Bab 5“Sebentar, Ma.”Suara kusenyapkan sebelum membuka pintu agar Mama tidak mendengar pembicaraan kami nanti, headset masih menyumpal telinga dan ponsel masih dalam genggaman.“Ada apa?” tanyaku pada Elena.Pandangan Elena langsung mengarah ke ponselku.“Dari mana Mbak punya ponsel mahal seperti itu?” Nada suaranya begitu merendahkan, ingin rasanya kutonjok mulut lancangnya itu.Sabar, Zendaya!Aku menghela nafas panjang. “Ini kw, kenapa? Mau belikan yang asli?”Elena mencibir. “Kalau tidak mampu jangan membeli barang tiruan, beli saja ponsel biasa. Pengen terlihat kaya tapi menipu.”“Cepat katakan, apa maumu? Aku sibuk.”“Kenapa Mbak tidak mencuci bajuku?”Tawaku langsung pecah. “Mencuci bajumu? Kau pikir kau siapa? Kenapa aku harus mencucikan bajumu. Dengar ya, aku mencucikan baju ibu karena itu tanda baktiku pada ibu dari suamiku. Bukan berarti kau bisa seenaknya menyuruhku. Kau 'kan anak orang kaya, sewa pembantu atau bawa semua bajumu itu ke laundry. Rika saja mencuci bajunya s
Bab 6Tok! Tok! Tok!Terdengar ketukan pintu dibarengi suara salam dari luar, dari suaranya bisa kutebak kalau itu Bu Ajeng.Dengan cepat ibu mertua melangkan membukakan pintu, tinggal aku dan Elena yang dari tadi melayangkan tatapan tajam. Apa ia pikir aku takut? Bersikap seolah aku anak kecil yang takut jika ditatap seperti itu.“Hati-hati, matamu loncat keluar nanti!” tegurku.“Dasar menyebalkan! Tunggu saja ibu kembali,” sungutnya.Aku tertawa. “Kenapa harus menunggu ibu? Tidak berani melawanku sendiri? Cih! Dasar anak manja.”Belum sempat Elena kembali bicara, ibu mertua datang.“Aya, siapkan makanan. Arisan akan diadakan di sini, tidak jadi di rumah Bu Ajeng karena suaminya sedang sakit. Kamu cepat bikin makanan ya, jangan cuman kue-kue tapi makanan berat juga.”"Makanan berat? Batu?" sahutku.“Aya! Ibu serius!” tegurnya dengan galak.“Iya, Bu. Terus uangnya mana?” Aku mengulurkan tangan terbuka meminta uang untuk konsumsi.“Pakai dulu uangmu, nanti ibu ganti. Sekarang ibu mau si
Bab 7“Aya sayang, tolong bantuin ibu, Nak.”Suara ibu mertua yang begitu lembut memanggilku. Mentang-mentang banyak orang, kalau tidak ada sudah pasti akan dimarahi karena pesanan makanan tadi.Aku sudah siap untuk dimarahi dan sudah biasa, terkadang kasihan pada ibu mertua karena setiap hari marah-marah padaku.Apa tekanan darahnya tidak baik marah-marah terus?“Iya, Bu. Sebentar.”Sebagai menantu yang baik jangan sampai mempermalukan mertua di depan banyak orang. Ibu mertua meminta untuk menyiapkan semua makanan yang tadi baru saja datang.“Wah, Jeng Diah royal juga ya. Makanannya dari restoran mahal,” celetuk Bu Hesti, tetanggaku satu ini memang paling banyak ngomong.“Iya dong, Jeng. Masa menyambut kalian dengan nasi kotak,” sahut ibu mertua terdengar jumawa.“Pasti ini dari menantu baru Jeng Diah ya?” timpal Bu Nia.“Iya. Sebagai menantu dia jelas baik sekali, tidak pernah membiarkan ibu mertuanya ini kesusahan.” Ibu mertua bicara sambil melirik padaku. Seolah menyindir.“Menant
