"Lukanya parah, nggak?" tanya Leni dengan penuh kekhawatiran."Nggak apa-apa," jawab Irene. "Sebenarnya, kelihatannya parah karena lukanya dibalut dengan kain kasa. Sekarang, tanganku sudah nggak sakit, aku juga sudah bisa mengangkat barang."Mendengar jawaban Irene, Leni baru membuang napas dengan lega. Kemudian, dia memesan seporsi makanan.Sambil makan, mereka pun mengobrol. Irene baru mengetahui detail spesifik tentang saksi mata yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Seorang rekan kerja Leni di perusahaan desain mengirimkan sebuah video di grup mereka dan Leni melihat saksi mata dari kasus itu.Pria itu baru menikah dengan putri dari kerabatnya rekan kerja Leni. Sekarang, pria itu tinggal di Kota Saraya.Leni juga sengaja berpura-pura menanyakan nama pria itu dengan iseng. Namun, rekan kerjanya itu tidak mengetahui nama lengkap pria itu, hanya tahu bahwa pria itu bernama Yuto.Nama Yuto juga bukan nama yang populer. Leni merasa lumayan yakin bahwa pria itu adalah saksi mata dari kasu
Pria itu memiliki wajah yang sangat indah, tampaknya dia masih muda. Wajahnya tampan dan juga indah, sangat cocok dengan tren ketampanan feminin masa kini.Wajahnya seperti hasil lukisan. Hanya saja, pada saat ini, pria itu mengerutkan bibirnya. Amarah juga terpancar dari sepasang matanya yang sangat indah.'Apakah pria ini sedang marah?' pikir Irene. Selain itu, jika dilihat dari arah tatapan pria itu, sepertinya alasan amarah pria itu berasal dari arah Irene dan Leni ...."Irene, aku sedang bicara denganmu. Kamu dengar, nggak?" tanya Leni di samping telinga Irene, membuat Irene seketika tersadar."Apa katamu?" tanya Irene sambil menoleh dan menatap sahabatnya."Aku tanya, dokternya ada bilang, nggak, kapan tanganmu bisa sembuh?" tanya Leni."Sekitar seminggu, deh. Kemudian, kulitnya akan pelan-pelan tumbuh kembali," jawab Irene. Dia sekali lagi melirik ke arah pria asing itu tadi. Namun, pada saat ini, mobil dan pria itu sudah menghilang."Kamu lihat apa?" tanya Leni sambil menatap k
Ada sesuatu! Irene menatap sahabatnya dengan tatapan penasaran dan bertanya, "Ada, ya?""Sejenis itu," kata Leni sambil tersenyum. "Dulu, ada seseorang. Tapi, orang itu kelihatannya terlalu muda. Kalau bersamanya, aku merasa terlalu tua. Tapi, tiap pertemuan dengannya lumayan menyenangkan."Merasa terlalu tua? Irene terdiam. Sekarang, sahabatnya juga hanya berusia 27 tahun. "Orang itu sangat muda, ya?" tanya Irene."Lumayan muda," jawab Leni sambil mengangkat bahunya. "Dulu, kami bertemu di luar negeri. Kemudian ... aduh, jangan bahas lagi, deh. Sekarang, dia bahkan sepertinya sudah melupakan tampangku, deh."'Bagaimanapun, sepertinya ada banyak sekali wanita di sekitar pria setampan itu. Mana mungkin dia akan mengingat seseorang yang hanya berhubungan selama beberapa hari dengannya?' pikir Leni. Kalau dipikir-pikir, pengalaman seperti ini sudah cukup sekali dalam seumur hidup.Saat sahabatnya ini mengatakan kata-kata "luar negeri", ekspresi Irene agak berubah. Seingat Irene, Leni hany
