Share

Bab 2

Author: Rainie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dering telepon Ana berbunyi nyaring saat ia dan Jiang Jia baru saja keluar dari theater bioskop.

Melihat nama penelepon itu, Ana langsung memisahkan diri dari temannya sebelum mengangkat panggilan itu.

"Halo?" Terdengar suara wanita yang sudah tidak asing bagi Ana, dari seberang telpon.

"Ya, ada apa?" sahutnya dengan enggan.

"Ana, ayah kamu mengalami kecelakaan, dia membutuhkan banyak biaya untuk operasi."

Deg!

Jantung Ana mendadak terasa seperti berhenti berdetak. Sudah cukup lama ia tidak mendengar kabar dari ayahnya karena lelaki itu selalu sibuk, seolah menghindari telpon darinya.

Hari ini ia mendapatkan kabar yang mengejutkan dari wanita itu yang merupakan ibu tirinya.

"Tolong kirimi kami uang! Gaji ayahmu sudah habis untuk biaya kuliah adikmu," ucap wanita itu dari seberang telpon.

"Apa? Tante tahu kan, aku kuliah di sini dengan jalur beasiswa? Bahkan untuk menghidupi kehidupanku di sini, aku bekerja part time, sama sekali tidak meminta uang dari ayah. Uang dari mana aku?"

"Kamu jangan perhitungan lah! Dia kan ayahmu? Atau ku biarkan saja dia mati? Toh juga setelah dia mati, warisannya akan diturunkan padaku dan juga adikmu."

"Berapa biaya yang diperlukan?" tanya Ana dengan putus asa.

"Sekitar 100 juta."

"Apa? Aku tidak bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat."

"Ya terserah kamu, bagaimana kamu menghasilkan uang? Aku dengar, banyak wanita yang menjual dirinya di sana. Mungkin kamu bisa meniru untuk mendapatkan banyak uang."

Ana terdiam membisu. Ia tidak tahu, apa yang harus dilakukannya? Ia sama sekali tidak memiliki bayangan, bagaimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Tapi di sisi lain, ia tidak rela jika ayahnya meninggal.

"Aku akan berusaha," ucapnya dengan putus asa, sebelum ia mengakhiri panggilan di telpon.

Kedua mata Ana terlihat buram. Airmatanya terasa penuh menggenang di pelupuk mata, dan siap menetes membasahi pipi.

Tiba-tiba saja, Ana merasa tangan halus menyentuh bahunya. Ia bergegas mengusap kedua matanya yang mulai tampak basah.

Ana menoleh, dan melihat Jiang Jia telah berdiri di belakangnya. Entah sejak kapan wanita itu berada di sana?

Apakah mungkin Jiang Jia mendengarkan percakapannya di telpon?

"Ada apa, An?" tanya Jiang Jia mencoba mencairkan suasana yang terlihat kaku.

Ana berusaha tidak menjawab pertanyaan Jiang Jia sampai setelah mereka berdua sampai di rumah.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Ana pun menceritakan masalahnya pada Jia.

Sahabatnya itu terlihat begitu emosional, hingga kemudian menyarankan sebuah solusi yang sebenarnya telah berada di depan mata.

"Bagaimana kalau terima saja permintaan pria tampan tempo hari? Bukankah dia bersedia membayarmu 1 milyar?"

Dan, di sinilah ia sekarang, menuruti saran gila dari Jiang Jia.

Dengan degup jantung yang melaju cepat, Ana mengatur napasnya sebelum kemudian mengetuk pintu ruangan lelaki yang ingin ia temui — Lie Zifeng.

Tok tok tok

Sambil menunggu pintu di buka, pandangan Ana melihat-lihat ke sekelilingnya.

"Masuk!" Tiba-tiba saja suara seseorang yang sudah tidak asing lagi di telinganya, terdengar menyahut dari dalam ruangan.

Ana menatap gagang pintu dengan sedikit ragu. Kemudian ia menggelengkan kepalanya perlahan, menepis keraguan dalam hati.

'Semua ini demi ayah!' ucapnya dalam hati yang terus ia ulangi.

Ana menarik nafas panjang, kemudian menghembuskan kembali dengan kasar.

Sebisa mungkin ia mengatur pernafasannya agar ia tidak gugup.

Setelah sudah cukup berhasil meyakinkan hatinya, Ana membuka gagang pintu.