ISTRI DEKIL YANG SELALU DIHINA TERNYATA ANAK SEORANG MAFIABab 8“Jaga mulutmu itu! Sembarangan menuduhku maling!”“Kalau bukan maling lalu apa? Tadi terlihat kaget saat kupanggil, Mbak juga mau apa masuk ke ruangan orang diam-diam seperti itu?”Kuhela nafas panjang. “Bukan urusanmu! Mau aku mencuri kek mau apa, terserahku.”“Aku akan melaporkan pada ibu.”Tawaku lepas. “Dimana-mana orang mencuri itu dilaporkan ke polisi bukan pada ibu, sepertinya kau demam.”Seorang wanita datang mendekat. “Len, bukankah ini Mbak Aya. Kakak ipar suamimu?”“Iya. Dia mengendap-endap akan masuk ruangan itu,” ujar Elena.Kulihat Chintya berjalan mendekat sambil membawa nampan berisi air minum. Memberikan isyarat padanya agar tidak bicara apapun.“Mbak, silahkan tunggu di dalam,” ucap Chintya.Pintar!Menjulurkan lidah pada Elena sebelum masuk ke dalam ruangan. Sudah pasti ia akan menceritakan ini pada ibu mertua.Ia cerita pun ibu mertua tidak akan percaya.“Maafkan aku Chintya tapi aku tidak membawa uan
ISTRI DEKIL YANG SELALU DIHINA TERNYATA ANAK MAFIABab 9Setelah kejadian cincin imitasi itu, ibu mertua benar-benar marah. Berkali-kali meminta maaf tapi seolah tidak dipedulikan. Jadi merasa bersalah, takut jika apa yang kulakukan ini terlalu berlebihan.Apa harus kuberikan yang asli?Entahlah. Nanti juga ibu bersikap biasa lagi, marahnya ibu mertua tidak akan lama.“Mbak, ibu mana?” tanya Rika yang baru keluar dari kamarnya.“Tidak tahu, tadi pergi keluar bersama Elena,” jawabku.Rika terlihat menghela nafas panjang.“Kenapa?”Rika menggelengkan kepalanya. “Tidak. Kalau ibu pulang tolong katakan aku main ke rumah Echa ya, Mbak.”Aku mengangguk. Rasanya tidak ada semangat hidup, apalagi Mas Fadil mengatakan ia tidak akan pulang. Hanya ia yang membuatku bertahan dan betah di rumah ini, malas jika harus menunggu sampai minggu depan lagi.Tidak enak sekali hubungan jarak jauh seperti ini tapi sekalinya bertemu, rasanya sangat membahagiakan.Sepertinya aku harus benar-benar bekerja, bos
ISTRI DEKIL YANG SELALU DIHINA TERNYATA ANAK MAFIABab 10Kusuguhkan kopi dan juga cemilan.“Dit, kopimu masih dibuatkan oleh Elena,” ucapku pada adik iparku itu.“Iya, Mbak,” jawabnya.“Mas, aku tidur duluan boleh?”Mas Fadil tersenyum menatapku, mengelus lenganku dengan lembut. “Iya, sayang. Sebentar lagi Mas menyusul.”Aku mengangguk lalu kembali masuk ke dalam, berhenti saat ada di kerumunan tiga wanita itu.“Elena, Radit minta dibuatkan kopi.”“Mbak saja yang buatkan, aku sibuk," sahutnya masih dengan fokus menatap layar ponsel.“Aku juga sibuk.”“Biar aku saja yang buatkan.” Mitha langsung berdiri.Mau cari muka ternyata.“Baik sekali kamu, Nak. Terima kasih ya.” Ibu mertua seperti sengaja memuji Mitha di depanku, seharusnya yang tersindir itu Elena dan seharusnya juga ibu menatap menantu kesayangannya bukan memicing ke arahku.Tidak peduli dengan mereka, lebih baik mengarungi dunia mimpi.Rasanya nikmat sekali saat punggung menempel pada kasur yang empuk. Mataku sudah berat, se
ISTRI DEKIL YANG SELALU DIHINA TERNYATA ANAK MAFIABab 11“Minta bantuan orang lain saja, Mbak. Silahkan keluar dari kamar saya!” Mas Fadil berucap tegas membuat Mitha terbelalak kaget.“Mas ….” Wanita itu mendekat dan menyentuh dada Mas Fadil.Bangs*t! Beraninya ia menyentuh milikku."Jangan lancang, anda!' Mas Fadil mencekal tangan Mitha dan menyeret wanita itu keluar dan mengunci pintu kamar.Sempat tegang tapi kini bernafas lega karena Mas Fadil sama sekali tidak tergoda padahal aku tahu jika hasr*tnya sudah di ujung kepala. Kesetiaan Mas Fadil memang tidak perlu diragukan lagi.Ia bahkan tidak memperdulikan Mitha yang kembali mengetuk pintu kamar. Padahal bisa saja diam-diam ia menuntaskan dan bersikap seolah tidak apa-apa setelahnya. Tapi ia tidak melakukan itu.Mas Fadil meraih ponselnya.Benda pipih di sampingku berdering. Nama Mas Fadil terpampang jelas.Dengan cepat langsung menjawab.“Sayang ….” Suaranya terdengar serak dan nafasnya berat.“Mas, kamu kenapa? Kenapa suaramu
