Fakta Mengerikan Tentang Tania Part 2Bram terlihat menemui orang dari bagian IT.“Herman, kamu sibuk?” tanya Bram pada Herman, staff yang bertugas di bagian IT. Herman terlihat sibuk memprogram sebuah komputer lipat milik salah satu staff kantor.“Hai Bram, tumben menemuiku, ada apa?” tanya Herman.“Kamu sibuk? mau makan siang denganku?” tanya Bram.“Wah, apa sudah tidak ada wanita untuk kamu ajak makan siang bersama?” ucap Herman menggoda.“Ah kamu ini, aku tunggu di kantin, aku akan mentraktirmu,” ucap Bram.“Baiklah, aku akan ke sana lima menit lagi,” ucap Herman.“Aku tunggu,” ucap Bram.“Iya iya, aku selesaikan pekerjaanku dulu,” ucap Herman.Bram terlihat keluar dari ruang kerja Herman, melangkah menuju ke kantin. Di dalam ruangannya Herman terlihat mengulaskan senyum.Lima menit setelah itu, Herman terlihat menghampiri Bram di kantin, duduk di kursi paling pojok.“Aku sudah memesankan ayam panggang dan segelas jus wortel untukmu,” ucap Bram.“Wah kamu perhatian sekali, masih
Fakta Mengerikan Tentang Tania Part 3Tania terlihat mendekat ke arah meja direktur Jeff, lalu duduk di hadapannya.“Selamat siang direktur,” ucap Tania seraya tersenyum.“Mau apa kamu menemuiku?” tanya direktur Jeff.“Wah, apa tidak boleh bawahan menemui atasannya?” tanya Tania.Direktur Jeff terlihat menghela nafas.“Aku mohon jangan ganggu aku, posisiku bisa terancam jika kamu terus begini,” ucap direktur Jeff yang terdengar berbicara santai dengan Tania, seperti dengan orang yang sudah dikenalnya lama dan sangat santai.“Iya iya, aku tidak akan mengganggumu, walaupun aku sangat kecewa dengan keputusan yang kamu ambil. Tapi tenang saja, itu dulu, sekarang aku sudah move on, sudah tidak lagi memikirkanmu, apalagi istrimu yang galak itu,” ucap Tania seraya memainkan kuku juga bibirnya.“Apa yang kamu inginkan? uang?” tanya direktur Jeff yang sepertinya segera ingin mengakhiri pertemuannya dengan Tania.“Tidak, aku masih bekerja dan aku punya cukup uang,” ucap Tania seraya melihat ke
Mission ImpossibleHesti, bu RT dan bu Anna sudah berada di rumah Hesti. Mereka akan menjalankan misi penting. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Adam dan Bintang sudah tidur.Hesti sudah bersiap dengan pakaian pengintaian, jaket besar, masker hitam, hijab yang terjahit jadi satu dengan topi, pakaian hitam, penampilan itu membuatnya terlihat seperti mata mata profesional, ditambah lagi berat badannya sudah turun drastis.Begitu juga dengan bu RT, dia juga menggunakan pakaian serba hitam, dengan masker hitam. Mereka berdua sudah terlihat sangat kompak. Hesti dan bu RT memperlihatkan penampilannya di depan bu Anna.“Tara, bagaimana bu Anna, penampilan yang sempurna bukan,” ucap bu RT.“Ini juga, kami siap,” ucap Hesti yakin.Bu Anna terlihat menghela nafas panjang.“Bu RT, bu Hesti, baru masuk apartemen juga sudah dihentikan satpam setempat, ndak bakal boleh masuk, bisa dikira teroris,” ucap bu Anna.Hesti terlihat menghela nafas panjang.“Benar juga, kenapa harus mencolok sepe