Ia melihat lelaki yang menemuinya di Seesaw Coffee beberapa waktu lalu, duduk di kursi sambil membolak-balik berkas yang berada di atas mejanya.

Dia terlihat sangat sibuk. Lelaki itu menatap Ana saat ia menyadari bahwa Ana hanya berdiri saja di depan pintu. "Silahkan duduk!" ucapnya yang membuat jantung Ana kembali berdetak cepat.

Ana melangkah dengan gemetar, menarik kursi yang berada di hadapannya. Ia pun duduk tanpa berani menatap wajah lelaki itu terlalu lama.

"Kamu sudah mengambil keputusan, kan?" tanyanya tanpa berbasa-basi lagi.

Ana menganggukkan kepalanya dengan perlahan.

"Bagaimana? Kamu bersedia menikah?" Lelaki itu kembali bertanya untuk mendengar jawaban dari Ana.

Ia pun kembali menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Ya, aku bersedia menikah denganmu!"

Lelaki itu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, bukan aku yang akan menikahimu."

"Hah?" Kedua mata Ana membelalak dengan lebar setelah mendengar pernyataan dari lelaki itu. "Jadi, aku harus menikah dengan siapa?" tanyanya dengan penuh keraguan.

Lelaki itu tersenyum. Sebuah senyuman yang menyiratkan sebuah arti mendalam. Dia kemudian berkata, "Dengan seseorang."

Related chapters

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 3

    Ana membeku selama beberapa saat memandangi Lie Zifeng yang segera beranjak dari kursinya. "Ayo, ikut aku!" titahnya memberi perintah sambil berjalan menuju ke sebuah ruangan. Ana tidak bisa menolak. Ia hanya mengikuti langkah lelaki itu tanpa banyak bertanya. Keduanya tiba di sebuah ruangan. Ana terlihat ragu-ragu. Sesekali ia memperhatikan lelaki yang berdiri di sebelahnya, yang tampak mengetuk pintu dengan perlahan. "Pak Presdir, ini aku Sekertaris Lie," ucapnya dengan nyaring. "Masuk!" sahut seseorang dari dalam ruangan, yang telah menggerakkan tangan Lie Zifeng untuk membuka gagang pintu. Saat pintu terbuka, Ana hanya mematung memandangi Lie Zifeng yang balas menatapnya dengan senyum simpul. "Silahkan masuk, dan temui Presdir," ucapnya sambil sedikit mendorong Ana masuk ke dalam ruangan, dan menutup pintu dengan perlahan. Ana tampak gugup. Ia berjalan dengan langkah pelan dan sedikit gemetar menghampiri seseorang yang duduk membelakanginya. "Permisi, Tuan...." Ana berusa

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 4

    Sebuah mobil Rolls-Royce Phantom berwarna hitam tampak berhenti di lampu merah. Seorang lelaki yang mengenakan setelan jas di balik kemudi, memperhatikan seseorang yang sudah tidak asing baginya. Wanita yang memakai kostum beruang cokelat, yang sedang beristirahat sambil meminum sebotol air mineral, telah mengalihkan perhatian Lie Zhichun sehingga ia tidak menyadari bahwa lampu lalu lintas sudah berwarna hijau. Hal itu menyebabkan pengemudi di belakangnya menyerang dengan klakson yang dibunyikan secara berulang. Lie Zhichun segera mengemudikan mobilnya, mencari tempat untuk parkir.Ia segera turun dari mobilnya, berjalan menghampiri Ana yang terlihat telah selesai beristirahat, dan kembali memakai kepala beruang untuk melanjutkan pekerjaannya, membagikan brosur pada beberapa orang yang melintas di trotoar jalan. Saat Ana memberikan selembar brosur pada seorang lelaki yang datang menghampirinya, Lelaki itu hanya menerima lembaran brosur tanpa beranjak dari tempatnya berdiri, m

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 5

    Suasana di dalam mobil seketika menjadi hening dan kaku. Sesekali Ana menoleh ke arah Lie Zhichun yang tampak fokus mengemudikan mobil mewahnya. Melihat raut wajah lelaki itu yang sangat dingin, membuat Ana tidak berani untuk mengatakan sepatah kata pun. Ia beberapa kali menarik nafas panjang, kemudian kembali ia hembuskan dengan perlahan. Begitu ia lakukan secara berulang, untuk menenangkan perasaannya yang sangat kacau. Ana mengumpulkan segenap keberaniannya untuk bertanya pada lelaki itu, agar ia mendapatkan jawaban dari rasa penasaran yang telah mengganggu pikirannya. "Anu.... Kenapa kamu mendadak meminta aku untuk pindah rumah?" tanyanya dengan sedikit keraguan. Ia melirik wajah Lelaki itu yang sama sekali bergeming. "Lebih mudah mengawasimu. Aku tidak ingin kamu melakukan hal konyol seperti kemarin yang akan membuatku kehilangan muka," jawabnya tanpa memalingkan sedikit pun tatapannya dari jalanan. Ana mengangguk pelan. "Tapi, kenapa kamu memilihku sebagai istri ko

