Tidak Seperti RencanaMobil Hanung masuk ke dalam area hotel mewah yang tidak jauh dari apartemennya. Mobil itu menuju ke arah tempat parkir, berhenti, lalu mereka berdua turun.Tania dan Hanung masuk ke dalam hotel, memesan kamar dan bergerak menuju ke kamar itu dengan gugup. Dari jauh terlihat Bram yang sedang duduk santai di kursi tunggu. Dia melihat Hanung dan Tania, kaget, namun berusaha untuk tetap tenang.“Untuk apa mereka di sini?” tanya Bram pada dirinya sendiri.Bram mendekat ke arah meja resepsionis yang rupanya adalah kenalannya.“Mei, kamu masih sibuk?” tanya Bram basa basi.“Bram, kamu masih di sini? apa temanmu belum datang?” tanya Mei, petugas yang bertugas di bagian resepsionis hotel mewah itu.“Ya, sepertinya dia akan telat,” ucap Bram.“Apa dia salah satu rekan bisnismu?” tanya Mei.“Ya, begitulah, seperti biasa, jika kesepakatan deal, aku akan mentraktirmu,” ucap Bram.“Wah, aku akan berdoa untuk itu, oh iya apa kamu akan memperpanjang sewa hotel mingguan?” tanya M
Yang Pergi Biarlah PergiHesti berusaha tetap tenang, dalam kegundahan hati yang begitu luar biasa. Melangkah menuju ke dalam hotel mewah itu. Mengabaikan satpam depan yang menanyakan mengenai apa tujuan dia datang.Hesti tak bergeming, langkahnya lebih yakin dan berani, begitu juga dengan bu RT. Dia setia berada di samping Hesti, menemani, memberi semangat, serta dukungan.Dia menuju ke kamar yang sudah diinformasikan, dengan hati yang bergemuruh, namun disertai tekad untuk menyelesaikan semua ini.Mereka berdua sudah sampai di kamar yang dituju, suite room 88. Beberapa tahun lalu, sewaktu masih menjadi pengacara, dia pernah menginap di hotel ini untuk mengikuti seminar, di suite room 85, jadi mudah saja menemukan tempat ini tanpa harus bertanya.Bu RT dan Hesti saling bertatapan, mengangguk tipis sebagai isyarat untuk saling menguatkan.“Ayo,” ucap bu RT yang sudah siap dengan kameranya.Hesti mengetuk pintu, perlahan, lalu bu RT berteriak “Room service,”.Di dalam kamar, Hanung da
Seketika Viral MenantiPintu kamar itu terbuka, Hanung hanya mematung, tidak bergerak, melihat hadirnya wanita yang sudah menemani hidupnya, menjadi istrinya, selama delapan tahun. Hesti berada di hadapannya, dengan wajah pucat, lesu, namun berusaha tetap bertahan dengan kekuatan yang masih tersisa.Bu RT menyergap masuk, menerjang tubuh Hanung yang seketika terpental, namun Hanung hanya diam, memandang Hesti yang masih mematung. Bu RT merekam semua kejadian yang ada di hadapannya, dengan semangat, sangat bergairah, tidak ada perasaan ragu sedikitpun.Tania kaget, dia melompat dari tempat tidur, menutupi tubuhnya yang hanya memakai lingerie tipis dengan kemeja Hanung.“Hentikan, matikan ponsel itu, tidak sopan, kalian penyusup,” teriak Tania.“Apa kamu bilang? Penyusup? wah, kamu yang pelakor. Iya, aku besarkan wajahmu, supaya seluruh dunia faham dengan wajahmu,” ucap bu RT.“Tidak, hentikan, hentikan, tidak,” ucap Tania.“Rekaman video ini tidak akan berhenti,” ucap bu RT.“Dasar kam
Mencoba Tetap TenangHesti, bu RT dan Hanung turun dari lantai atas, keluar dari hotel mewah itu. Bu RT berjalan bersama dengan Hesti dan Hanung mengikuti di belakangnya.Dari jauh Ivanka dan Bram mengamati mereka.“Mereka sudah keluar, pasti masalahnya sudah beres,” ucap Bram.“Beres? yang benar saja, lihat wajah mereka, pasti terjadi prahara besar,” ucap Ivanka.“Ya, itu jelas, prahara pasti terjadi,” ucap Bram.Ivanka terdiam, menatap mereka bertiga hingga keluar dari pintu utama hotel.“Aku akan ke kantor besok,” ucap Ivanka.“Apa? kamu serius?” tanya Bram.“Ya, tentu saja, aku akan mengenalkan diri secara resmi besok,” ucap Ivanka.“Hmmm, baiklah, kamu memang harus segera mengisi kursi yang sudah lama kosong,” ucap Bram.“Aku harap jangan libatkan masalah pribadi dengan pekerjaan,” lanjut Bram.“Tentu saja, aku tidak akan seperti itu, aku sangat profesional,” ucap Ivanka.“Aku akan bermain cantik, secantik mungkin,” ucap Ivanka dalam hati, seraya menunjukkan ekspresi kesal penuh
