Share

Bab 7

Lie Zhichun berdecak kesal sambil sesekali menatap ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir satu jam ia menunggu Ana di salon, tapi wanita itu belum juga siap.

Suara dering telpon yang berbunyi nyaring, telah memecahkan fokusnya. Ia beranjak dari kursi di ruang tunggu untuk menerima panggilan dari Mamanya.

"Kamu di mana? Kenapa kamu belum juga datang?" Suara Mamanya terdengar nyaring, begitu panggilan tersambung, yang membuat telinga Lie Zhichun sedikit berdengung, sehingga ia menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Beberapa menit lagi aku akan tiba di sana," sahut lelaki itu dengan kesal, sebelum ia mengakhiri panggilan secara sepihak.

Saat Lie Zhichun membalikkan tubuhnya, ia termangu selama beberapa saat, melihat wanita yang telah berdiri di hadapannya.

Wanita yang mengenakan gaun panjang berwarna merah, yang pada bagian dadanya sedikit terbuka. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan riasan tipis pada wajahnya, dan rambut yang di sanggul ke atas.

"Kamu...." Lelaki itu tidak bisa berkata-kata. Ia hanya bisa menelan air salivanya.

"Apakah aku terlihat aneh?" Ana yang terlihat tidak percaya diri, memperhatikan gaun yang ia kenakan.

Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya pelan. Ia segera memalingkan pandangannya dari Ana.

"Ayo, kita pergi! Kita sudah terlambat," ucapnya sebelum ia beranjak pergi menuju ke mobilnya yang telah terparkir di depan salon.

***

Ana memperhatikan ke sekelilingnya. Sebuah ruangan besar di penuhi dengan orang-orang yang terlihat sangat berkelas.

"Sial! Kemana sih lelaki itu? Bisa-bisanya dia meninggalkan aku sendirian di sini," gumam Ana dengan gelisah.

Perhatian Ana tersita pada sebuah meja prasmanan yang menghidangkan banyak makanan. Ia memegangi perutnya yang mulai terdengar bunyi keroncongan.

"Ah, sial! Aku lapar sekali! Sejak pagi aku bahkan belum sempat makan." Ana celingukan memperhatikan orang-orang yang tampak sibuk mengobrol secara berkelompok sambil menikmati segelas wine.

Ana berjalan mendekat menuju ke meja prasmanan. Ia mengambil piring kecil untuk makan beberapa buah yang telah dipotong.

"Hai!" Suara asing yang tiba-tiba terdengar menyapa dari arah belakang Ana, membuat wanita itu tersentak.

Ia menoleh, dan melihat seorang lelaki paruh baya dengan kepala botak tersenyum menggodanya.

Ana menelan buah yang sempat tertahan di mulutnya. Ia tampak gugup di hadapan lelaki asing yang tidak ia kenali.

"Kamu datang ke sini dengan siapa?" tanyanya memulai pembicaraan.

"Aku...." Belum sempat Ana menjawab, lelaki itu telah lebih dulu memotongnya. Ia mengusap lengan Ana dengan perlahan.

"Apakah kamu datang ke pesta ini untuk mencari lelaki kaya?" ujar lelaki berkepala botak itu dengan tatapan yang seperti elang yang siap menerkam mangsanya. Bibirnya melengkungkan sebuah senyuman nakal, yang membuat Ana merasa takut.

"Tidak, aku...."

Lelaki itu seolah tidak memberi kesempatan pada Ana untuk berbicara. Dia dengan cepat menarik tangan Ana, dan mengendusnya dengan penuh hasrat.

Ana yang tampak shock karena mendapatkan perlakuan seperti itu dengan tiba-tiba, membuat ia secara spontan menarik tangannya dari lelaki itu, dan menamparnya dengan keras, sehingga keduanya menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di sana.

"Sialan! Wanita jalang! Beraninya kamu menamparku! Apa kamu tidak tahu siapa aku?" geram lelaki botak itu dengan kesal sambil memegangi pipinya yang tampak memerah.

"M-maafkan aku, tuan.... Aku tidak sengaja," ucap Ana lirih. Tubuhnya sedikit gemetar menghadapi kemarahan lelaki yang berdiri di hadapannya.

Bahu lelaki botak itu terlihat naik turun. Wajahnya memerah karena emosi dalam dirinya telah memuncak. Saat ia mengayunkan salah satu tangannya, bersiap untuk membalas tamparan Ana, tiba-tiba saja sebuah tangan yang kekar, menahan tangan lelaki botak itu, yang membuatnya tampak terkejut.

"Lie Zhichun?"

"Jangan menyentuh wanitaku," tegas lelaki itu sambil menghempaskan tangan lelaki botak itu dengan kasar.

"Apa maksudmu? Wanita itu yang lebih dulu menggodaku!"

Lie Zhichun mengalihkan pandangannya. Ia menatap Ana yang masih tampak ketakutan. Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan.

"Aku memandangmu karena kamu adalah Pamanku. Tapi, jangan pernah merendahkan harga diriku. Wanita yang telah kau goda itu adalah istriku!"

Kedua mata lelaki botak itu membelalak dengan lebar.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status