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 6

    Ana merasa kikuk dan sedikit salah tingkah. Sesekali ia menatap ke arah wanita yang duduk di sebelahnya, yang tampak angkuh. Beberapa kali ia menatap ke pintu, berharap suaminya akan segera muncul dari balik sana. Waktu telah berlalu begitu lama, tapi belum ada tanda-tanda kehadiran Lie Zhichun yang membuat Ana semakin merasa tertekan. Zhao Erxi melirik tajam. Raut wajahnya terlihat masam menatap wajah Ana. "Sudah beberapa jam aku duduk di sini, tapi kamu tidak memberikan aku apa pun? Bahkan segelas air putih saja kamu tidak menyuguhkannya padaku?" sindir wanita itu yang segera memalingkan wajahnya dengan kesal. "B-baik, Nyonya. Aku akan membuatkan minuman untukmu," sahut Ana gugup. Ia beranjak dari sofa menuju ke dapur. Ia terlihat kebingungan, minuman apa yang akan dia berikan pada wanita itu? Setelah berpikir cukup lama, Ana kembali dengan membawakan segelas air putih, dan meletakkannya di atas meja yang berada di hadapan wanita itu, yang hanya melirik tajam. "Cih! Benar-be

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 7

    Lie Zhichun berdecak kesal sambil sesekali menatap ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir satu jam ia menunggu Ana di salon, tapi wanita itu belum juga siap. Suara dering telpon yang berbunyi nyaring, telah memecahkan fokusnya. Ia beranjak dari kursi di ruang tunggu untuk menerima panggilan dari Mamanya. "Kamu di mana? Kenapa kamu belum juga datang?" Suara Mamanya terdengar nyaring, begitu panggilan tersambung, yang membuat telinga Lie Zhichun sedikit berdengung, sehingga ia menjauhkan ponsel dari telinganya. "Beberapa menit lagi aku akan tiba di sana," sahut lelaki itu dengan kesal, sebelum ia mengakhiri panggilan secara sepihak. Saat Lie Zhichun membalikkan tubuhnya, ia termangu selama beberapa saat, melihat wanita yang telah berdiri di hadapannya. Wanita yang mengenakan gaun panjang berwarna merah, yang pada bagian dadanya sedikit terbuka. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan riasan tipis pada wajahnya, dan rambut yang di sanggul ke atas. "Kamu.

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 8

    Lie Zhichun menarik tangan Ana, berjalan keluar dari gedung dengan raut wajah yang kesal. Keduanya masuk ke dalam mobil yang terparkir di halaman parkir. Lie Zhichun menarik nafas yang terasa berat. Tatapan matanya kosong menatap ke depan kaca mobil. Setelah merasa agak tenang, lelaki itu mengemudikan mobilnya, meninggalkan gedung pesta. "Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu malu," ucap Ana dengan penuh penyesalan. Wajahnya tertunduk dalam, tidak berani menatap lelaki yang duduk di kursi kemudi. "Lupakan saja," sahutnya pelan. Seketika suasana menjadi hening. Ana tidak berani mengatakan sepatah kata pun. Suara dering telpon yang tiba-tiba berbunyi nyaring, telah memecahkan keheningan yang berlangsung cukup lama. Lie Zhichun segera menepikan mobilnya untuk menjawab panggilan dari Mamanya. "Halo?" sahutnya dengan enggan, begitu panggilan telah tersambung. "Zhichun, apa kau sudah gila? Apa yang kau lakukan pada Pamanmu? Apa yang kau lakukan itu telah menjadi perbincangan para ta

