru dengan orang baru, Tiara sang wanita dari masa lalu mahal datang begitu saja. Mungkin jika mereka bertemu sebelum Yuda bersama Rika maka lelaki itu tidak akan berpikir dua kali untuk menerima Tiara yang memang masih dicintainya, tidak akan mempermasalahkan soal status Tiara yang sudah menjadi janda dan memiliki anak.Namun semuanya berbeda sekarang ada hati lain yang harus Yuda jaga tapi ia juga tidak tega melihat Tiara seperti ini. Dulu perpisahan mereka bahkan bukan keinginan keduanya tapi paksaan dari keluarga Tiara. Dari tubuh wanita itu yang terlihat kurus, Yuda bisa menebak jika memang Tiara tidak bahagia dengan pernikahannya.“Aku harus pulang.”Tiara mengan
“Tidak, aku tidak akan mendekati Mas Yuda kalau begitu.” Tiara tidak mau dianggap mengincar harta mantan kekasihnya.Ia kembali pada Yuda memang karena benar-benar mencintai lelaki itu.“Jadi sebelumnya kamu niat kembali pada Yuda?”Tiara diam tak menjawab perkataan ayahnya. Ia tidak habis pikir kenapa sang ayah tidak mencari pekerjaan saja malah mengandalkan uang pemberian dari menantunya dan sekarang mendesak Tiara. Padahal jika saja ada yang menjaga anaknya maka aiara juga mau bekerja agar tidak didesak untuk rujuk dengan mantan suaminya atau mencari lelaki kaya yang lain.“Kenapa diam? Iya kamu berniat mendekati Yuda? Bagus kalau begitu, lanjutkan. Bapak tunggu kabar baiknya.”Setelah ayahnya itu pergi Tiara menghela nafas panjang. Selama berhubungan dengan Yuda ia sama sekali tidak tahu jika lelaki itu dari kalangan atas karena Yuda sama sekali tidak menunjukkan itu dan Tiara juga tidak peduli seperti apa Yuda karena di matanya Yuda adalah sosok lelaki baik yang bertanggung jawab
Tubuh Rika membeku mendengar itu dan ia mulai sadar ada yang aneh.“Yuda pasti mengatakan jika aku temannya 'kan? Aku bukan temannya tapi mantan kekasihnya.”Di saat seperti ini sempat-semptnya Tiara membicarakan hal pribadi seolah tidak peduli pada putrinya sendiri,Rika mencoba tenang meskipun agak kecewa saat Yuda membohonginya tapi ia yakin Yuda memiliki alasan melakukan hal ini. Ia masih percaya pada Yuda.“Hanya mantan 'kan?” Aku calon istrinya.” Rika mempertegas, ia tidak mau kalah dari Tiara.Yuda miliknya dan tidak akan ia biarkan wanita manapun merebut Yuda darinya.Baru saja Tiara akan kembali bicara pintu ruangan diketuk, Yuda masuk membawa minuman yang baru saja dibelinya. Satu diberikannya pada Tiara dan satu lagi untuk Rika. Meskipun Rika tidak meminta tapi Yuda berinisiatif untuk membelikannya.“Bagaimana kondisi anakmu?” tanya Yuda, ia menggeser tubuhnya mendekat pada Rika dengan tangannya yang bertengger manis di pinggang wanita itu. Rika tersentak dengan sentuhan ti
“Aku tidak akan lagi menghubungi atau menerima telepon darinya.” Yuda mengeluarkan ponsel dan menyodorkannya pada Rika.“Kamu yang blokir kontaknya dia.”Rika mengernyit, “kenapa aku?”“Aku mau kamu percaya, aku nggak ada niatan apapun apalagi sampai menduakan kamu. Kisahku dan Tiara hanya ada di masa lalu, sekarang hanya ada kisah kita.”“Mas ingin aku percaya?”“Iya. Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu percaya.”“Kalau begitu nikahi aku sekarang juga, tidak perlu ada resepsi, akad saja dulu setelah itu baru adakan resepsi.”“Kalau begitu aku akan menghubungi Papa sekarang, kebetulan Papa memang baru kembali.”Rika sebenarnya tidak berniat sejauh ini tapi baginya ini lebih baik, bukannya meragukan Yuda tapi ia tahu jika Tiara tidak akan mundur begitu saja. Tadi saja ia berani meminta Yuda secara terang-terangan dan Rika tidak akan membiarkan itu, hubungannya dan Yuda sudah serius, tidak mungkin berakhir hanya karena orang dari masa lalu.Semua keluarga kaget saat mendengar hal i
