"Nggak ada yang bisa memecatmu," kata Michael dengan sangat yakin. "Obati dulu jari tanganmu dengan baik. Kalau nggak, menurutmu, apakah kedua tanganmu ini bisa mengangkat alat dan menyapu jalanan?"Irene menundukkan kepalanya tanpa berbicara. Sekarang, dengan keadaan tangannya, dia memang tidak bisa melakukan pekerjaan apa pun."Obati dulu tanganmu. Kalau sudah sembuh, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau," kata Michael. Kemudian, dia seperti memikirkan sesuatu, lalu berkata lagi, "Malam ini, kamu mau pergi bertemu dengan Leni? Bagaimana kalau kalian ganti hari saja, sampai setelah tanganmu sembuh?"Jika orang yang kenal dengan Michael mendengar ucapan Michael, sepertinya orang itu akan terkejut.Sejak kapan pria yang paling tidak bisa ditebak di Kota Cena ini begitu mengkhawatirkan luka di tangan seorang wanita?Jika orang lain yang sudah sekarat berdiri di hadapan Michael dengan kondisi berlumuran darah pun Michael sama sekali tidak akan peduli."Aku harus pergi," jawab Irene d
Irene masih terlihat sangat kecil di foto-foto tersebut. Dia terlihat sangat imut dengan pipinya yang tembam dan rambutnya yang hitam dan tebal.Michael tidak menyangka bahwa dia bisa terpesona melihat foto seorang anak kecil. Namun, pada saat ini, melihat anak gadis dalam foto itu, dia malah merasakan kasih sayang dari lubuk hatinya. Dia bahkan berpikir, jika sekarang Irene sekecil ini muncul di hadapannya, dia sepertinya tidak akan bisa menahan diri dari memeluk dan mencium anak ini.Apakah karena anak ini adalah masa kecilnya Irene? Oleh karena itu, Michael merasa bahwa anak ini imut. Saat dia melihat anak lainnya, dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini.Michael terus mengeluarkan foto itu selembar demi selembar.Awalnya, foto-foto ini adalah foto Irene dengan ibunya. Makin ke belakang, lebih banyak foto Irene sendirian.Dalam foto-foto itu, Irene sepertinya berusia sekitar empat hingga enam tahun, dia sudah terlihat lebih besar daripada di foto-foto dengan ibunya ....Foto
"Sakit? Kamu sakit?" tanya Michael dengan nada bicara yang tiba-tiba terdengar gugup."Aku hanya demam selama beberapa hari. Saat itu, kesadaranku agak kacau, tapi beberapa hari kemudian, setelah aku sembuh, aku kembali lincah. Tapi, sayangnya, gaun itu menghilang," kata Irene dengan sedikit rasa penyesalan. Namun, kemudian, neneknya pernah diam-diam berjanji untuk membelikan gaun yang indah padanya jika dia mendapatkan peringkat pertama di sekolah.Hanya saja, saat dia mendapatkan peringkat pertama, dia malah harus meninggalkan neneknya untuk hidup dengan ayahnya.Sebelum Irene pergi, neneknya diam-diam memasukkan gaun baru ke dalam barang bawaannya.Saat Irene sedang memikirkan hal-hal ini, sebuah tangan tiba-tiba terulur ke arahnya dan menempel di keningnya. Irene seketika tercengang. Dia menatap Michael sambil berkata, "Aku ... aku nggak demam.""Aku tahu," kata Michael dengan suara rendah. "Ke depannya, gaun seperti apa pun yang kamu inginkan, aku bisa membelikannya untukmu."Ucap
Namun, masalahnya, orang seperti Michael sudah pernah melihat banyak orang imut. Apakah foto Irene saat dia masih kecil seimut itu, hingga Michael menginginkan foto ini?Namun, pada saat ini, hal terpenting bagi Irene adalah pertemuannya dengan Leni.Saat Irene hendak keluar, Michael menyuruh sopirnya untuk mengantarkan Irene ke tempat pertemuannya dengan Leni.Berdasarkan pengalaman sebelumnya, Irene juga tahu bahwa penolakan tidak ada gunanya. Begitu Michael memutuskan sesuatu, tidak ada ruang untuk negosiasi lagi.Irene naik ke mobil dan memberitahukan tempat tujuannya pada sopir itu.Oleh karena itu, perjalanan yang awalnya memerlukan waktu satu jam akhirnya ditempuh dalam waktu 30 menit.Irene berjalan langsung ke sebuah restoran cepat saji. Dia mencari sebuah tempat duduk dan memesan segelas minuman seharga 12 ribu. Kemudian, dia mengirimkan pesan pada Leni.Sambil menunggu sahabatnya, Irene memandang ke luar jendela. Dia melihat beberapa pengantar makanan yang sewaktu-waktu berl