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 9

    "Kamu kapan kembali ke China?" tanya Lie Zhichun sambil berjalan masuk ke dalam, dan diikuti oleh Ana, juga wanita yang menjadi tamu mereka hari ini. Sesekali Zhichun menoleh ke belakang, menatap wajah wanita itu dengan senyuman hangat di bibirnya. Itu adalah kali pertama Ana melihat senyuman Lie Zhichun yang tulus. "Aku baru tiba kemarin sore," sahutnya lembut. Ia duduk di sebelah Lie Zhichun, di sofa yang berada di ruang tamu. "Oh ya? Kenapa tidak menghubungiku? Aku kan bisa menjemputmu di Bandara?" "Bukankah kamu bilang belakangan ini sibuk?" "Ya, memang benar, tapi jika kamu mengatakannya padaku, aku akan meluangkan waktu untuk menjemputmu." Wanita itu tidak menyahut. Ia hanya tersenyum malu, sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Ana? Apa yang kamu lakukan di sana?" Perhatian Lie Zhichun mendadak tersita pada wanita yang sejak tadi berdiri di hadapan mereka. Ia menatap wanita itu dengan heran. "Cepat buatkan jus jeruk untuk Xiaoxi! Berikan sedikit susu ya

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 10

    Ana menghela nafasnya dengan berat. Selama beberapa detik perhatiannya tersita pada Jiang Jia yang datang menghampirinya bersama dengan seorang pemuda yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Keduanya duduk di sebelah Ana yang sedikit menggeser tubuhnya. "Kamu kenapa? Hari ini terlihat lesu. Apakah kamu ada masalah dengan suamimu?" tanya Jia yang menyadari raut wajah sahabatnya yang tidak bersemangat. Ana menatap wajah Jia sebentar, sebelum ia kembali mengalihkan pandangannya. "Aku ada masalah di tempat kerjaku yang baru. Para seniorku sepertinya tidak menerima kehadiranku. Mereka bahkan tidak memberikan aku pekerjaan, dan membiarkan aku hanya duduk diam di kursi kerjaku," sahut Ana dengan nada putus asa. "Kenapa kamu tidak kembali bekerja di perusahaan lama?" "Lelaki itu tidak mengijinkanku." "Kalau begitu, abaikan saja seniormu. Jika mereka membiarkanmu santai, biarkan saja. kamu bisa memanfaatkan waktumu untuk bermain game. Pun, kamu tetap digaji kan?" Ana menat

Latest chapter

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 29

    Ana duduk di meja yang berhadapan dengan kaca di Seesaw Coffee, tempat di mana ia sering menghabiskan waktunya, saat ia sedang banyak pikiran.Dengan ditemani secangkir coffee latte yang panas, cocok di saat cuaca mendung dan sedikit dingin. Ana menghirup aroma kopinya, sebelum ia menyeruputnya dengan perlahan.Tanpa ia sadari, sepasang mata tengah mengawasinya. Lelaki dengan tubuh yang tinggi dan sedikit kurus, duduk di depan meja barista sambil terus memperhatikannya. Ia sesekali membenarkan earbuds yang terpasang di telinganya, menunggu panggilan tersambung."Halo?" Suara wanita tua yang sudah tidak asing di telinganya, terdengar menyapanya dari seberang telpon."Halo, nyonya besar? Aku sudah menemukan wanita itu. Sepertinya dia sudah tidak mengingatku. Tadi saat kami bertemu di pintu masuk, dia hanya menatapku sebentar tanpa berbicara apa-apa," ucap Sekertaris Lie menjelaskan dengan panjang dan lebar."Bagaimana dengan cucuku? Apakah dia sudah menemukan calon pengantinnya?" tanya

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 28

    "Sekertaris Lie, tolong bantu aku untuk mendapatkan seseorang yang memiliki golongan darah AB negatif, yang mau mendonorkan darahnya! Buat pengumuman bahwa kita akan memberikan uang satu milyar untuk orang itu," ucap wanita tua itu dengan antusias. Ia menatap wajah lelaki muda yang berada di sebelahnya dengan tatapan yang penuh dengan harap. Lelaki muda itu hanya menganggukkan kepalanya dengan perlahan. Baru saja ia hendak pergi, Ana yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka dari balik tembok, memberanikan diri untuk muncul di hadapan mereka, yang membuat perhatian mereka tersita padanya. "Saya bersedia membantu! Kebetulan golongan darah saya AB negatif," ucap Ana yang membuat wanita tua itu membelalakkan kedua matanya dengan lebar. Sebuah senyuman tercetak jelas di raut wajah wanita tua itu. Ia segera meraih tangan Ana yang berdiri di hadapannya, dan menatap wajah wanita itu dengan kedua mata yang berbinar. "Aku tidak tahu siapa kamu? Dari mana asalmu, tapi aku sangat yakin