Seperti Dalam DramaHesti berjalan tergesa gesa, menyusul bu RT yang sudah lebih dulu di depannya, berjalan dengan tegap. Mereka menuju ke unit 033 yang ada di lantai empat.Hesti dan bu RT masuk ke dalam lift, mereka menuju ke lantai empat, dalam diam, tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka.Hesti berusaha menguatkan diri, bu RT berusaha memahami, dia yakin, Hesti benar benar dalam tekanan yang luar biasa.Hesti beberapa kali menekan dada, memukulnya pelan, sesak mulai menyerang, nyaris tidak bisa dikendalikan.Bu RT hanya bisa menggenggam tangan itu, dengan erat, menyalurkan kekuatan, berharap Hesti bisa sedikit saja tenang dalam menghadapi situasi yang cukup mengerikan ini.Mereka sampai di lantai empat, Hesti terlihat terhuyung, bu RT menangkap tubuh Hesti.“Bu Hesti harus kuat, jangan jatuh sekarang,” ucap bu RT yang memapah tubuh Hesti berjalan mencari unit 033.Hesti berusaha menguatkan diri, namun dia tetap hanya wanita biasa yang bagaimanapun juga tidak akan pernah sia
Tidak Seperti RencanaMobil Hanung masuk ke dalam area hotel mewah yang tidak jauh dari apartemennya. Mobil itu menuju ke arah tempat parkir, berhenti, lalu mereka berdua turun.Tania dan Hanung masuk ke dalam hotel, memesan kamar dan bergerak menuju ke kamar itu dengan gugup. Dari jauh terlihat Bram yang sedang duduk santai di kursi tunggu. Dia melihat Hanung dan Tania, kaget, namun berusaha untuk tetap tenang.“Untuk apa mereka di sini?” tanya Bram pada dirinya sendiri.Bram mendekat ke arah meja resepsionis yang rupanya adalah kenalannya.“Mei, kamu masih sibuk?” tanya Bram basa basi.“Bram, kamu masih di sini? apa temanmu belum datang?” tanya Mei, petugas yang bertugas di bagian resepsionis hotel mewah itu.“Ya, sepertinya dia akan telat,” ucap Bram.“Apa dia salah satu rekan bisnismu?” tanya Mei.“Ya, begitulah, seperti biasa, jika kesepakatan deal, aku akan mentraktirmu,” ucap Bram.“Wah, aku akan berdoa untuk itu, oh iya apa kamu akan memperpanjang sewa hotel mingguan?” tanya M
Yang Pergi Biarlah PergiHesti berusaha tetap tenang, dalam kegundahan hati yang begitu luar biasa. Melangkah menuju ke dalam hotel mewah itu. Mengabaikan satpam depan yang menanyakan mengenai apa tujuan dia datang.Hesti tak bergeming, langkahnya lebih yakin dan berani, begitu juga dengan bu RT. Dia setia berada di samping Hesti, menemani, memberi semangat, serta dukungan.Dia menuju ke kamar yang sudah diinformasikan, dengan hati yang bergemuruh, namun disertai tekad untuk menyelesaikan semua ini.Mereka berdua sudah sampai di kamar yang dituju, suite room 88. Beberapa tahun lalu, sewaktu masih menjadi pengacara, dia pernah menginap di hotel ini untuk mengikuti seminar, di suite room 85, jadi mudah saja menemukan tempat ini tanpa harus bertanya.Bu RT dan Hesti saling bertatapan, mengangguk tipis sebagai isyarat untuk saling menguatkan.“Ayo,” ucap bu RT yang sudah siap dengan kameranya.Hesti mengetuk pintu, perlahan, lalu bu RT berteriak “Room service,”.Di dalam kamar, Hanung da
Seketika Viral MenantiPintu kamar itu terbuka, Hanung hanya mematung, tidak bergerak, melihat hadirnya wanita yang sudah menemani hidupnya, menjadi istrinya, selama delapan tahun. Hesti berada di hadapannya, dengan wajah pucat, lesu, namun berusaha tetap bertahan dengan kekuatan yang masih tersisa.Bu RT menyergap masuk, menerjang tubuh Hanung yang seketika terpental, namun Hanung hanya diam, memandang Hesti yang masih mematung. Bu RT merekam semua kejadian yang ada di hadapannya, dengan semangat, sangat bergairah, tidak ada perasaan ragu sedikitpun.Tania kaget, dia melompat dari tempat tidur, menutupi tubuhnya yang hanya memakai lingerie tipis dengan kemeja Hanung.“Hentikan, matikan ponsel itu, tidak sopan, kalian penyusup,” teriak Tania.“Apa kamu bilang? Penyusup? wah, kamu yang pelakor. Iya, aku besarkan wajahmu, supaya seluruh dunia faham dengan wajahmu,” ucap bu RT.“Tidak, hentikan, hentikan, tidak,” ucap Tania.“Rekaman video ini tidak akan berhenti,” ucap bu RT.“Dasar kam
