Tania Memainkan PeranDi apartemennya Tania terlihat mengulaskan senyum, senyum licik yang penuh makna mendalam.“Aku tidak akan melepaskanmu Hanung, kamu akan selalu berterima kasih padaku karena hanya aku yang bisa membawa ke posisi tertinggi. Setelah semua rencanaku berhasil, kamu akan meninggalkan keluargamu, dengan kehendakmu sendiri,” ucap Tania. Sungguh, dia adalah ular yang menjelma menjadi manusia, di kepalanya penuh dengan niat buruk, racun yang begitu mematikan.***Hari minggu malam, semua orang berkumpul di rumah Hesti untuk merayakan ulang tahun anak anaknya. Semua orang dari RT 7 terlihat hadir, menikmati hidangan yang khusus dimasak oleh hesti. Ada makanan berat, hidangan dari bahan ayam, daging juga lainnya. Ada cake, cemilan manis, buah buahan segar, lengkap, seperti pesta yang dikonsep oleh profesional.“Bu Hesti,” ucap bu RT yang datang bersama suami juga putrinya.“Bu RT terimakasih sudah datang,” ucap Hesti.“Cinta, berikan kadonya untuk Adam,” pinta bu RT pada p
Pedihnya KDRT“Ada apa bu RT?” tanya Hesti setelah bu RT menerima panggilan telephone dari bu Anna.“Saya harus segera ke rumah sakit bu Hesti,” ucap bu RT gugup.“Ada apa?” tanya bu Hesti.Bu RT terlihat mengarahkan matanya berkeliling.“Ah, nanti setelah acara ulang tahun Adam dan Bintang, bu Hesti hubungi saya saja,” ucap bu RT.“Tidak usah khawatir, tidak ada apa apa,” lanjut bu RT berusaha menenangkan kekhawatiran Hesti yang mulai terlihat.“Baik bu RT,” ucap Hesti.“Saya pergi dulu bu Hesti, maaf saya tidak bisa menemani bu Hesti di sini hingga pesta selesai,” ucap bu RT.“Tidak apa apa bu RT, terimakasih sudah datang,” ucap Hesti yang kemudian mengantar bu RT dan pak RT keluar dari rumahnya.Hesti terlihat mengerutkan dahi, berpikir tentang apa yang sebenarnya terjadi. Namun akhirnya dia memutuskan untuk kembali masuk, karena acara tiup lilin akan segera dilaksanakan.Semua orang bernyanyi, bertepuk tangan, mengiringi acara tiup lilin yang dilakukan Adam dan Bintang. Hesti dan
Setia Atau SelingkuhHesti sudah siap, dengan penampilannya yang hampir menyerupai wanita kantoran. Dia memang sudah cukup lama tidak bekerja, jadi harus belajar pelan pelan, menyesuaikan diri bagaimana berpenampilan layaknya pengacara pada umumnya.“Nah, ini sudah cukup bagus,” ucap Hesti yang berdiri di depan cermin ruang tengah. Dia memakai kemeja warna biru muda, celana hitam dan jilbab segi empat corak biru muda dengan gambar abstrak.“Kamu yakin akan mulai bekerja?” tanya Hanung.“Tentu mas, ini hari pertamaku kerja,” ucap Hesti.“Apa kamu tidak punya baju lain, baju itu sudah ketinggalan zaman,” ucap Hanung.“Nanti mas, tidak masalah pakai ini, yang penting otaknya, penampilan bisa menyesuaikan,” ucap Hesti seraya menunjuk ke arah kepalanya di mana otak yang sebenarnya berada.“Apa Adam dan Bintang sudah beres?” tanya Hanung.“Tentu saja, mereka sudah siap, Adam tinggal menunggu mobil jemputan dan Bintang sudah sarapan, dia akan ikut bersamaku,” ucap Hesti.“Apa kamu sudah meny
Jatuhlah Talak ItuHesti bersiap untuk melaksanakan dinas luar, dia terpaksa membawa kedua anaknya. Untung dia memiliki atasan yang begitu luar biasa, entah apapun tujuannya, namun Evan benar benar tulus. Dia tidak pernah menyinggung apapun mengenai perasaan, semua berjalan sebagaimana mestinya.“Maaf ya aku harus membawa naka anak,” ucap Hesti ketika Evan menjemputnya. Evan terlihat duduk di ruang tamu rumah Hesti, membantu Hesti menyiapkan kebutuhan yang akan dibawanya.“Tidak apa apa, itu adalah resikonya, aku menerimamu bekerja dengan semua keadaanmu, tidak masalah,” ucap Evan.“Mas Hanung ada rapat penting, mungkin malam baru selesai dan dia bermalam di kantor,” ucap Hesti.“Benarkah? wah, pekerjaannya pasti sangat banyak sampai harus lembur di akhir pekan,” ucap Evan.“Ya, mungkin saja, apalagi dia sekarang adalah manajer keuangan,” ucap Hesti.“Apa kamu sudah bilang padanya mengenai kegiatan kita hari ini?” tanya Evan.“Ya, tentu saja, ini urusan pekerjaan, apalagi aku tetap be
