Jangan ... jangan!Dia menginginkan ibunya, dia menginginkan adiknya!Dia berusaha keras untuk berteriak, tetapi dia menyadari bahwa sekeras apa pun dia berteriak, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.Pada saat ini, tiba-tiba terdengar nada dering yang menariknya dari mimpi buruk itu ....Irene membuka matanya secara perlahan dan mendengar suara seorang pria yang merdu di samping telinganya. "Sudah bangun, ya?" tanya pria itu.Dengan tatapannya yang masih kabur, Irene melihat sebuah wajah yang tampan. Kedua mata yang cerah itu seakan-akan memancarkan sejenis kelembutan yang tidak bisa diungkapkan."Sudah ..." jawab Irene dengan bengong, dia masih belum sadar sepenuhnya.Dia merasa seakan-akan mimpi dan kenyataan terus saling berseling, membuatnya agak kebingungan."Kalau begitu, terima panggilannya," kata Michael sambil menyodorkan ponsel Irene ke samping telinga Irene.Dengan agak tercengang, Irene mendengar suara familier yang berasal dari ujung telepon lainnya. "Irene? Irene,
Album foto itu berisi kenangan yang paling berharga bagi Irene.Michael mengernyit dan berkata, "Demi sebuah album foto, kamu bahkan mau membuang nyawamu? Kemarin, untung saja kamu hanya terkena luka luar di ujung jarimu. Bagaimana kalau kamu benar-benar terluka parah?""Album foto ini sangat penting bagiku!" kata Irene."Lebih penting dari tanganmu? Jangan-jangan kamu benar-benar berencana untuk membuat tanganmu cacat hanya untuk melindungi sebuah album foto?" tanya Michael dengan suara rendah.Irene menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Album foto ini sangat penting. Walaupun aku harus kehilangan kedua tanganku, aku juga akan melindunginya." Benda ini adalah sejenis kenangan dan obsesi bagi Irene.Album foto itu berisi kasih sayang keluarga yang indah dalam hati Irene dan juga masa paling senang yang pernah Irene alami.Jawaban Irene membuat ekspresi Michael menjadi masam. Api amarah membara dalam hati Michael. Dia merasa marah karena Irene begitu tidak menghargai dirinya sendiri
"Nggak ada yang bisa memecatmu," kata Michael dengan sangat yakin. "Obati dulu jari tanganmu dengan baik. Kalau nggak, menurutmu, apakah kedua tanganmu ini bisa mengangkat alat dan menyapu jalanan?"Irene menundukkan kepalanya tanpa berbicara. Sekarang, dengan keadaan tangannya, dia memang tidak bisa melakukan pekerjaan apa pun."Obati dulu tanganmu. Kalau sudah sembuh, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau," kata Michael. Kemudian, dia seperti memikirkan sesuatu, lalu berkata lagi, "Malam ini, kamu mau pergi bertemu dengan Leni? Bagaimana kalau kalian ganti hari saja, sampai setelah tanganmu sembuh?"Jika orang yang kenal dengan Michael mendengar ucapan Michael, sepertinya orang itu akan terkejut.Sejak kapan pria yang paling tidak bisa ditebak di Kota Cena ini begitu mengkhawatirkan luka di tangan seorang wanita?Jika orang lain yang sudah sekarat berdiri di hadapan Michael dengan kondisi berlumuran darah pun Michael sama sekali tidak akan peduli."Aku harus pergi," jawab Irene d
Irene masih terlihat sangat kecil di foto-foto tersebut. Dia terlihat sangat imut dengan pipinya yang tembam dan rambutnya yang hitam dan tebal.Michael tidak menyangka bahwa dia bisa terpesona melihat foto seorang anak kecil. Namun, pada saat ini, melihat anak gadis dalam foto itu, dia malah merasakan kasih sayang dari lubuk hatinya. Dia bahkan berpikir, jika sekarang Irene sekecil ini muncul di hadapannya, dia sepertinya tidak akan bisa menahan diri dari memeluk dan mencium anak ini.Apakah karena anak ini adalah masa kecilnya Irene? Oleh karena itu, Michael merasa bahwa anak ini imut. Saat dia melihat anak lainnya, dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini.Michael terus mengeluarkan foto itu selembar demi selembar.Awalnya, foto-foto ini adalah foto Irene dengan ibunya. Makin ke belakang, lebih banyak foto Irene sendirian.Dalam foto-foto itu, Irene sepertinya berusia sekitar empat hingga enam tahun, dia sudah terlihat lebih besar daripada di foto-foto dengan ibunya ....Foto
