MediasiHesti dan Hanung duduk saling berhadap hadapan, di meja makan, saling menatap satu sama lain, mencoba untuk berbicara dari hati ke hati, dengan kepala dingin dan hati yang tenang. Mereka menunggu kedua anak mereka tidur, kesempatan ini harus mereka gunakan untuk menemukan sesuatu yang berarti untuk kelanjutan hubungan mereka.“A-apa yang akan kamu lakukan?” tanya Hanung, berusaha membuka pembicaraan.“Benerja,” jawab Hesti singkat.“Ya, kamu akan mulai bekerja hari senin besok,” ucap Hanung.“Baguslah jika kamu ingat,” ucap Hesti.“Ma-mana mungkin aku tidak ingat,” ucap Hanung.“Kamu pilih aku atau dia,” tanya Hesti tanpa intonasi penegasan bahwa itu adalah sebuah kalimat pertanyaan.“A-apa?” tanya Hanung gugup.“Sudahlah mas, kita fokus pada masalah yang sedang kita hadapi,” ucap Hesti.“Aku minta kamu untuk memilih, aku dan anak anak atau dia, wanita simpananmu,” ucap Hesti.“Hesti, jangan bicara seperti itu,” ucap Hanung.“Apa kamu tersinggung aku menyebutnya wanita simpana
Tania Memainkan PeranDi apartemennya Tania terlihat mengulaskan senyum, senyum licik yang penuh makna mendalam.“Aku tidak akan melepaskanmu Hanung, kamu akan selalu berterima kasih padaku karena hanya aku yang bisa membawa ke posisi tertinggi. Setelah semua rencanaku berhasil, kamu akan meninggalkan keluargamu, dengan kehendakmu sendiri,” ucap Tania. Sungguh, dia adalah ular yang menjelma menjadi manusia, di kepalanya penuh dengan niat buruk, racun yang begitu mematikan.***Hari minggu malam, semua orang berkumpul di rumah Hesti untuk merayakan ulang tahun anak anaknya. Semua orang dari RT 7 terlihat hadir, menikmati hidangan yang khusus dimasak oleh hesti. Ada makanan berat, hidangan dari bahan ayam, daging juga lainnya. Ada cake, cemilan manis, buah buahan segar, lengkap, seperti pesta yang dikonsep oleh profesional.“Bu Hesti,” ucap bu RT yang datang bersama suami juga putrinya.“Bu RT terimakasih sudah datang,” ucap Hesti.“Cinta, berikan kadonya untuk Adam,” pinta bu RT pada p
Pedihnya KDRT“Ada apa bu RT?” tanya Hesti setelah bu RT menerima panggilan telephone dari bu Anna.“Saya harus segera ke rumah sakit bu Hesti,” ucap bu RT gugup.“Ada apa?” tanya bu Hesti.Bu RT terlihat mengarahkan matanya berkeliling.“Ah, nanti setelah acara ulang tahun Adam dan Bintang, bu Hesti hubungi saya saja,” ucap bu RT.“Tidak usah khawatir, tidak ada apa apa,” lanjut bu RT berusaha menenangkan kekhawatiran Hesti yang mulai terlihat.“Baik bu RT,” ucap Hesti.“Saya pergi dulu bu Hesti, maaf saya tidak bisa menemani bu Hesti di sini hingga pesta selesai,” ucap bu RT.“Tidak apa apa bu RT, terimakasih sudah datang,” ucap Hesti yang kemudian mengantar bu RT dan pak RT keluar dari rumahnya.Hesti terlihat mengerutkan dahi, berpikir tentang apa yang sebenarnya terjadi. Namun akhirnya dia memutuskan untuk kembali masuk, karena acara tiup lilin akan segera dilaksanakan.Semua orang bernyanyi, bertepuk tangan, mengiringi acara tiup lilin yang dilakukan Adam dan Bintang. Hesti dan