"Lukanya parah, nggak?" tanya Leni dengan penuh kekhawatiran."Nggak apa-apa," jawab Irene. "Sebenarnya, kelihatannya parah karena lukanya dibalut dengan kain kasa. Sekarang, tanganku sudah nggak sakit, aku juga sudah bisa mengangkat barang."Mendengar jawaban Irene, Leni baru membuang napas dengan lega. Kemudian, dia memesan seporsi makanan.Sambil makan, mereka pun mengobrol. Irene baru mengetahui detail spesifik tentang saksi mata yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Seorang rekan kerja Leni di perusahaan desain mengirimkan sebuah video di grup mereka dan Leni melihat saksi mata dari kasus itu.Pria itu baru menikah dengan putri dari kerabatnya rekan kerja Leni. Sekarang, pria itu tinggal di Kota Saraya.Leni juga sengaja berpura-pura menanyakan nama pria itu dengan iseng. Namun, rekan kerjanya itu tidak mengetahui nama lengkap pria itu, hanya tahu bahwa pria itu bernama Yuto.Nama Yuto juga bukan nama yang populer. Leni merasa lumayan yakin bahwa pria itu adalah saksi mata dari kasu
Pria itu memiliki wajah yang sangat indah, tampaknya dia masih muda. Wajahnya tampan dan juga indah, sangat cocok dengan tren ketampanan feminin masa kini.Wajahnya seperti hasil lukisan. Hanya saja, pada saat ini, pria itu mengerutkan bibirnya. Amarah juga terpancar dari sepasang matanya yang sangat indah.'Apakah pria ini sedang marah?' pikir Irene. Selain itu, jika dilihat dari arah tatapan pria itu, sepertinya alasan amarah pria itu berasal dari arah Irene dan Leni ...."Irene, aku sedang bicara denganmu. Kamu dengar, nggak?" tanya Leni di samping telinga Irene, membuat Irene seketika tersadar."Apa katamu?" tanya Irene sambil menoleh dan menatap sahabatnya."Aku tanya, dokternya ada bilang, nggak, kapan tanganmu bisa sembuh?" tanya Leni."Sekitar seminggu, deh. Kemudian, kulitnya akan pelan-pelan tumbuh kembali," jawab Irene. Dia sekali lagi melirik ke arah pria asing itu tadi. Namun, pada saat ini, mobil dan pria itu sudah menghilang."Kamu lihat apa?" tanya Leni sambil menatap k
Ada sesuatu! Irene menatap sahabatnya dengan tatapan penasaran dan bertanya, "Ada, ya?""Sejenis itu," kata Leni sambil tersenyum. "Dulu, ada seseorang. Tapi, orang itu kelihatannya terlalu muda. Kalau bersamanya, aku merasa terlalu tua. Tapi, tiap pertemuan dengannya lumayan menyenangkan."Merasa terlalu tua? Irene terdiam. Sekarang, sahabatnya juga hanya berusia 27 tahun. "Orang itu sangat muda, ya?" tanya Irene."Lumayan muda," jawab Leni sambil mengangkat bahunya. "Dulu, kami bertemu di luar negeri. Kemudian ... aduh, jangan bahas lagi, deh. Sekarang, dia bahkan sepertinya sudah melupakan tampangku, deh."'Bagaimanapun, sepertinya ada banyak sekali wanita di sekitar pria setampan itu. Mana mungkin dia akan mengingat seseorang yang hanya berhubungan selama beberapa hari dengannya?' pikir Leni. Kalau dipikir-pikir, pengalaman seperti ini sudah cukup sekali dalam seumur hidup.Saat sahabatnya ini mengatakan kata-kata "luar negeri", ekspresi Irene agak berubah. Seingat Irene, Leni hany
Tatapan Michael tertuju lekat-lekat pada Irene. "Percaya atau nggak, memangnya itu penting, ya?" tanya Michael.Irene seketika tercengang. Kemudian, dia tertawa dengan sinis. Benar juga. Sebenarnya, kepercayaan Michael sama sekali tidak berhubungan dengannya. Tadi, saat Michael menatapnya, mengapa dia merasa gugup?"Aku ke kamar dulu," kata Irene sambil berjalan melewati Michael ke arah tangga.Namun, baru saja Irene berjalan dua langkah, lengannya malah seketika ditarik oleh Michael. Kemudian, Irene seperti ditarik oleh sebuah kekuatan ke dalam pelukan Michael."Aku yakin kamu nggak bersalah," kata Michael dengan suara rendah, sambil membungkukkan badannya. "Tapi, sekarang, kalau kamu menyelidikinya sendiri, kamu kira kamu bisa mendapatkan informasi apa pun? Kalau kamu menyelidiki kembali kasus dari tiga tahun yang lalu, pernahkah kamu berpikir, mungkin saja kebenaran yang kamu inginkan sudah nggak ada lagi selamanya?"Irene membuka kedua matanya yang cerah dan membalas tatapan Michae