Yang Pergi Biarlah PergiHesti berusaha tetap tenang, dalam kegundahan hati yang begitu luar biasa. Melangkah menuju ke dalam hotel mewah itu. Mengabaikan satpam depan yang menanyakan mengenai apa tujuan dia datang.Hesti tak bergeming, langkahnya lebih yakin dan berani, begitu juga dengan bu RT. Dia setia berada di samping Hesti, menemani, memberi semangat, serta dukungan.Dia menuju ke kamar yang sudah diinformasikan, dengan hati yang bergemuruh, namun disertai tekad untuk menyelesaikan semua ini.Mereka berdua sudah sampai di kamar yang dituju, suite room 88. Beberapa tahun lalu, sewaktu masih menjadi pengacara, dia pernah menginap di hotel ini untuk mengikuti seminar, di suite room 85, jadi mudah saja menemukan tempat ini tanpa harus bertanya.Bu RT dan Hesti saling bertatapan, mengangguk tipis sebagai isyarat untuk saling menguatkan.“Ayo,” ucap bu RT yang sudah siap dengan kameranya.Hesti mengetuk pintu, perlahan, lalu bu RT berteriak “Room service,”.Di dalam kamar, Hanung da
Seketika Viral MenantiPintu kamar itu terbuka, Hanung hanya mematung, tidak bergerak, melihat hadirnya wanita yang sudah menemani hidupnya, menjadi istrinya, selama delapan tahun. Hesti berada di hadapannya, dengan wajah pucat, lesu, namun berusaha tetap bertahan dengan kekuatan yang masih tersisa.Bu RT menyergap masuk, menerjang tubuh Hanung yang seketika terpental, namun Hanung hanya diam, memandang Hesti yang masih mematung. Bu RT merekam semua kejadian yang ada di hadapannya, dengan semangat, sangat bergairah, tidak ada perasaan ragu sedikitpun.Tania kaget, dia melompat dari tempat tidur, menutupi tubuhnya yang hanya memakai lingerie tipis dengan kemeja Hanung.“Hentikan, matikan ponsel itu, tidak sopan, kalian penyusup,” teriak Tania.“Apa kamu bilang? Penyusup? wah, kamu yang pelakor. Iya, aku besarkan wajahmu, supaya seluruh dunia faham dengan wajahmu,” ucap bu RT.“Tidak, hentikan, hentikan, tidak,” ucap Tania.“Rekaman video ini tidak akan berhenti,” ucap bu RT.“Dasar kam
Mencoba Tetap TenangHesti, bu RT dan Hanung turun dari lantai atas, keluar dari hotel mewah itu. Bu RT berjalan bersama dengan Hesti dan Hanung mengikuti di belakangnya.Dari jauh Ivanka dan Bram mengamati mereka.“Mereka sudah keluar, pasti masalahnya sudah beres,” ucap Bram.“Beres? yang benar saja, lihat wajah mereka, pasti terjadi prahara besar,” ucap Ivanka.“Ya, itu jelas, prahara pasti terjadi,” ucap Bram.Ivanka terdiam, menatap mereka bertiga hingga keluar dari pintu utama hotel.“Aku akan ke kantor besok,” ucap Ivanka.“Apa? kamu serius?” tanya Bram.“Ya, tentu saja, aku akan mengenalkan diri secara resmi besok,” ucap Ivanka.“Hmmm, baiklah, kamu memang harus segera mengisi kursi yang sudah lama kosong,” ucap Bram.“Aku harap jangan libatkan masalah pribadi dengan pekerjaan,” lanjut Bram.“Tentu saja, aku tidak akan seperti itu, aku sangat profesional,” ucap Ivanka.“Aku akan bermain cantik, secantik mungkin,” ucap Ivanka dalam hati, seraya menunjukkan ekspresi kesal penuh