Setia Atau SelingkuhHesti sudah siap, dengan penampilannya yang hampir menyerupai wanita kantoran. Dia memang sudah cukup lama tidak bekerja, jadi harus belajar pelan pelan, menyesuaikan diri bagaimana berpenampilan layaknya pengacara pada umumnya.“Nah, ini sudah cukup bagus,” ucap Hesti yang berdiri di depan cermin ruang tengah. Dia memakai kemeja warna biru muda, celana hitam dan jilbab segi empat corak biru muda dengan gambar abstrak.“Kamu yakin akan mulai bekerja?” tanya Hanung.“Tentu mas, ini hari pertamaku kerja,” ucap Hesti.“Apa kamu tidak punya baju lain, baju itu sudah ketinggalan zaman,” ucap Hanung.“Nanti mas, tidak masalah pakai ini, yang penting otaknya, penampilan bisa menyesuaikan,” ucap Hesti seraya menunjuk ke arah kepalanya di mana otak yang sebenarnya berada.“Apa Adam dan Bintang sudah beres?” tanya Hanung.“Tentu saja, mereka sudah siap, Adam tinggal menunggu mobil jemputan dan Bintang sudah sarapan, dia akan ikut bersamaku,” ucap Hesti.“Apa kamu sudah meny
Jatuhlah Talak ItuHesti bersiap untuk melaksanakan dinas luar, dia terpaksa membawa kedua anaknya. Untung dia memiliki atasan yang begitu luar biasa, entah apapun tujuannya, namun Evan benar benar tulus. Dia tidak pernah menyinggung apapun mengenai perasaan, semua berjalan sebagaimana mestinya.“Maaf ya aku harus membawa naka anak,” ucap Hesti ketika Evan menjemputnya. Evan terlihat duduk di ruang tamu rumah Hesti, membantu Hesti menyiapkan kebutuhan yang akan dibawanya.“Tidak apa apa, itu adalah resikonya, aku menerimamu bekerja dengan semua keadaanmu, tidak masalah,” ucap Evan.“Mas Hanung ada rapat penting, mungkin malam baru selesai dan dia bermalam di kantor,” ucap Hesti.“Benarkah? wah, pekerjaannya pasti sangat banyak sampai harus lembur di akhir pekan,” ucap Evan.“Ya, mungkin saja, apalagi dia sekarang adalah manajer keuangan,” ucap Hesti.“Apa kamu sudah bilang padanya mengenai kegiatan kita hari ini?” tanya Evan.“Ya, tentu saja, ini urusan pekerjaan, apalagi aku tetap be
Jatuhlah Talak Itu Part 2“Aku akan ajak Adam ke kamarku, kamu tunggu saja di kamar, anak anak magang akan sampai sebentar lagi,” ucap Evan di depan pintu kamar hotelnya.“Adam, jangan merepotkan uncle ya,” pinta Hesti pada putranya. Hesti mengarahkan mata pada putranya yang terlihat digandeng Evan, mereka seperti ayah dan anak, Adam begitu nyaman berada di dekat Evan.“Iya mamah,” jawab Adam.“Maaf ya, aku merepotkan,” ucap Hesti.“Tidak, jangan bilang begitu,” ucap Evan.“Ya sudah aku masuk dulu, aku sudah pesan makanan, untuk anak anak magang juga. Kamu suapin saja Bintang di kamar, aku akan menyuapi Adam di kamar,” ucap Evan.“Te-terima kasih,” ucap Hesti.“Aku sudah memesan nasi lembut untuk Bintang, tenang saja,” ucap Evan.“Ya, sudah aku masuk dulu,” lanjut Evan.“Ayo Adam kita masuk, di dalam ada bak mandi besar, mau berenang bersama uncle?” ucap Evan pada Adam.“Asik, ayo berenang,” teriak Adam.Hesti mengulaskan senyum, sudah lama dia tidak melihat Adam sebahagia itu, bahkan
Jatuhlah Talak Itu Part 3Setelah keluar dari kamar, dia terlihat berdiri diam, menatap minuman yang sedang dibawanya.“Apa mereka rela menggadaikan kesadaran dengan meminum minuman ini, tidak dapat dipercaya,” ucap Hesti.“Baiklah, aku akan mengantarkannya, bukan untuk membantu seseorang melakukan kemaksiatan, aku hanya membantu petugas hotel. Siapapun yang mengkonsumsi minuman ini, akku tidak memiliki urusan dengannya, dosanya adalah urusannya,” ucap Hesti yang kemudian menghela nafas panjang.Sebelum sampai di depan pintu kamar 103, Hesti melihat ada petugas hotel yang hendak mengantarkan makanan ke kamarnya.“Untuk kamar 104?” tanya Hesti.“Iya, nyonya,” ucap petugas hotel.“Oh iya, saya menginap di kamar 104, di dalam kamar ada adik adik saya, terima kasih,” ucap Hesti.“Baik nyonya, saya akan mengantarnya ke kamar nyonya,” ucap petugas hotel.Hesti kembali melanjutkan langkahnya, hingga akhirnya sampai di depan kamar nomor 103. Entah kenapa jantung Hesti berdegup dengan sangat k