Mencoba Tetap TenangHesti, bu RT dan Hanung turun dari lantai atas, keluar dari hotel mewah itu. Bu RT berjalan bersama dengan Hesti dan Hanung mengikuti di belakangnya.Dari jauh Ivanka dan Bram mengamati mereka.“Mereka sudah keluar, pasti masalahnya sudah beres,” ucap Bram.“Beres? yang benar saja, lihat wajah mereka, pasti terjadi prahara besar,” ucap Ivanka.“Ya, itu jelas, prahara pasti terjadi,” ucap Bram.Ivanka terdiam, menatap mereka bertiga hingga keluar dari pintu utama hotel.“Aku akan ke kantor besok,” ucap Ivanka.“Apa? kamu serius?” tanya Bram.“Ya, tentu saja, aku akan mengenalkan diri secara resmi besok,” ucap Ivanka.“Hmmm, baiklah, kamu memang harus segera mengisi kursi yang sudah lama kosong,” ucap Bram.“Aku harap jangan libatkan masalah pribadi dengan pekerjaan,” lanjut Bram.“Tentu saja, aku tidak akan seperti itu, aku sangat profesional,” ucap Ivanka.“Aku akan bermain cantik, secantik mungkin,” ucap Ivanka dalam hati, seraya menunjukkan ekspresi kesal penuh
Akhir Kisah Istri pak Jeff terlihat menghela nafas panjang. “Pak Hanung, asal kamu tahu, Tania adalah perusak rumah tangga saya sejak lama, sangat lama. Saya hanya diam, demi menjaga hubungan saya dengan suami. Namun saya tahu betul apa yang sudah mereka lakukan. Mereka mengkhianati saya dan Tania mendapat semua hal dari suami saya, salah satunya apartemen yang sekarang pak Hanung tempati,” ucap istri pak Jeff. “Apa?” ucap Hanung kaget. “Bahkan demi menutupi kebusukan mereka, Tania rela menikah dengan pria baik baik, memanfaatkannya untuk menutupi skandal mereka,” ucap istri pak Jeff. “Tuhan Maha Baik, akhirnya suami saya sadar, walaupun membutuhkan waktu lama. Saya rasa Tania sudah punya sasaran lain, pak Hanung dan pak Hanung bahkan rela meninggalkan anak dan istri demi wanita itu,” ucap istri pak Jeff. “Seharusnya pak Hanung tidak melakukan itu, kenapa menukar ham berharga dengan sesuatu yang sudah using, bahkan mungkin tidak ada harganya lagi karena sudah pernah dimiliki bany
Membuka TabirHesti mengompres wajah Evan yang memar, akibat hantaman bogem mentah Hanung, mantan suaminyanya.“Au,” teriak kecil Evan.“Sakit?” tanya Hesti.“Ya, tentu saja, tapi rasanya tidak lagi sakit karena kamu mengurusku,” ucap Evan.“Kamu ini,” ucap Hesti seraya menyentuh luka Evan.“Au sakit, serius,” ucap Evan.“Oh maaf maaf,” ucap Hesti.“Aku tidak menyangka mas Hanung jadi senekat itu mas, padahal dia dulu tidak pernah memukul orang, aku tidak mengerti,” ucap Hesti.“Mungkin dia depresi dengan semua masalahnya, juga fakta bahwa dia tidak bisa mengambil anaknya,” ucap Evan.“Ya, mungkin saja mas. Aku juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anak bukan barang, dia boleh menemui putranya tapi tidak untuk mengambilnya bersamanya,” ucap Hesti.“Ya, akupun tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” ucap Evan.“Sebenarnya ada ucapannya yang aku amini,” lanjut Evan.“Apa itu?” tanya Hesti.“Memiliki anak denganmu,” ucap Evan.Hesti terdiam, dia melihat kearah Evan dengan pandangan