"Sakit? Kamu sakit?" tanya Michael dengan nada bicara yang tiba-tiba terdengar gugup."Aku hanya demam selama beberapa hari. Saat itu, kesadaranku agak kacau, tapi beberapa hari kemudian, setelah aku sembuh, aku kembali lincah. Tapi, sayangnya, gaun itu menghilang," kata Irene dengan sedikit rasa penyesalan. Namun, kemudian, neneknya pernah diam-diam berjanji untuk membelikan gaun yang indah padanya jika dia mendapatkan peringkat pertama di sekolah.Hanya saja, saat dia mendapatkan peringkat pertama, dia malah harus meninggalkan neneknya untuk hidup dengan ayahnya.Sebelum Irene pergi, neneknya diam-diam memasukkan gaun baru ke dalam barang bawaannya.Saat Irene sedang memikirkan hal-hal ini, sebuah tangan tiba-tiba terulur ke arahnya dan menempel di keningnya. Irene seketika tercengang. Dia menatap Michael sambil berkata, "Aku ... aku nggak demam.""Aku tahu," kata Michael dengan suara rendah. "Ke depannya, gaun seperti apa pun yang kamu inginkan, aku bisa membelikannya untukmu."Ucap
Namun, masalahnya, orang seperti Michael sudah pernah melihat banyak orang imut. Apakah foto Irene saat dia masih kecil seimut itu, hingga Michael menginginkan foto ini?Namun, pada saat ini, hal terpenting bagi Irene adalah pertemuannya dengan Leni.Saat Irene hendak keluar, Michael menyuruh sopirnya untuk mengantarkan Irene ke tempat pertemuannya dengan Leni.Berdasarkan pengalaman sebelumnya, Irene juga tahu bahwa penolakan tidak ada gunanya. Begitu Michael memutuskan sesuatu, tidak ada ruang untuk negosiasi lagi.Irene naik ke mobil dan memberitahukan tempat tujuannya pada sopir itu.Oleh karena itu, perjalanan yang awalnya memerlukan waktu satu jam akhirnya ditempuh dalam waktu 30 menit.Irene berjalan langsung ke sebuah restoran cepat saji. Dia mencari sebuah tempat duduk dan memesan segelas minuman seharga 12 ribu. Kemudian, dia mengirimkan pesan pada Leni.Sambil menunggu sahabatnya, Irene memandang ke luar jendela. Dia melihat beberapa pengantar makanan yang sewaktu-waktu berl
"Lukanya parah, nggak?" tanya Leni dengan penuh kekhawatiran."Nggak apa-apa," jawab Irene. "Sebenarnya, kelihatannya parah karena lukanya dibalut dengan kain kasa. Sekarang, tanganku sudah nggak sakit, aku juga sudah bisa mengangkat barang."Mendengar jawaban Irene, Leni baru membuang napas dengan lega. Kemudian, dia memesan seporsi makanan.Sambil makan, mereka pun mengobrol. Irene baru mengetahui detail spesifik tentang saksi mata yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Seorang rekan kerja Leni di perusahaan desain mengirimkan sebuah video di grup mereka dan Leni melihat saksi mata dari kasus itu.Pria itu baru menikah dengan putri dari kerabatnya rekan kerja Leni. Sekarang, pria itu tinggal di Kota Saraya.Leni juga sengaja berpura-pura menanyakan nama pria itu dengan iseng. Namun, rekan kerjanya itu tidak mengetahui nama lengkap pria itu, hanya tahu bahwa pria itu bernama Yuto.Nama Yuto juga bukan nama yang populer. Leni merasa lumayan yakin bahwa pria itu adalah saksi mata dari kasu
Pria itu memiliki wajah yang sangat indah, tampaknya dia masih muda. Wajahnya tampan dan juga indah, sangat cocok dengan tren ketampanan feminin masa kini.Wajahnya seperti hasil lukisan. Hanya saja, pada saat ini, pria itu mengerutkan bibirnya. Amarah juga terpancar dari sepasang matanya yang sangat indah.'Apakah pria ini sedang marah?' pikir Irene. Selain itu, jika dilihat dari arah tatapan pria itu, sepertinya alasan amarah pria itu berasal dari arah Irene dan Leni ...."Irene, aku sedang bicara denganmu. Kamu dengar, nggak?" tanya Leni di samping telinga Irene, membuat Irene seketika tersadar."Apa katamu?" tanya Irene sambil menoleh dan menatap sahabatnya."Aku tanya, dokternya ada bilang, nggak, kapan tanganmu bisa sembuh?" tanya Leni."Sekitar seminggu, deh. Kemudian, kulitnya akan pelan-pelan tumbuh kembali," jawab Irene. Dia sekali lagi melirik ke arah pria asing itu tadi. Namun, pada saat ini, mobil dan pria itu sudah menghilang."Kamu lihat apa?" tanya Leni sambil menatap k