Hanung Harus MelepaskanEvan terlihat menerima panggilan telephone dari Lisa.“Adam, Adam makan sendiri ya, uncle angkat telephone sebentar,” ucap Evan pada Adam yang terlihat begitu lahap menikmati makanannya.“Iya uncle,” ucap Adam seraya mengangguk.Evan terlihat sedikit menjauh dari meja makan, lalu menerima panggilan telephone dari Lisa.“Halo Lisa,” ucap Evan setelah menekan terima pada ponselnya.“Pak Evan, pak Evan, bu Hesti,” ucap Lisa gugup.“Lisa ada apa? coba tenang dulu, ambil nafas dulu, katakan ada apa?” tanya Evan.“Pak Evan, bu Hesti pingsan,” ucap Lisa.“Apa? bagaimana bisa” tanya Evan.“Sa-saya tidak tahu,” ucap Lisa yang terdengar gugup.“Ya sudah, saya segera ke sana,” ucap Evan.“Iya pak Evan,” ucap Lisa.Setelah menutup panggilan telephone, Evan segera mendekat ke arah Adam.“Adam, sudah selesai makannya?” tanya Evan yang melihat piring Adam sudah mulai kosong. Adam begitu lahap memakan tumis udang dan nasi putih, bahkan piringnya sudah hampir kosong.“Sudah un
Akhir Kisah Istri pak Jeff terlihat menghela nafas panjang. “Pak Hanung, asal kamu tahu, Tania adalah perusak rumah tangga saya sejak lama, sangat lama. Saya hanya diam, demi menjaga hubungan saya dengan suami. Namun saya tahu betul apa yang sudah mereka lakukan. Mereka mengkhianati saya dan Tania mendapat semua hal dari suami saya, salah satunya apartemen yang sekarang pak Hanung tempati,” ucap istri pak Jeff. “Apa?” ucap Hanung kaget. “Bahkan demi menutupi kebusukan mereka, Tania rela menikah dengan pria baik baik, memanfaatkannya untuk menutupi skandal mereka,” ucap istri pak Jeff. “Tuhan Maha Baik, akhirnya suami saya sadar, walaupun membutuhkan waktu lama. Saya rasa Tania sudah punya sasaran lain, pak Hanung dan pak Hanung bahkan rela meninggalkan anak dan istri demi wanita itu,” ucap istri pak Jeff. “Seharusnya pak Hanung tidak melakukan itu, kenapa menukar ham berharga dengan sesuatu yang sudah using, bahkan mungkin tidak ada harganya lagi karena sudah pernah dimiliki bany
Membuka TabirHesti mengompres wajah Evan yang memar, akibat hantaman bogem mentah Hanung, mantan suaminyanya.“Au,” teriak kecil Evan.“Sakit?” tanya Hesti.“Ya, tentu saja, tapi rasanya tidak lagi sakit karena kamu mengurusku,” ucap Evan.“Kamu ini,” ucap Hesti seraya menyentuh luka Evan.“Au sakit, serius,” ucap Evan.“Oh maaf maaf,” ucap Hesti.“Aku tidak menyangka mas Hanung jadi senekat itu mas, padahal dia dulu tidak pernah memukul orang, aku tidak mengerti,” ucap Hesti.“Mungkin dia depresi dengan semua masalahnya, juga fakta bahwa dia tidak bisa mengambil anaknya,” ucap Evan.“Ya, mungkin saja mas. Aku juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anak bukan barang, dia boleh menemui putranya tapi tidak untuk mengambilnya bersamanya,” ucap Hesti.“Ya, akupun tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” ucap Evan.“Sebenarnya ada ucapannya yang aku amini,” lanjut Evan.“Apa itu?” tanya Hesti.“Memiliki anak denganmu,” ucap Evan.Hesti terdiam, dia melihat kearah Evan dengan pandangan