Muslihat TaniaTania terlihat menemui mantan direktur Jeff, di sebuah kafe. Mereka sudah merencanakan pertemuan ini.“Untuk apa kamu ingin menemuiku?” Tanya direktur Jeff yang menemui Tania di sebuah kafe.“Saya minta pak Jeff mencabut laporan apapun,” ucap Tania. Mendengar hal itu, pak Jeff terlihat menyeringai.“Apa yang kamu katakan? Apa saya tidak salah?” Tanya pak Jeff.“Ya, saya tahu, pak Jeff sudah melewati banyak hal, tapi sebaiknya pak Jeff menghentikan semuanya sebelum kegaduhan yang lain terjadi,” ucap Tania sedikit dengan nada ancaman.“Kamu tahu, karena ulahmu saya harus melewati banyak hal, memalukan. Polisi sedang memburu orang yang menyebarkan video itu, bersiaplah,” ucap pak Jeff.“Apa? Bersiap?” ucap Tania yang kemudian tertawa.Tania terlihat mengambil sebuah penyimpan data dari tasnya, lalu meletakkannya di atas meja.“Bapak tahu ini apa? Jujur saja, selain bersama saya, saya tahu bapak bersama dengan orang lain. Ini video bapak bersama beberapa orang, ada di banya
Luluh Dengan Rayuan“Aku mencintaimu mas, amat sangat mencintaimu. AKu bahkan rela menahan semua perasaan demi menunggumu lepas dari semua masalah yang sedang kamu hadapi. Aku harap kamu tidak melupakan itu mas. Semua yang kamu katakana adalah masa lalu, aku minta maaf,” ucap Tania dengan wajah memelas.“Tapi, tapi kamu benar benar keterlaluan,” ucap Hanung.“Maafkan aku mas, mungkin dulu aku pernah berada di jalan yang salah, aku sungguh sungguh minta maaf,” ucap Tania.“ Aku sungguh sungguh mas, aku sangat mencintaimu. Saat ini kamu adalah segalanya, segalanya,” ucap Tania yang terlihat mulai berlutut di depan Hanung.Hanung kaget, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia melihat keseriusan di wajah Tania, hatinya luluh, karena sejujurnya dia pun begitu mencintai Tania.“Apa kamu sungguh sungguh?” tanya Hanung.“Tentu saja, aku sangat sungguh sungguh, aku mencintaimu mas, bahkan aku menerimamu dengan segala hal yang ada pada dirimu. Bahkan walaupun kamu adalah mantan narapida
Dua Laki-LakiEvan duduk di sebuah sofa, sofa empuk di ruangan presdir Ivanka.“Kenapa tidak menghubungiku dulu? Aku bisa menyiapkan makan siang,” ucap Ivanka seraya menyuguhkan sebotol air mineral dingin.“Itu tidak akan menjadi kejutan, aku hanya ingin mengunjungimu,” ucap Evan.“Benarkah?” tanya Ivanka.“Tidak ada alasan lain?” lanjut Ivanka yang kemudian duduk di sebelah Evan.“Hmmm, sebenarnya aku ingin bertemu dengan Hanung. Aku dengar dia sudah mulai bekerja hari ini,” ucap Hanung.“Ya, begitulah,” ucap Ivanka.“Kamu benar benar berjiwa besar, kamu masih bisa menerimanya,” ucap Evan.“Citra perusahaan ini akan jatuh jika aku memecatnya. Ya, memang aka nada yang menghujat, tidak setuju dengan keputusanku, namun akan lebih banyak yang memahami. Ini semua juga demi nama baik Hesti,” ucap Ivanka.“Baiklah, aku mengerti, aku akan menemuinya, ada hal yang harus aku bicarakan,” ucap Evan.“Aku akan memintanya ke sini, anggaplah kantormu sendiri,” ucap Ivanka.“Baiklah,” ucap Evan sera
Berita BurukHesti berdiri dari posisi duduknya, menatap Hanung dengan pandangan tajam, menusuk, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Apa maksudmu mas? Iya, aku memang sekali lagi berusaha untuk melupakan semuanya, memaafkanmu sebagai ayah dari anak anakku, tapi apa maksudmu dengan mengambil satu anak?” ucap Hesti.“Ya, kamu bisa merawat anakmu, bukan dengan cara mengambilnya dariku. Aku ibunya, mereka masih kecil, masih butuh kasih sayang ibunya, perawatan ibunya,” ucap Hesti.“Ya, aku tahu, tapi setelah peristiwa kemarin, aku jadi sadar, aku harus menjadi ayah yang baik,” ucap Hanung yang juga berdiri.“Bukan begitu caranya mas, kira rawat anak anak bersama, kamu tetap akan menjadi ayahnya, namun aku akan merawat mereka, aku tidak akan membiarkanmu mengambil mereka mas,” ucap Hesti dengan mata yang mulai berair.“Aku tetap akan mengambil mereka, entah Adam atau Bintang. Tania sudah setuju, dia akan berusaha menjadi ibu sambung yang baik,” ucap Hanung.“Mas, dengarka