Kejutan Luar Biasa“Bu RT, bu Anna, terimakasih atas bantuannya,” ucap Hesti mengantar bu RT dan bu Anna keluar dari rumahnya.“Sama sama bu Hesti, semoga semuanya baik baik saja,” ucap bu Anna.“fighting, You’re almost there,” ucap bu RT.“Bu Hesti pasti bisa melewati ini semua,” lanjut bu RT seraya menggenggam tangan Hesti.Bu RT dan bu Anna naik ke atas mobil, bu RT akan mengantarkan bu Anna pulang, karena ini sudah jam satu pagi, benar benar penyergapan yang melelahkan.Hesti kembali masuk ke dalam rumah, di sana sudah ada Hanung duduk di ruang tamu.“Tidurlah mas, besok kamu harus ke kantor, kita bicarakan lagi nanti setelah kamu berpikir bahwa apa yang kamu lakukan adalah kesalahan besar. Yang penting aku sudah tahu suamiku berselingkuh dengan teman kantornya,” ucap Hesti yang kemudian berjalan ke arah kamar anak anaknya.Di depan pintu masuk kamar anak anaknya, Hesti menghentikan langkah.“Sementara ini aku akan tidur di kamar anak anak, kita pikirkan dulu, lalu putuskan apa ya
Rencana Licik Tania“Mereka bersaudara?” tanya Tania pada Hanung.“Apa itu benar?” Hanung berbalik melontarkan pertanyaan.“Apa mungkin? aku tidak melihat data apapun,” ucap Tania.“Tidak mungkin,” ucap Hanung.***Semua staff dan karyawan sudah kembali ke divisi mereka masing masing. Hanung terlihat mencengkram kepalanya.“Tidak mungkin, mereka kakak beradik, bukan pasangan kekasih,” ucap Hanung.“Hanung? ada apa?” tanya Bram yang melihat wajah kusut Hanung.“Tidak, aku hanya mengira bu Ivanka dan Evan adalah pasangan kekasih,” ucap Hanung.“Hah? yang benar saja, mereka kakak beradik,” ucap Bram.“Apa kamu sudah mengetahuinya sejak lama?” tanya Hanung.“Hmmm, i-itu,” ucap Bram terhenti ketika mendengar bu Ivanka memasuki kantor divisi keuangan.Semua staf menyapa, bahagia menerima kehadiran presdir baru mereka.“Selamat datang ibu presdir, terimakasih sudah berkunjung ke divisi kami,” ucap pak Gunawan. Hanung mendekat, mau tidak mau sebagai kepala bagian divisi keuangan, dia harus me
Rencana Tania Yang Membuatnya MaluTania menyelinap masuk ke dalam area syuting yang dilaksanakan di gedung kantor White Skin lantai atas. Dia mengambil daftar pertanyaan dari divisi promosi, menggantinya dengan daftar pertanyaan yang dibuatnya.“Ini daftar pertanyaannya,” ucap Tania pada MC di ruang make up.“Oh iya, terima kasih,” ucap MC.“Semoga acara yang berlangsung satu jam ini menjadi acara yang luar biasa,” ucap Tania.“Iya, Brand Ambassador tahun ini cukup berbeda, saya sangat bersemangat,” ucap MC yang berasal dari kalangan artis itu.Tania mengulaskan senyum.“Ya, hari ini akan menjadi hari bagi White Skin, tapi juga hari yang memalukan untuk ba-bi guling itu,” ucap Tania di dalam hati, dengan sangat kesal dan penuh keyakinan.Tania terlihat kembali ke kantor divisi keuangan, beberapa staf sudah berada di depan televisi yang ada di sana. Mereka akan segera menyaksikan siaran langsung launching produk terbaru yang akan dilakukan oleh brand ambassador.“Wah, coba kita bisa m
Terkagum KagumBu RT menatap pak RT dengan pandangan mendalam, perasaan cinta itu membius semua orang yang melihat. Penonton melihat cinta tulus itu, perasaan kasih luar biasa, tanpa melihat fisik dan bentuk tubuh. Visual yang sempurna dari pak RT, membenamkan semua pakem bahwa laki laki tampan hanya memilih untuk mendapatkan wanita sempurna. Baginya bu RT adalah satu satunya wanita sempurna, yang kini menjadi istrinya.“Ini suami bu RT?” tanya MC.“Perkenalkan saya Radit,” ucap pak RT seraya mengulurkan tangan. MC menerima tangan itu, seolah seketika jatuh cinta, menatap pak RT dengan mata tajam juga senyum yang merekah.“Bu RT sepertinya membawa obat bius,” ucap MC yang kemudian kembali duduk untuk melanjutkan wawancaranya.“Bagaimana jika kita bicara bertiga, sepertinya akan lebih seru,” ucap MC.“Saya tidak membutuhkan ini,” ucap MC yang kemudian meletakkan daftar pertanyaan di atas meja.Di ruang divisi keuangan, Tania terlihat menggenggam tangannya dengan kuat, dia meninggalkan