Muslihat TaniaTania terlihat menemui mantan direktur Jeff, di sebuah kafe. Mereka sudah merencanakan pertemuan ini.“Untuk apa kamu ingin menemuiku?” Tanya direktur Jeff yang menemui Tania di sebuah kafe.“Saya minta pak Jeff mencabut laporan apapun,” ucap Tania. Mendengar hal itu, pak Jeff terlihat menyeringai.“Apa yang kamu katakan? Apa saya tidak salah?” Tanya pak Jeff.“Ya, saya tahu, pak Jeff sudah melewati banyak hal, tapi sebaiknya pak Jeff menghentikan semuanya sebelum kegaduhan yang lain terjadi,” ucap Tania sedikit dengan nada ancaman.“Kamu tahu, karena ulahmu saya harus melewati banyak hal, memalukan. Polisi sedang memburu orang yang menyebarkan video itu, bersiaplah,” ucap pak Jeff.“Apa? Bersiap?” ucap Tania yang kemudian tertawa.Tania terlihat mengambil sebuah penyimpan data dari tasnya, lalu meletakkannya di atas meja.“Bapak tahu ini apa? Jujur saja, selain bersama saya, saya tahu bapak bersama dengan orang lain. Ini video bapak bersama beberapa orang, ada di banya
Luluh Dengan Rayuan“Aku mencintaimu mas, amat sangat mencintaimu. AKu bahkan rela menahan semua perasaan demi menunggumu lepas dari semua masalah yang sedang kamu hadapi. Aku harap kamu tidak melupakan itu mas. Semua yang kamu katakana adalah masa lalu, aku minta maaf,” ucap Tania dengan wajah memelas.“Tapi, tapi kamu benar benar keterlaluan,” ucap Hanung.“Maafkan aku mas, mungkin dulu aku pernah berada di jalan yang salah, aku sungguh sungguh minta maaf,” ucap Tania.“ Aku sungguh sungguh mas, aku sangat mencintaimu. Saat ini kamu adalah segalanya, segalanya,” ucap Tania yang terlihat mulai berlutut di depan Hanung.Hanung kaget, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia melihat keseriusan di wajah Tania, hatinya luluh, karena sejujurnya dia pun begitu mencintai Tania.“Apa kamu sungguh sungguh?” tanya Hanung.“Tentu saja, aku sangat sungguh sungguh, aku mencintaimu mas, bahkan aku menerimamu dengan segala hal yang ada pada dirimu. Bahkan walaupun kamu adalah mantan narapida
Dua Laki-LakiEvan duduk di sebuah sofa, sofa empuk di ruangan presdir Ivanka.“Kenapa tidak menghubungiku dulu? Aku bisa menyiapkan makan siang,” ucap Ivanka seraya menyuguhkan sebotol air mineral dingin.“Itu tidak akan menjadi kejutan, aku hanya ingin mengunjungimu,” ucap Evan.“Benarkah?” tanya Ivanka.“Tidak ada alasan lain?” lanjut Ivanka yang kemudian duduk di sebelah Evan.“Hmmm, sebenarnya aku ingin bertemu dengan Hanung. Aku dengar dia sudah mulai bekerja hari ini,” ucap Hanung.“Ya, begitulah,” ucap Ivanka.“Kamu benar benar berjiwa besar, kamu masih bisa menerimanya,” ucap Evan.“Citra perusahaan ini akan jatuh jika aku memecatnya. Ya, memang aka nada yang menghujat, tidak setuju dengan keputusanku, namun akan lebih banyak yang memahami. Ini semua juga demi nama baik Hesti,” ucap Ivanka.“Baiklah, aku mengerti, aku akan menemuinya, ada hal yang harus aku bicarakan,” ucap Evan.“Aku akan memintanya ke sini, anggaplah kantormu sendiri,” ucap Ivanka.“Baiklah,” ucap Evan sera
Berita BurukHesti berdiri dari posisi duduknya, menatap Hanung dengan pandangan tajam, menusuk, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Apa maksudmu mas? Iya, aku memang sekali lagi berusaha untuk melupakan semuanya, memaafkanmu sebagai ayah dari anak anakku, tapi apa maksudmu dengan mengambil satu anak?” ucap Hesti.“Ya, kamu bisa merawat anakmu, bukan dengan cara mengambilnya dariku. Aku ibunya, mereka masih kecil, masih butuh kasih sayang ibunya, perawatan ibunya,” ucap Hesti.“Ya, aku tahu, tapi setelah peristiwa kemarin, aku jadi sadar, aku harus menjadi ayah yang baik,” ucap Hanung yang juga berdiri.“Bukan begitu caranya mas, kira rawat anak anak bersama, kamu tetap akan menjadi ayahnya, namun aku akan merawat mereka, aku tidak akan membiarkanmu mengambil mereka mas,” ucap Hesti dengan mata yang mulai berair.“Aku tetap akan mengambil mereka, entah Adam atau Bintang. Tania sudah setuju, dia akan berusaha menjadi ibu sambung yang baik,” ucap Hanung.“Mas, dengarka