ISTRI DEKIL YANG SELALU DIHINA TERNYATA ANAK MAFIABab 12“Tidak kau tidak Elena, sama-sama tukang mengadu.”“Kenapa? Takut ya kalau ketahuan selingkuh oleh Mas Fadil?” Mitha menatap remeh.“Om, bisa tinggalkan kami?”Tanpa bicara atau menjawab Om Gio langsung pergi, jangan sampai dari Om Gio terus sampai di telinga Mama soal pernikahan yang akan dirancang ini. Pernikahan yang tidak akan terwujud lebih jelasnya.“Ternyata kau polos-polos binal juga ya,” cibir Mitha.“Yang kau lihat belum seberapa? Tungggu saja tanggal mainnya, kau akan melihatku yang lebih parah,” ujarku lalu berjalan lebih dulu keluar dari butik.Bicara pada orang yang otaknya di dengkul seperti Mitha malah akan membuat harga diri jatuh.Biarkan saja ia berpikir apa yang menurutnya benar. Untuk apa marah jika kenyataan tidak seperti yang dituduhkan.“Pulang sendiri, aku tidak sudi memberikan tumpangan padamu!”Langsung mundur dari dekat mobil Mitha.Mungkin ia sengaja karena ingin segera membuat laporan pada ibu mert
“Aku tidak akan lagi menghubungi atau menerima telepon darinya.” Yuda mengeluarkan ponsel dan menyodorkannya pada Rika.“Kamu yang blokir kontaknya dia.”Rika mengernyit, “kenapa aku?”“Aku mau kamu percaya, aku nggak ada niatan apapun apalagi sampai menduakan kamu. Kisahku dan Tiara hanya ada di masa lalu, sekarang hanya ada kisah kita.”“Mas ingin aku percaya?”“Iya. Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu percaya.”“Kalau begitu nikahi aku sekarang juga, tidak perlu ada resepsi, akad saja dulu setelah itu baru adakan resepsi.”“Kalau begitu aku akan menghubungi Papa sekarang, kebetulan Papa memang baru kembali.”Rika sebenarnya tidak berniat sejauh ini tapi baginya ini lebih baik, bukannya meragukan Yuda tapi ia tahu jika Tiara tidak akan mundur begitu saja. Tadi saja ia berani meminta Yuda secara terang-terangan dan Rika tidak akan membiarkan itu, hubungannya dan Yuda sudah serius, tidak mungkin berakhir hanya karena orang dari masa lalu.Semua keluarga kaget saat mendengar hal i
Tubuh Rika membeku mendengar itu dan ia mulai sadar ada yang aneh.“Yuda pasti mengatakan jika aku temannya 'kan? Aku bukan temannya tapi mantan kekasihnya.”Di saat seperti ini sempat-semptnya Tiara membicarakan hal pribadi seolah tidak peduli pada putrinya sendiri,Rika mencoba tenang meskipun agak kecewa saat Yuda membohonginya tapi ia yakin Yuda memiliki alasan melakukan hal ini. Ia masih percaya pada Yuda.“Hanya mantan 'kan?” Aku calon istrinya.” Rika mempertegas, ia tidak mau kalah dari Tiara.Yuda miliknya dan tidak akan ia biarkan wanita manapun merebut Yuda darinya.Baru saja Tiara akan kembali bicara pintu ruangan diketuk, Yuda masuk membawa minuman yang baru saja dibelinya. Satu diberikannya pada Tiara dan satu lagi untuk Rika. Meskipun Rika tidak meminta tapi Yuda berinisiatif untuk membelikannya.“Bagaimana kondisi anakmu?” tanya Yuda, ia menggeser tubuhnya mendekat pada Rika dengan tangannya yang bertengger manis di pinggang wanita itu. Rika tersentak dengan sentuhan ti