MediasiHesti dan Hanung duduk saling berhadap hadapan, di meja makan, saling menatap satu sama lain, mencoba untuk berbicara dari hati ke hati, dengan kepala dingin dan hati yang tenang. Mereka menunggu kedua anak mereka tidur, kesempatan ini harus mereka gunakan untuk menemukan sesuatu yang berarti untuk kelanjutan hubungan mereka.“A-apa yang akan kamu lakukan?” tanya Hanung, berusaha membuka pembicaraan.“Benerja,” jawab Hesti singkat.“Ya, kamu akan mulai bekerja hari senin besok,” ucap Hanung.“Baguslah jika kamu ingat,” ucap Hesti.“Ma-mana mungkin aku tidak ingat,” ucap Hanung.“Kamu pilih aku atau dia,” tanya Hesti tanpa intonasi penegasan bahwa itu adalah sebuah kalimat pertanyaan.“A-apa?” tanya Hanung gugup.“Sudahlah mas, kita fokus pada masalah yang sedang kita hadapi,” ucap Hesti.“Aku minta kamu untuk memilih, aku dan anak anak atau dia, wanita simpananmu,” ucap Hesti.“Hesti, jangan bicara seperti itu,” ucap Hanung.“Apa kamu tersinggung aku menyebutnya wanita simpana
Akhir Kisah Istri pak Jeff terlihat menghela nafas panjang. “Pak Hanung, asal kamu tahu, Tania adalah perusak rumah tangga saya sejak lama, sangat lama. Saya hanya diam, demi menjaga hubungan saya dengan suami. Namun saya tahu betul apa yang sudah mereka lakukan. Mereka mengkhianati saya dan Tania mendapat semua hal dari suami saya, salah satunya apartemen yang sekarang pak Hanung tempati,” ucap istri pak Jeff. “Apa?” ucap Hanung kaget. “Bahkan demi menutupi kebusukan mereka, Tania rela menikah dengan pria baik baik, memanfaatkannya untuk menutupi skandal mereka,” ucap istri pak Jeff. “Tuhan Maha Baik, akhirnya suami saya sadar, walaupun membutuhkan waktu lama. Saya rasa Tania sudah punya sasaran lain, pak Hanung dan pak Hanung bahkan rela meninggalkan anak dan istri demi wanita itu,” ucap istri pak Jeff. “Seharusnya pak Hanung tidak melakukan itu, kenapa menukar ham berharga dengan sesuatu yang sudah using, bahkan mungkin tidak ada harganya lagi karena sudah pernah dimiliki bany
Membuka TabirHesti mengompres wajah Evan yang memar, akibat hantaman bogem mentah Hanung, mantan suaminyanya.“Au,” teriak kecil Evan.“Sakit?” tanya Hesti.“Ya, tentu saja, tapi rasanya tidak lagi sakit karena kamu mengurusku,” ucap Evan.“Kamu ini,” ucap Hesti seraya menyentuh luka Evan.“Au sakit, serius,” ucap Evan.“Oh maaf maaf,” ucap Hesti.“Aku tidak menyangka mas Hanung jadi senekat itu mas, padahal dia dulu tidak pernah memukul orang, aku tidak mengerti,” ucap Hesti.“Mungkin dia depresi dengan semua masalahnya, juga fakta bahwa dia tidak bisa mengambil anaknya,” ucap Evan.“Ya, mungkin saja mas. Aku juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anak bukan barang, dia boleh menemui putranya tapi tidak untuk mengambilnya bersamanya,” ucap Hesti.“Ya, akupun tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” ucap Evan.“Sebenarnya ada ucapannya yang aku amini,” lanjut Evan.“Apa itu?” tanya Hesti.“Memiliki anak denganmu,” ucap Evan.Hesti terdiam, dia melihat kearah Evan dengan pandangan