Cinta Tetaplah CintaBram terlihat kembali masuk ke dalam kantor Ivanka, dengan membawa kotak makanan berisi nasi putih yang dibelinya dari kantin.“Ini dia, ayo kita makan,” ucap Bram antusias.“Kamu lama tinggal di luar negeri tapi tetap saja tidak bisa makan tanpa nasi,” ucap Bram seraya tersenyum.“Ya, itu benar sekali,” ucap Ivanka.“Apalagi makanan seperti ini, tidak lengkap tanpa nasi,” lanjut Ivanka.Mereka berdua terlihat menikmati makanannya, dari wajah mereka tergambar jelas ekspresi bahagia, mereka benar benar menyukai masakan Hesti.“Enak sekali, dia memang tidak pernah gagal,” gumam Ivanka.“Oh iya Bram, kamu tahu, aku tidak bisa memasak,” ucap Ivanka.“Tidak apa apa, masih banyak restoran yang buka,” ucap Bram santai seraya tetap menikmati makanannya.“Aku juga tidak pandai membersihkan rumah, melakukan pekerjaan rumah dan sejenisnya,” ucap Ivanka.“Tidak masalah, sekarang jasa pembersih rumah sudah sangat banyak tersedia,” ucap Bram masih dengan santainya.“Akku juga,
Mereka Masih Tetap BersamaHanung menemui bu Ivanka di kantornya.“Bu Ivanka, saya mohon beri saya kesempatan. Saya akan bekerja dengan sebaik baiknya, saya tidak akan membuat perusahaan malu, saya berjanji,” ucap Hanung dengan sangat serius.Ivanka hanya menatap Hanung seraya mengulaskan senyum.“Benarkah?” Tanya Ivanka.“Ya, berikan saya kesempatan, saya akan bekerja sebaik mungkin,” ucap Hanung dengan nada memohon.“Saya tahu, pak Hanung mungkin tidak bersalah, tapi, apa pak Hanung yakin akan bekerja dengan baik? Apalagi pak Hanung sepertinya tidak bisa membedakan antara pekerjaan dan urusan pribadi,” ucap Ivanka.“Tidak, bu Ivanka salah dalam menilai saya, saya sangat professional,” ucap Hanung.“Benarkah? Pak Hanung tidak apa apa bekerja di perusahaan milik adik ipar mantan istri pak Hanung?” Tanya Ivanka seraya memusatkan sorot mata pada lawan bicaranya.“Mak-maksud bu Ivanka?” Tanya Hanung.“Pak Hanung tidak lupa bukan bahwa saya adalah adik dari laki laki yang akan menikah den
Keluarga Yang Luar BiasaEvan, Hesti dan kedua anaknya turun dari mobil, tepat di depan rumah mewah milik keluarga Hartawan.“Ini rumah uncle Evan?” Tanya Adam pada Evan yang berdiri di sampingnya.“Iya, Adam, kita akan bertemu dengan orang tua uncle, nanti panggil grandma dan grandpa ya,” ucap Evan.“Benarkah? Jadi Adam punya kakek nenek baru?” Tanya Adam antusias.“Iya, Adam akan punya kakek dan nenek baru,” ucap Evan seraya tersenyum.Hesti yang sedang menggendong Bintang terlihat hanya mengulaskan senyum, lebih ke pada senyum kelegaan, penuh rasa syukur karena dia memiliki laki laki hebat seperti Evan yang seolah dengan mudah mengambil hati anak anaknya.“Ayo kita masuk,” ajak Evan.Mereka berempat masuk ke dalam rumah mewah itu. Ada sedikit rasa cemas di hati Hesti, walaupun ini bukan kali pertama anak anaknya bertemu dengan orang tua Evan, namun mereka belum menyapa secara pribadi, belum ada obrolan pribadi yang mendekatkan antara kedua calon keluarga, kakek nenek dan cucu angka