Share

Bab 6

Ana merasa kikuk dan sedikit salah tingkah. Sesekali ia menatap ke arah wanita yang duduk di sebelahnya, yang tampak angkuh.

Beberapa kali ia menatap ke pintu, berharap suaminya akan segera muncul dari balik sana.

Waktu telah berlalu begitu lama, tapi belum ada tanda-tanda kehadiran Lie Zhichun yang membuat Ana semakin merasa tertekan.

Zhao Erxi melirik tajam. Raut wajahnya terlihat masam menatap wajah Ana.

"Sudah beberapa jam aku duduk di sini, tapi kamu tidak memberikan aku apa pun? Bahkan segelas air putih saja kamu tidak menyuguhkannya padaku?" sindir wanita itu yang segera memalingkan wajahnya dengan kesal.

"B-baik, Nyonya. Aku akan membuatkan minuman untukmu," sahut Ana gugup. Ia beranjak dari sofa menuju ke dapur.

Ia terlihat kebingungan, minuman apa yang akan dia berikan pada wanita itu?

Setelah berpikir cukup lama, Ana kembali dengan membawakan segelas air putih, dan meletakkannya di atas meja yang berada di hadapan wanita itu, yang hanya melirik tajam.

"Cih! Benar-benar hanya memberiku air putih?" gumamnya pelan, tapi Ana masih bisa mendengar itu.

Saat wanita itu meraih gelas yang berisi air putih, pintu tiba-tiba saja terbuka, yang membuat perhatian keduanya segera tersita.

"Anakku!" Wanita itu kembali meletakkan gelasnya, dan segera menghampiri Lie Zhichun yang masih berdiri di depan pintu.

"Mama? Kok Mama ke sini tidak bilang-bilang?" tanya lelaki itu dengan heran. Ia mengerutkan dahinya.

"Sejak kapan aku harus ijin untuk pergi ke rumahmu?" Raut wajah Zhao Erxi berubah. Ia tampak sedikit manyun.

"Bukan seperti itu. Jika Mama datang tanpa memberitahuku, bagaimana jika aku tidak ada di rumah? Bukankah kedatangan Mama akan sia-sia?"

"Sudahlah, itu tidak penting!" Wanita itu mengibaskan tangannya di depan wajah Lie Zhichun.

"Ada apa Mama datang ke sini?" tanyanya yang mulai terlihat penasaran.

"Sebelum Mama memberitahukannya padamu, Mama ingin mendengar penjelasan darimu terlebih dulu."

"Mengenai apa, Ma?" Kedua alis Lie Zhichun saling bertaut, menatap wajah Mamanya dengan tatapan yang dalam.

"Siapa wanita itu? Kenapa dia ada di rumahmu? Dan kenapa dia mengaku sebagai istrimu? Kamu sudah menikah? Kapan? Kenapa Mama tidak tahu?" Serentetan pertanyaan langsung dilayangkan Zhao Erxi sekaligus, yang membuat Lie Zhichun hanya menggaruk-garukkan kepalanya.

"Aku dan dia hanya menikah kontrak, Ma. Bukankah Mama sudah tahu bahwa Nenek terus saja mendesakku agar aku cepat menikah? Semuanya demi Sky Group, Ma. Mama tidak mau kan, perusahaan yang sudah dirintis oleh Papa diambil alih oleh Paman?"

"Tapi kenapa harus dia? Apakah tidak ada wanita lain yang lebih baik?"

"Ini hanya pernikahan kontrak, Ma. Setelah dewan direksi menyetujui bahwa Sky Group di bawah kepemimpinanku, aku akan segera menceraikannya, dan menikah dengan wanita yang Mama inginkan."

Wanita itu terdiam selama beberapa saat lamanya. Ia tampak berpikir.

"Baiklah," ucapnya seolah tidak memiliki pilihan lain.

"Mama ke sini hanya menyampaikan undangan untukmu," lanjutnya yang segera mengeluarkan sebuah undangan berwarna merah muda yang dihiasi dengan pita berwarna emas.

Lie Zhichun segera meraihnya. Ia membaca sebentar, kemudian menatap wajah Mamanya dengan tatapan mata yang dalam.

"Ketua dewan direksi mengadakan pesta ulang tahun untuk putrinya. Sebaiknya kamu mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk datang ke acara itu. Karena orang-orang penting di perusahaan ada di sana," ucap wanita itu sebelum berlalu pergi dari hadapan putranya.

Lie Zhichun menarik nafas yang terasa berat. Pandangannya beralih menatap wajah Ana yang terlihat kebingungan.

Dia berjalan mendekat sambil mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya untuk ia berikan pada Ana yang menatapnya dengan serius.

"Di dalam kartu ini berisi uang 500 juta. Kamu pakai untuk membeli gaun, sepatu dan pergi ke salon. Jangan membuatku kehilangan muka di hadapan orang-orang penting di perusahaan," kecam lelaki itu memberi peringatan.

"Apakah aku harus ikut ke acara itu?" Kedua mata Ana tampak berbinar memandangi wajah Lie Zhichun yang terlihat dingin.

"Jika kamu tidak ikut, bagaimana mereka tahu bahwa aku telah menikah?" Sorot tajam dari mata lelaki itu, membuat Ana menundukkan wajahnya dalam-dalam.

Ia melihat lelaki itu berlalu dari hadapannya, menaiki anak tangga menuju ke lantai dua.

"Ah! Yang benar saja! Kenapa aku harus terlibat dengan orang-orang itu?" Ana menghembuskan nafasnya yang terasa berat.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status