Muslihat TaniaTania terlihat menemui mantan direktur Jeff, di sebuah kafe. Mereka sudah merencanakan pertemuan ini.“Untuk apa kamu ingin menemuiku?” Tanya direktur Jeff yang menemui Tania di sebuah kafe.“Saya minta pak Jeff mencabut laporan apapun,” ucap Tania. Mendengar hal itu, pak Jeff terlihat menyeringai.“Apa yang kamu katakan? Apa saya tidak salah?” Tanya pak Jeff.“Ya, saya tahu, pak Jeff sudah melewati banyak hal, tapi sebaiknya pak Jeff menghentikan semuanya sebelum kegaduhan yang lain terjadi,” ucap Tania sedikit dengan nada ancaman.“Kamu tahu, karena ulahmu saya harus melewati banyak hal, memalukan. Polisi sedang memburu orang yang menyebarkan video itu, bersiaplah,” ucap pak Jeff.“Apa? Bersiap?” ucap Tania yang kemudian tertawa.Tania terlihat mengambil sebuah penyimpan data dari tasnya, lalu meletakkannya di atas meja.“Bapak tahu ini apa? Jujur saja, selain bersama saya, saya tahu bapak bersama dengan orang lain. Ini video bapak bersama beberapa orang, ada di banya
Luluh Dengan Rayuan“Aku mencintaimu mas, amat sangat mencintaimu. AKu bahkan rela menahan semua perasaan demi menunggumu lepas dari semua masalah yang sedang kamu hadapi. Aku harap kamu tidak melupakan itu mas. Semua yang kamu katakana adalah masa lalu, aku minta maaf,” ucap Tania dengan wajah memelas.“Tapi, tapi kamu benar benar keterlaluan,” ucap Hanung.“Maafkan aku mas, mungkin dulu aku pernah berada di jalan yang salah, aku sungguh sungguh minta maaf,” ucap Tania.“ Aku sungguh sungguh mas, aku sangat mencintaimu. Saat ini kamu adalah segalanya, segalanya,” ucap Tania yang terlihat mulai berlutut di depan Hanung.Hanung kaget, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia melihat keseriusan di wajah Tania, hatinya luluh, karena sejujurnya dia pun begitu mencintai Tania.“Apa kamu sungguh sungguh?” tanya Hanung.“Tentu saja, aku sangat sungguh sungguh, aku mencintaimu mas, bahkan aku menerimamu dengan segala hal yang ada pada dirimu. Bahkan walaupun kamu adalah mantan narapida
Dua Laki-LakiEvan duduk di sebuah sofa, sofa empuk di ruangan presdir Ivanka.“Kenapa tidak menghubungiku dulu? Aku bisa menyiapkan makan siang,” ucap Ivanka seraya menyuguhkan sebotol air mineral dingin.“Itu tidak akan menjadi kejutan, aku hanya ingin mengunjungimu,” ucap Evan.“Benarkah?” tanya Ivanka.“Tidak ada alasan lain?” lanjut Ivanka yang kemudian duduk di sebelah Evan.“Hmmm, sebenarnya aku ingin bertemu dengan Hanung. Aku dengar dia sudah mulai bekerja hari ini,” ucap Hanung.“Ya, begitulah,” ucap Ivanka.“Kamu benar benar berjiwa besar, kamu masih bisa menerimanya,” ucap Evan.“Citra perusahaan ini akan jatuh jika aku memecatnya. Ya, memang aka nada yang menghujat, tidak setuju dengan keputusanku, namun akan lebih banyak yang memahami. Ini semua juga demi nama baik Hesti,” ucap Ivanka.“Baiklah, aku mengerti, aku akan menemuinya, ada hal yang harus aku bicarakan,” ucap Evan.“Aku akan memintanya ke sini, anggaplah kantormu sendiri,” ucap Ivanka.“Baiklah,” ucap Evan sera
Berita BurukHesti berdiri dari posisi duduknya, menatap Hanung dengan pandangan tajam, menusuk, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Apa maksudmu mas? Iya, aku memang sekali lagi berusaha untuk melupakan semuanya, memaafkanmu sebagai ayah dari anak anakku, tapi apa maksudmu dengan mengambil satu anak?” ucap Hesti.“Ya, kamu bisa merawat anakmu, bukan dengan cara mengambilnya dariku. Aku ibunya, mereka masih kecil, masih butuh kasih sayang ibunya, perawatan ibunya,” ucap Hesti.“Ya, aku tahu, tapi setelah peristiwa kemarin, aku jadi sadar, aku harus menjadi ayah yang baik,” ucap Hanung yang juga berdiri.“Bukan begitu caranya mas, kira rawat anak anak bersama, kamu tetap akan menjadi ayahnya, namun aku akan merawat mereka, aku tidak akan membiarkanmu mengambil mereka mas,” ucap Hesti dengan mata yang mulai berair.“Aku tetap akan mengambil mereka, entah Adam atau Bintang. Tania sudah setuju, dia akan berusaha menjadi ibu sambung yang baik,” ucap Hanung.“Mas, dengarka