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 27

    "Oh! Dari temanku, Nek," sahut Ana gugup. Wanita tua itu hanya manggut-manggut, sebelum ia mengajak Ana untuk kembali duduk di sofa. "Jadi, kamu masih belum ingat dengan Nenek?" tanya wanita tua itu hendak memastikan. Ana hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Kita pernah bertemu di rumah sakit, saat hujan deras. Kalau tidak salah.... Kamu sedang membuat surat kesehatan untuk melamar pekerjaan," ucap wanita tua itu membantu Ana kembali menemukan ingatannya yang telah lama hilang. ~~~~ Hujan deras mengguyur kota Shenzhen di pagi hari. Ana yang setengah basah berlari-lari sambil berusaha menutupi bagian kepalanya. Ia berhenti di depan rumah sakit yang berada di pusat kota, sambil sesekali mengusap rok span hitam yang ia kenakan, yang tampak sedikit basah. Ana berjalan menuju ke bagian pendaftaran. Karena ia pertama kalinya datang ke rumah sakit, ia merasakan sedikit kebingungan di hadapan perawat yang saat itu sedang berjaga. "Ada yang bisa saya bantu,

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 26

    "Nenek!" Zhichun bergegas menghampiri wanita tua yang mengenakan cheongsam berwarna kuning emas, yang baru saja keluar dari pintu kedatangan domestik. Wanita tua itu hanya tersenyum tipis, sambil mendorong koper berwarna hitam, yang segera diambil alih oleh Zhichun. Ana memperhatikan wanita yang rambut tampak berwarna abu-abu penuh dengan uban, yang di gulung menggunakan tusuk konde terbuat dari batu giok. Saat keduanya saling beradu pandang, Ana buru-buru memalingkan wajahnya. Ia merasa gugup di hadapan wanita tua yang terlihat jutek, galak dan juga cerewet. Wanita tua itu hanya tersenyum tipis, sebelum ia mengikuti langkah cucunya menuju ke mobil yang di parkir di halaman parkir bandara. Wanita tua itu duduk di sebelah kursi kemudi. Sesekali matanya menatap ke arah Ana lewat kaca spion yang berada di atasnya. Hal itu membuat Ana yang telah menyadarinya, menjadi salah tingkah. Mobil bergerak menuju keluar bandara, menembus jalanan yang padat dengan kecepatan rata-

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 25

    Ana menghembuskan nafasnya dengan perlahan. Ia merasa tubuhnya sangat lemas, setelah ia melakukan transfusi darah. Dengan keadaan yang masih sempoyongan, Ana keluar dari ruangan. Wajahnya terlihat pucat menatap Zhichun yang sejak tadi menunggunya. "Kamu, baik-baik saja?" tanya lelaki itu yang mulai terlihat khawatir. "Ya, aku baik-baik sa ㅡ" Belum sempat Ana melanjutkan ucapannya, tubuhnya mendadak ambruk. Zhichun dengan cepat meraih tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Ia menggendong Ana menuju ke unit gawat darurat untuk segera mendapatkan pertolongan. Petugas Nakes segera mengambil tindakan, memberikan cairan infus pada Ana yang tak sadarkan diri. Sementara Zhichun menunggui wanita itu dengan setia. Ia duduk di sebelah ranjang, tempat di mana Ana terbaring, sambil menatap wanita itu dengan tatapan mata yang dalam. Perhatian Zhichun segera tersita saat ia melihat pintu terbuka. Seorang lelaki muda, bergegas menghampiri ranjang Ana dengan raut wajah gelisah. "Ana? Ba

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   kBab 24

    Ana mengemaskan beberapa pakaiannya untuk ia masukkan ke dalam tas ransel, sebelum ia meninggalkan kamarnya. Langkahnya terhenti saat kedua matanya menangkap sosok lelaki arogan yang berdiri di dekat tangga, menatapnya dengan sorot matanya yang tajam. Sambil meletakkan kedua tangannya di dalam saku celana, lelaki itu berjalan mendekat ke arahnya. "Mau ke mana kamu?" tanyanya menyelidik. Kedua matanya memperhatikan ransel hitam yang dikenakan oleh Ana. "Aku.... aku mau ke rumah sakit," jawabnya tergugup. Ia berusaha menghindari tatapan mata lelaki itu. "Untuk apa kamu pergi ke sana?" Lie Zhichun memicingkan kedua matanya, menatap Ana penuh curiga. "Temanku masuk ke rumah sakit, aku ingin menemaninya." "Temanmu? Siapa? Xiao Nai?" tanya lelaki itu menduga-duga. Kedua mata Ana seketika membelalak dengan lebar. "Bagaimana kamu tahu soal Xiao Nai?" Lie Zhichun tersenyum kecut. "Apakah terlalu sulit untuk mencari tahu tentang lelaki itu? Bahkan keluargamu yang berad