“Tidak, aku tidak akan mendekati Mas Yuda kalau begitu.” Tiara tidak mau dianggap mengincar harta mantan kekasihnya.Ia kembali pada Yuda memang karena benar-benar mencintai lelaki itu.“Jadi sebelumnya kamu niat kembali pada Yuda?”Tiara diam tak menjawab perkataan ayahnya. Ia tidak habis pikir kenapa sang ayah tidak mencari pekerjaan saja malah mengandalkan uang pemberian dari menantunya dan sekarang mendesak Tiara. Padahal jika saja ada yang menjaga anaknya maka aiara juga mau bekerja agar tidak didesak untuk rujuk dengan mantan suaminya atau mencari lelaki kaya yang lain.“Kenapa diam? Iya kamu berniat mendekati Yuda? Bagus kalau begitu, lanjutkan. Bapak tunggu kabar baiknya.”Setelah ayahnya itu pergi Tiara menghela nafas panjang. Selama berhubungan dengan Yuda ia sama sekali tidak tahu jika lelaki itu dari kalangan atas karena Yuda sama sekali tidak menunjukkan itu dan Tiara juga tidak peduli seperti apa Yuda karena di matanya Yuda adalah sosok lelaki baik yang bertanggung jawab
“Tiara-”“Tidak perlu menjawab sekarang, Mas. Pikirkan dulu baik-baik, aku disini menunggumu. Aku tidak masalah jika kamu tetap bersama kekasihmu tapi aku memang ingin menikah denganmu.”Yuda menghela nafas panjang, mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tidak suka situasi seperti ini, di saat dirinya baru memulai lembaran baru dengan orang baru, Tiara sang wanita dari masa lalu mahal datang begitu saja. Mungkin jika mereka bertemu sebelum Yuda bersama Rika maka lelaki itu tidak akan berpikir dua kali untuk menerima Tiara yang memang masih dicintainya, tidak akan mempermasalahkan soal status Tiara yang sudah menjadi janda dan memiliki anak.Namun semuanya berbeda sekarang ada hati lain yang harus Yuda jaga tapi ia juga tidak tega melihat Tiara seperti ini. Dulu perpisahan mereka bahkan bukan keinginan keduanya tapi paksaan dari keluarga Tiara. Dari tubuh wanita itu yang terlihat kurus, Yuda bisa menebak jika memang Tiara tidak bahagia dengan pernikahannya.“Aku harus pulang.”Tiara mengan
Yogas yang awalnya tidak peduli kini malah memusatkan perhatiannya pada Yuda dan Tiara apalagi saat melihat Tiara menangis. Entah apa yang mereka bicarakan dan itu membuat Yogas sangat penasaran.Suara klakson yang bersahutan di belakang mobilnya mau tak mau membuat Yogas melanjutkan kendaraannya itu dan ia harus rela kehilangan Yuda dan Tiara yang kini sudah tidak nampak saat Yogas putar balik.“Kenapa juga aku harus peduli? Ini urusan mereka.” Yogas malah merutuki dirinya sendiri yang malah akan terlibat dengan malah orang lain. Ia memilih untuk mengelilingi kota tanpa tujuan yang jelas. Saat ini ia tidak akan fokus untuk melakukan apapun apalagi harus bekerja dan mengurus masalah kantor, bukannya selesai mungkin yang ada malah akan menambah masalah baru.Berbeda dengan Yogas yang kini melakukan sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya yang semrawut. Rika yang berada di cafe semakin dibuat tidak enak pada Yogas padahal jelas-jelas itu bukan salah Rika. Ia bahkan tidak bisa menentang
“Jadi, Yogas benar-benar mencintaimu?”Rika menggeleng, “aku tidak tahu benar tidaknya tapi dia mengatakan menyukaiku. Ini membuatku jadi tidak nyaman.”Yuda pikir Yogas tidak akan sejauh itu karena memang dari awal niatnya hanya ingin memperalat Rika, itu yang membuat Yuda berpikir agar cepat-cepat menjadikan Rika miliknya. Sekarang ia juga ikut merasa tidak nyaman jika Yogas memiliki rasa pada Rika yang akan menjadi kakak ipar lelaki itu nantinya.“Jangan merasa tidak nyaman begitu. Ya, mungkin awalnya sulit menghilangkannya tapi lama kelamaan pasti terbiasa. Kita juga tidak memaksa Yogas untuk tidak menyukaimu, kita tidak bisa apa-apa. Bicara pun tidak akan bisa mengubah rasanya,”“Lalu, bagaimana?”“Semuanya akan baik-baik saja.” Yuda menggenggam tangan Rika untuk meyakinkan.Setelah ini akan terjadi kecanggungan antara Rika dan juga Yogas. Rika langsung diantar pulang tapi ia sama sekali tidak menceritakan hal ini pada ibunya karena memang termasuk masalah pribadi yang Bu Diah ju