Cinta Tetaplah CintaBram terlihat kembali masuk ke dalam kantor Ivanka, dengan membawa kotak makanan berisi nasi putih yang dibelinya dari kantin.“Ini dia, ayo kita makan,” ucap Bram antusias.“Kamu lama tinggal di luar negeri tapi tetap saja tidak bisa makan tanpa nasi,” ucap Bram seraya tersenyum.“Ya, itu benar sekali,” ucap Ivanka.“Apalagi makanan seperti ini, tidak lengkap tanpa nasi,” lanjut Ivanka.Mereka berdua terlihat menikmati makanannya, dari wajah mereka tergambar jelas ekspresi bahagia, mereka benar benar menyukai masakan Hesti.“Enak sekali, dia memang tidak pernah gagal,” gumam Ivanka.“Oh iya Bram, kamu tahu, aku tidak bisa memasak,” ucap Ivanka.“Tidak apa apa, masih banyak restoran yang buka,” ucap Bram santai seraya tetap menikmati makanannya.“Aku juga tidak pandai membersihkan rumah, melakukan pekerjaan rumah dan sejenisnya,” ucap Ivanka.“Tidak masalah, sekarang jasa pembersih rumah sudah sangat banyak tersedia,” ucap Bram masih dengan santainya.“Akku juga,
Mereka Masih Tetap BersamaHanung menemui bu Ivanka di kantornya.“Bu Ivanka, saya mohon beri saya kesempatan. Saya akan bekerja dengan sebaik baiknya, saya tidak akan membuat perusahaan malu, saya berjanji,” ucap Hanung dengan sangat serius.Ivanka hanya menatap Hanung seraya mengulaskan senyum.“Benarkah?” Tanya Ivanka.“Ya, berikan saya kesempatan, saya akan bekerja sebaik mungkin,” ucap Hanung dengan nada memohon.“Saya tahu, pak Hanung mungkin tidak bersalah, tapi, apa pak Hanung yakin akan bekerja dengan baik? Apalagi pak Hanung sepertinya tidak bisa membedakan antara pekerjaan dan urusan pribadi,” ucap Ivanka.“Tidak, bu Ivanka salah dalam menilai saya, saya sangat professional,” ucap Hanung.“Benarkah? Pak Hanung tidak apa apa bekerja di perusahaan milik adik ipar mantan istri pak Hanung?” Tanya Ivanka seraya memusatkan sorot mata pada lawan bicaranya.“Mak-maksud bu Ivanka?” Tanya Hanung.“Pak Hanung tidak lupa bukan bahwa saya adalah adik dari laki laki yang akan menikah den
Keluarga Yang Luar BiasaEvan, Hesti dan kedua anaknya turun dari mobil, tepat di depan rumah mewah milik keluarga Hartawan.“Ini rumah uncle Evan?” Tanya Adam pada Evan yang berdiri di sampingnya.“Iya, Adam, kita akan bertemu dengan orang tua uncle, nanti panggil grandma dan grandpa ya,” ucap Evan.“Benarkah? Jadi Adam punya kakek nenek baru?” Tanya Adam antusias.“Iya, Adam akan punya kakek dan nenek baru,” ucap Evan seraya tersenyum.Hesti yang sedang menggendong Bintang terlihat hanya mengulaskan senyum, lebih ke pada senyum kelegaan, penuh rasa syukur karena dia memiliki laki laki hebat seperti Evan yang seolah dengan mudah mengambil hati anak anaknya.“Ayo kita masuk,” ajak Evan.Mereka berempat masuk ke dalam rumah mewah itu. Ada sedikit rasa cemas di hati Hesti, walaupun ini bukan kali pertama anak anaknya bertemu dengan orang tua Evan, namun mereka belum menyapa secara pribadi, belum ada obrolan pribadi yang mendekatkan antara kedua calon keluarga, kakek nenek dan cucu angka