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 23

    Wanita itu tertegun selama beberapa saat lamanya dengan kedua matanya yang tampak berkaca-kaca. Kedua matanya menatap Ana dan Xiao Nai secara bergantian. Belum sempat kedua orang itu berbicara untuk menjelaskan situasi, Jiang Jia bergegas berlalu dari hadapan keduanya. "Jia!" Baru saja Ana hendak menyusul langkah wanita itu, Xiao Nai dengan cepat menarik tangannya untuk menghentikan langkah Ana, yang segera menoleh menatap lelaki itu dengan penuh keheranan. "Jangan dikejar! Biarkan dia menyendiri untuk sementara waktu. Biarkan dia menenangkan pikirannya," ucap lelaki itu mencoba meyakinkan Ana yang hanya menggigit ujung bibirnya. "Apa benar, semua akan baik-baik saja?" gumam Ana sambil menatap kosong, jalan yang telah dilalui oleh Jiang Jia. *** Ana membuka pintu dengan raut wajahnya yang tampak lelah. Saat ia melangkah masuk ke dalam, ia dikejutkan dengan sosok yang sebelumnya tidak ia sadari berada di sofa. Lelaki yang masih mengenakan setelan jas lengkapnya, ber

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 22

    Ana menundukkan wajahnya. Ia berusaha mengalihkan pandangannya dari tatapan mata Xiao Nai. "Aku.... aku tidak mungkin menghianati Jia," ucap Ana ragu. "Bagaimana perasaanmu? Apakah kamu sama sekali tidak menyukaiku?" desak Xiao Nai yang tidak sabar menunggu jawaban dari wanita itu. "Ya, sejujurnya aku memang menyukaimu, tapi...." Belum sempat Ana melanjutkan ucapannya, Xiao Nai dengan cepat membungkam mulut Ana dengan sebuah kecupan mendalam di bibirnya, yang membuat Ana membelalakkan kedua matanya dengan lebar. Suasana di cafe yang sunyi tanpa pengunjung, membuat Ana terbawa gelora yang semakin membara. Cukup lama keduanya saling berpagut mesra, yang membuat Ana semakin menikmati kecupan itu. Tring!!! Bunyi lonceng yang tiba-tiba berbunyi, membuat keduanya tersentak, dan dengan cepat saling menjauh. Ada salah seorang pelanggan yang sepertinya melihat apa yang telah mereka lakukan. Hal itu membuat Ana dan Xiao Nai merasa kikuk dan salah tingkah. "Selamat dat

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 21

    "Ana, Bagaimana menurutmu?" tegur Jiang Jia yang sekali lagi membuyarkan lamunan sahabatnya itu. "Apanya yang bagaimana?" Ana balik bertanya. Ia tampak tersenyum canggung. "Apakah aku katakan saja perasaanku pada Xiao Nai? Atau, tunggu dia nyatakan perasaannya?" Jia menatap wajah Ana dengan penuh harap. "Apa pun keputusanmu, aku akan selalu mendukungmu," ucap Ana dengan keterpaksaan. Sejujurnya ia merasa tidak rela jika Jiang Jia menyatakan perasaan pada Xiao Nai, yang pada akhirnya membuat mereka jadian. "Begitu ya? Kalau kamu mendukungku, aku akan menyatakan perasaanku pada Xiao Nai," ucap Jia dengan penuh semangat. Ana tersenyum kaku. Wajahnya tertunduk dalam. Ia tidak punya kuasa untuk melarang Jia melakukan hal itu. "Kamu ikut aku temui Xiao Nai ya?" ucap Jia secara tiba-tiba yang telah membuyarkan lamunan Ana. "Kamu mau menyatakannya sekarang?" Wanita itu sedikit terkejut mendengar keputusan Jia yang ia anggap terlalu cepat. "Bukankah semakin cepat semakin bagus?

DMCA.com Protection Status