Jatuhlah Talak Itu Part 2“Aku akan ajak Adam ke kamarku, kamu tunggu saja di kamar, anak anak magang akan sampai sebentar lagi,” ucap Evan di depan pintu kamar hotelnya.“Adam, jangan merepotkan uncle ya,” pinta Hesti pada putranya. Hesti mengarahkan mata pada putranya yang terlihat digandeng Evan, mereka seperti ayah dan anak, Adam begitu nyaman berada di dekat Evan.“Iya mamah,” jawab Adam.“Maaf ya, aku merepotkan,” ucap Hesti.“Tidak, jangan bilang begitu,” ucap Evan.“Ya sudah aku masuk dulu, aku sudah pesan makanan, untuk anak anak magang juga. Kamu suapin saja Bintang di kamar, aku akan menyuapi Adam di kamar,” ucap Evan.“Te-terima kasih,” ucap Hesti.“Aku sudah memesan nasi lembut untuk Bintang, tenang saja,” ucap Evan.“Ya, sudah aku masuk dulu,” lanjut Evan.“Ayo Adam kita masuk, di dalam ada bak mandi besar, mau berenang bersama uncle?” ucap Evan pada Adam.“Asik, ayo berenang,” teriak Adam.Hesti mengulaskan senyum, sudah lama dia tidak melihat Adam sebahagia itu, bahkan
Jatuhlah Talak Itu Part 3Setelah keluar dari kamar, dia terlihat berdiri diam, menatap minuman yang sedang dibawanya.“Apa mereka rela menggadaikan kesadaran dengan meminum minuman ini, tidak dapat dipercaya,” ucap Hesti.“Baiklah, aku akan mengantarkannya, bukan untuk membantu seseorang melakukan kemaksiatan, aku hanya membantu petugas hotel. Siapapun yang mengkonsumsi minuman ini, akku tidak memiliki urusan dengannya, dosanya adalah urusannya,” ucap Hesti yang kemudian menghela nafas panjang.Sebelum sampai di depan pintu kamar 103, Hesti melihat ada petugas hotel yang hendak mengantarkan makanan ke kamarnya.“Untuk kamar 104?” tanya Hesti.“Iya, nyonya,” ucap petugas hotel.“Oh iya, saya menginap di kamar 104, di dalam kamar ada adik adik saya, terima kasih,” ucap Hesti.“Baik nyonya, saya akan mengantarnya ke kamar nyonya,” ucap petugas hotel.Hesti kembali melanjutkan langkahnya, hingga akhirnya sampai di depan kamar nomor 103. Entah kenapa jantung Hesti berdegup dengan sangat k
Hanung Harus MelepaskanEvan terlihat menerima panggilan telephone dari Lisa.“Adam, Adam makan sendiri ya, uncle angkat telephone sebentar,” ucap Evan pada Adam yang terlihat begitu lahap menikmati makanannya.“Iya uncle,” ucap Adam seraya mengangguk.Evan terlihat sedikit menjauh dari meja makan, lalu menerima panggilan telephone dari Lisa.“Halo Lisa,” ucap Evan setelah menekan terima pada ponselnya.“Pak Evan, pak Evan, bu Hesti,” ucap Lisa gugup.“Lisa ada apa? coba tenang dulu, ambil nafas dulu, katakan ada apa?” tanya Evan.“Pak Evan, bu Hesti pingsan,” ucap Lisa.“Apa? bagaimana bisa” tanya Evan.“Sa-saya tidak tahu,” ucap Lisa yang terdengar gugup.“Ya sudah, saya segera ke sana,” ucap Evan.“Iya pak Evan,” ucap Lisa.Setelah menutup panggilan telephone, Evan segera mendekat ke arah Adam.“Adam, sudah selesai makannya?” tanya Evan yang melihat piring Adam sudah mulai kosong. Adam begitu lahap memakan tumis udang dan nasi putih, bahkan piringnya sudah hampir kosong.“Sudah un
Keputusan Hanung“Masuklah ke dalam, jangan menambah masalah,” ucap Hanung yang terlihat mendorong Tania masuk ke dalam kamar hotel.“Au, sakit Hanung, jangan kasar begitu,” ucap Tania ketika mendapati tubuhnya didorong oleh Hanung.Hanung seolah tidak peduli dengan keluhan Tania, dia terlihat begitu kesal. Duduk di atas tempat tidur, mencengkram kepalanya, menandakan dia benar benar sedang memiliki masalah yang luar biasa.Tania menghela nafas panjang, dia berusaha meredam emosinya, dia tahu Hanung sedang tidak baik baik saja, dia tidak boleh menambah masalah, dia harus tenang jika tidak ingin semuanya menjadi berantakan.“Apa kamu sedih karena istrimu mengatakan itu? perpisahan,” ucap Tania yang berusaha menenangkan kekalutan Hanung. Tania duduk di samping Hanung, mengelus pundaknya, berusaha memberi kekuatan.“Aku tahu, kamu pasti sedih, tapi bagaimana lagi, anggap saja ini sudah jalannya,” ucap Tania.“Apa kamu bilang? tidak semudah itu. Bagaimana dengan anak anakku, dengan orang