Rika masih mematung setelah mendengar pengakuan Yogas yang sangat mengejutkan bahkan Rika tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.Tawa gadis itu malah pecah setelah beberapa detik tertegun, “ya ampun, ternyata Bos orangnya lucu juga. Aku kira tidak bisa bercanda.”“Aku serius. Aku menyukaimu.”Tawa Rika langsung berhenti dan bergani menjagi gugup. Ia mencoba mencari kebohongan di sorot mata Yogas tapi sama sekali tidak mendapatkannya bahkan Rika melihat sorot mata yang berbeda dari biasanya.“Aku ….” Tenggorokan Rika tercekat, ia malah sulit untuk bicara sekarang.“Tidak perlu mengatakan apapun, aku juga tidak berharap kau memiliki rasa yang sama. Aku hanya ingin kau tahu seperti apa perasaanku ini.”Bohong. Nyatanya Yogas berharap Rika memiliki rasa yang sama apalagi melihat sikap gadis itu yang berbeda. Dari awalnya selalu bersikap kasar berubah menjadi bergitu lembut padanya.“Jangan menyukaiku.” Dua kata itu sukses membuat Yogas terheran-heran.“Kenapa? Apa yang salah? Apa ka
“Ibu senang kamu mau bertemu dengan Ibu.” Rika diam tidak mengatakan apapun, ia juga sebenarnya berat melakukan ini tapi saat nanti memulai lembaran baru Rika tidak ingin ada masalah dari masa lalunya yang mengganjal dan menghalangi kebahagiaannya. Jika dengan menerima ibu kandungnya ia bisa merasa sedikit lega, maka Rika akan melakukannya. “Ibu dengar dari Mbak Diah kalau kamu berencana untuk menikah?” “Ya.” “Ibu senang sekali mendengarnya, kalau memang kamu tidak keberatan apa boleh ibu bertemu dengan calon suami kamu?” “Ya, dia juga ingin bertemu dengan anda.” Rika tidak bisa bersikap lebih dekat, bicaranya saja begitu formal tapi sang ibu sama sekali tidak tersinggung karena memang dirinya sadar diri jika Rika membencinya. Rasa bersalah selama ini selalu menggerogoti hatinya, ia selalu mengingat Rika tapi tidak pernah berani datang untuk sekedar melihatnya dari dekat. Mungkin bisa dibilang ia membayar kesalahannya karena setelah beberapa kali menikah tidak kunjung punya anak.
POV Author“A-ap? Jadi Bos Yogas itu adiknya Mas Yuda?” Mata Rika masih terbelalak dengan mulut yang terbuka saking tidak percayanya dengan apa yang baru saja didengar.“Iya, kami beda ibu saja.”“Pantesan adik kakak tapi beda sekali. Apalagi dari sikapnya, berbanding terbalik. Kamu yang lembut dan pengertian sedangkan dia sangat menyebalkan.”“Tapi aslinya baik,” ujar Yuda mencoba untuk menjelaskan jika Yogas aslinya bukan orang seperti itu meskipun Yogas memang tidak pernah sekalipun berbuat baik pada Yuda tapi Yuda tidak pernah ada niatan sedikitpun menjelakkan adiknya di depan orang lain.“Tapi dia marah-marah terus padaku.”Yuda mengulas senyum, “Jika belum terlalu kenal memang seperti itu tapi jika sudah kenal pasti tahu betapa baiknya dia.”Rika manggut-manggut, ia ingat saat diberitahu jika sebenarnya Yogas memiliki sisi baik. Lelaki itu terkadang membagi uang tanpa menunggu ada hari spesial jika saat dirinya memiliki suasana hati baik maka semua orang akan merasakan ditampar