Cinta Tetaplah CintaBram terlihat kembali masuk ke dalam kantor Ivanka, dengan membawa kotak makanan berisi nasi putih yang dibelinya dari kantin.“Ini dia, ayo kita makan,” ucap Bram antusias.“Kamu lama tinggal di luar negeri tapi tetap saja tidak bisa makan tanpa nasi,” ucap Bram seraya tersenyum.“Ya, itu benar sekali,” ucap Ivanka.“Apalagi makanan seperti ini, tidak lengkap tanpa nasi,” lanjut Ivanka.Mereka berdua terlihat menikmati makanannya, dari wajah mereka tergambar jelas ekspresi bahagia, mereka benar benar menyukai masakan Hesti.“Enak sekali, dia memang tidak pernah gagal,” gumam Ivanka.“Oh iya Bram, kamu tahu, aku tidak bisa memasak,” ucap Ivanka.“Tidak apa apa, masih banyak restoran yang buka,” ucap Bram santai seraya tetap menikmati makanannya.“Aku juga tidak pandai membersihkan rumah, melakukan pekerjaan rumah dan sejenisnya,” ucap Ivanka.“Tidak masalah, sekarang jasa pembersih rumah sudah sangat banyak tersedia,” ucap Bram masih dengan santainya.“Akku juga,
Mereka Masih Tetap BersamaHanung menemui bu Ivanka di kantornya.“Bu Ivanka, saya mohon beri saya kesempatan. Saya akan bekerja dengan sebaik baiknya, saya tidak akan membuat perusahaan malu, saya berjanji,” ucap Hanung dengan sangat serius.Ivanka hanya menatap Hanung seraya mengulaskan senyum.“Benarkah?” Tanya Ivanka.“Ya, berikan saya kesempatan, saya akan bekerja sebaik mungkin,” ucap Hanung dengan nada memohon.“Saya tahu, pak Hanung mungkin tidak bersalah, tapi, apa pak Hanung yakin akan bekerja dengan baik? Apalagi pak Hanung sepertinya tidak bisa membedakan antara pekerjaan dan urusan pribadi,” ucap Ivanka.“Tidak, bu Ivanka salah dalam menilai saya, saya sangat professional,” ucap Hanung.“Benarkah? Pak Hanung tidak apa apa bekerja di perusahaan milik adik ipar mantan istri pak Hanung?” Tanya Ivanka seraya memusatkan sorot mata pada lawan bicaranya.“Mak-maksud bu Ivanka?” Tanya Hanung.“Pak Hanung tidak lupa bukan bahwa saya adalah adik dari laki laki yang akan menikah den
Keluarga Yang Luar BiasaEvan, Hesti dan kedua anaknya turun dari mobil, tepat di depan rumah mewah milik keluarga Hartawan.“Ini rumah uncle Evan?” Tanya Adam pada Evan yang berdiri di sampingnya.“Iya, Adam, kita akan bertemu dengan orang tua uncle, nanti panggil grandma dan grandpa ya,” ucap Evan.“Benarkah? Jadi Adam punya kakek nenek baru?” Tanya Adam antusias.“Iya, Adam akan punya kakek dan nenek baru,” ucap Evan seraya tersenyum.Hesti yang sedang menggendong Bintang terlihat hanya mengulaskan senyum, lebih ke pada senyum kelegaan, penuh rasa syukur karena dia memiliki laki laki hebat seperti Evan yang seolah dengan mudah mengambil hati anak anaknya.“Ayo kita masuk,” ajak Evan.Mereka berempat masuk ke dalam rumah mewah itu. Ada sedikit rasa cemas di hati Hesti, walaupun ini bukan kali pertama anak anaknya bertemu dengan orang tua Evan, namun mereka belum menyapa secara pribadi, belum ada obrolan pribadi yang mendekatkan antara kedua calon keluarga, kakek nenek dan cucu angka