BAB 1Plak!Tanganku ditepis dengan keras."Ini bukan makanan untukmu! Cari makananmu sendiri di dapur."Nafsu makanku hilang seketika karena perlakuan ibu mertua. Bukan untuk pertama kalinya ibu mertua melakukan ini, semenjak adik suamiku menikah dengan wanita yang katanya anak juragan tanah ia semakin tidak bersahabat. Perbedaan kasta membuat ibu mertuaku juga bersikap berbeda padaku dan menantu barunya."Bu, kita makan sama-sama di sini. Kenapa ibu malah menyuruh Mbak Aya makan di dapur," ucap Rika, adik bungsu suamiku membela."Jangan sok-sokan membela, semua makanan ini dibeli dari uang yang diberikan Elena pada ibu jadi Aya tidak berhak ikut makan. Enak saja, tidak pernah memberi ibu uang banyak malah mau makan enak. Gaji Fadil pasti kamu simpan sendiri 'kan? Hanya sisanya yang kamu kasih ke ibu. Dasar pelit!"Aku tersenyum tipis lalu menatap Rika dan mengabaikan ibu mertua. "Tidak apa-apa, Dek. Biar Mbak mengalah.""Bukan mengalah, seharusnya sadar diri. Kalau tidak mampu membe
Bab 2Tubuhku langsung berbalik saat pintu kamar terbuka. Jantungku masih berdebar karena kaget dengan kedatangan Mas Fadil."Mas, kenapa kamu masih di sini? Bukankah tadi sudah berangkat?""Kamu sakit apa? Kita ke dokter ya?" Mengabaikan pertanyaanku, Mas Fadil malah balik bertanya sambil menyentuh keningku dengan lembut."Aku baik-baik saja, hanya sedikit kelelahan. Kamu belum menjawab pertanyaanku, kenapa bisa ada di rumah?"Mas Fadil menghela nafas. "Tadi tidak langsung berangkat karena menunggu semua orang kumpul di dekat alun-alun karena banyak yang tidak tahu jalan. Mas melihat mobil yang ditumpangi ibu tidak ada kamu di sana, ibu mengatakan kamu sakit.""Dan Mas kembali hanya karena mendengar aku sakit?"Mas Fadil mengangguk.Terharu sekali rasanya dengan perlakuan suamiku ini, ia memang sosok yang begitu perhatian dan lembut, itu salah satu faktor yang membuatku jatuh hati padanya.Mas Fadil memang bukan seorang sarjana yang memiliki pekerjaan bagus dan gaji besar tapi bukan
Bab 3"Sayang, jelaskan pada ibu kalau semua ini salah paham.""Ibu tidak menungguku selesai bicara malah berteriak memanggil Mas Fadil," ucapku."Bilang saja kamu ngeles 'kan?" tuding ibu mertua.Aku tertawa. "Bu, mereka itu salah alamat. Untung saja semua barang-barang tidak sampai mereka bawa.""Mana mungkin salah rumah," sangkal ibu mertua."Mungkin saja, buktinya tadi." sahutku."Sudah, Bu. Semua itu salah paham, Aya tidak akan mungkin pinjam uang pada rentenir, kami punya tabungan, Bu." Mas Fadil membela, ia tahu istrinya ini tidak akan mungkin meminjam uang apalagi pada lintah darat."Kamu malah belain dia. Jadi suami itu jangan takut istri, kamu sengaja mau tutupi semuanya dari ibu?"Mas Fadil terlihat menghela nafas panjang. "Bu, Aya tadi 'kan sudah jelaskan kalau memang ini salah paham. Kalaupun iya Aya pinjam uang ke rentenir, untuk apa?"Ibu mertua mengedikkan bahunya. "Mana ibu tahu. Mungkin dia iri mau beli barang bagus seperti Elena."Sekuat tenaga aku menahan tawa. Ibu