Kejutan Luar Biasa“Bu RT, bu Anna, terimakasih atas bantuannya,” ucap Hesti mengantar bu RT dan bu Anna keluar dari rumahnya.“Sama sama bu Hesti, semoga semuanya baik baik saja,” ucap bu Anna.“fighting, You’re almost there,” ucap bu RT.“Bu Hesti pasti bisa melewati ini semua,” lanjut bu RT seraya menggenggam tangan Hesti.Bu RT dan bu Anna naik ke atas mobil, bu RT akan mengantarkan bu Anna pulang, karena ini sudah jam satu pagi, benar benar penyergapan yang melelahkan.Hesti kembali masuk ke dalam rumah, di sana sudah ada Hanung duduk di ruang tamu.“Tidurlah mas, besok kamu harus ke kantor, kita bicarakan lagi nanti setelah kamu berpikir bahwa apa yang kamu lakukan adalah kesalahan besar. Yang penting aku sudah tahu suamiku berselingkuh dengan teman kantornya,” ucap Hesti yang kemudian berjalan ke arah kamar anak anaknya.Di depan pintu masuk kamar anak anaknya, Hesti menghentikan langkah.“Sementara ini aku akan tidur di kamar anak anak, kita pikirkan dulu, lalu putuskan apa ya
Rencana Licik Tania“Mereka bersaudara?” tanya Tania pada Hanung.“Apa itu benar?” Hanung berbalik melontarkan pertanyaan.“Apa mungkin? aku tidak melihat data apapun,” ucap Tania.“Tidak mungkin,” ucap Hanung.***Semua staff dan karyawan sudah kembali ke divisi mereka masing masing. Hanung terlihat mencengkram kepalanya.“Tidak mungkin, mereka kakak beradik, bukan pasangan kekasih,” ucap Hanung.“Hanung? ada apa?” tanya Bram yang melihat wajah kusut Hanung.“Tidak, aku hanya mengira bu Ivanka dan Evan adalah pasangan kekasih,” ucap Hanung.“Hah? yang benar saja, mereka kakak beradik,” ucap Bram.“Apa kamu sudah mengetahuinya sejak lama?” tanya Hanung.“Hmmm, i-itu,” ucap Bram terhenti ketika mendengar bu Ivanka memasuki kantor divisi keuangan.Semua staf menyapa, bahagia menerima kehadiran presdir baru mereka.“Selamat datang ibu presdir, terimakasih sudah berkunjung ke divisi kami,” ucap pak Gunawan. Hanung mendekat, mau tidak mau sebagai kepala bagian divisi keuangan, dia harus me
Rencana Tania Yang Membuatnya MaluTania menyelinap masuk ke dalam area syuting yang dilaksanakan di gedung kantor White Skin lantai atas. Dia mengambil daftar pertanyaan dari divisi promosi, menggantinya dengan daftar pertanyaan yang dibuatnya.“Ini daftar pertanyaannya,” ucap Tania pada MC di ruang make up.“Oh iya, terima kasih,” ucap MC.“Semoga acara yang berlangsung satu jam ini menjadi acara yang luar biasa,” ucap Tania.“Iya, Brand Ambassador tahun ini cukup berbeda, saya sangat bersemangat,” ucap MC yang berasal dari kalangan artis itu.Tania mengulaskan senyum.“Ya, hari ini akan menjadi hari bagi White Skin, tapi juga hari yang memalukan untuk ba-bi guling itu,” ucap Tania di dalam hati, dengan sangat kesal dan penuh keyakinan.Tania terlihat kembali ke kantor divisi keuangan, beberapa staf sudah berada di depan televisi yang ada di sana. Mereka akan segera menyaksikan siaran langsung launching produk terbaru yang akan dilakukan oleh brand ambassador.“Wah, coba kita bisa m
Terkagum KagumBu RT menatap pak RT dengan pandangan mendalam, perasaan cinta itu membius semua orang yang melihat. Penonton melihat cinta tulus itu, perasaan kasih luar biasa, tanpa melihat fisik dan bentuk tubuh. Visual yang sempurna dari pak RT, membenamkan semua pakem bahwa laki laki tampan hanya memilih untuk mendapatkan wanita sempurna. Baginya bu RT adalah satu satunya wanita sempurna, yang kini menjadi istrinya.“Ini suami bu RT?” tanya MC.“Perkenalkan saya Radit,” ucap pak RT seraya mengulurkan tangan. MC menerima tangan itu, seolah seketika jatuh cinta, menatap pak RT dengan mata tajam juga senyum yang merekah.“Bu RT sepertinya membawa obat bius,” ucap MC yang kemudian kembali duduk untuk melanjutkan wawancaranya.“Bagaimana jika kita bicara bertiga, sepertinya akan lebih seru,” ucap MC.“Saya tidak membutuhkan ini,” ucap MC yang kemudian meletakkan daftar pertanyaan di atas meja.Di ruang divisi keuangan, Tania terlihat menggenggam tangannya dengan kuat, dia meninggalkan