Tatapan Michael tertuju lekat-lekat pada Irene. "Percaya atau nggak, memangnya itu penting, ya?" tanya Michael.Irene seketika tercengang. Kemudian, dia tertawa dengan sinis. Benar juga. Sebenarnya, kepercayaan Michael sama sekali tidak berhubungan dengannya. Tadi, saat Michael menatapnya, mengapa dia merasa gugup?"Aku ke kamar dulu," kata Irene sambil berjalan melewati Michael ke arah tangga.Namun, baru saja Irene berjalan dua langkah, lengannya malah seketika ditarik oleh Michael. Kemudian, Irene seperti ditarik oleh sebuah kekuatan ke dalam pelukan Michael."Aku yakin kamu nggak bersalah," kata Michael dengan suara rendah, sambil membungkukkan badannya. "Tapi, sekarang, kalau kamu menyelidikinya sendiri, kamu kira kamu bisa mendapatkan informasi apa pun? Kalau kamu menyelidiki kembali kasus dari tiga tahun yang lalu, pernahkah kamu berpikir, mungkin saja kebenaran yang kamu inginkan sudah nggak ada lagi selamanya?"Irene membuka kedua matanya yang cerah dan membalas tatapan Michae
"Baik itu kamu maupun bukan, kamu hanya bisa berada di sisiku, kamu nggak akan bisa menjadi milik orang lain selamanya!" kata Michael dengan nada dingin sambil menatap foto itu.Nada bicara Michael sangat mendominasi.Michael tidak akan melepaskan Irene, apalagi memberikan orang lain kesempatan untuk mendapatkan hati Irene!...Di sisi lain, di dalam sebuah ruangan kelab yang mewah, Elena sedang berusaha keras untuk menyenangkan hati Kris.Elena tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Irene, jadi dia hanya bisa berusaha keras untuk menyanjung Kris.Namun, Elena merasa frustrasi. Sejak dia memasuki ruangan ini, Kris hanya terus menanyakan tentang Irene padanya, misalnya tentang masa kecil Irene, masa sekolah Irene dan sebagainya.Kris menanyakan apa pun itu yang berhubungan dengan Irene, dari informasi yang penting hingga yang tidak penting sekalipun.Apa maksudnya?! Jelas-jelas Elena-lah pacar Kris yang sesungguhnya! Elena terus mengeluh dalam hatinya, tetapi dia hanya bisa tersenyum sa
"Kalau begitu, coba ceritakan lagi tentang kakakmu," kata Kris dengan suara rendah."Hah? Cerita ... seperti ini?" tanya Elena dengan malu."Benar, seperti ini," kata Kris.Elena hanya bisa terus menceritakan hal-hal tentang Irene dalam ingatannya sambil mengutuk Irene dalam hatinya.Irene hanyalah seorang petugas kebersihan. Selain itu, Irene juga pernah masuk penjara. Walaupun latar belakang Irene awalnya lumayan bagus, setelah tiga tahun di penjara, bagaimana mungkin Irene bisa dibandingkan dengan Elena yang merawat diri dengan baik?Apa yang sebenarnya disukai Kris dari Irene?!Entah mengapa, Elena bahkan merasa bahwa alasan Kris belum meninggalkannya mungkin karena dia adalah adiknya Irene.Tentu saja, pemikiran seperti ini hanya muncul sesaat dalam benak Elena, sebelum dia langsung menyingkirkannya."Kemudian ... kemudian kakakku bertemu dengan Martin Susanto. Martin mendekatinya untuk sesaat, lalu pernah sekali, kaki Kakak keseleo saat dia mendaki gunung. Martin pun menggendong
Sambil menggendong Kris dengan susah payah, gadis itu terus berkata, "Jangan takut, aku akan menggendongmu turun gunung, aku akan membawamu ke Pak Polisi."Jangan takut, ya ....Namun, jelas-jelas tubuh gadis itu bergetar kuat, bahkan suaranya juga bergetar.Dialah yang ketakutan, tetapi dia malah terus-menerus menenangkan Kris."Kamu berat sekali ...." Sesekali, gadis itu juga tidak bisa menahan diri dari mengeluh."Maaf," kata Kris. Pada saat itu, dia merasa bersalah karena ucapan gadis ini."Nanti, kalau kamu sudah sembuh, kamu juga gendong aku, ya. Dengan begitu, kita baru seri," kata gadis itu sambil tersenyum dan terus berusaha untuk melangkah ke depan.Kris sama sekali tidak pernah menyangka bahwa akan ada satu hari di mana dia akan dilindungi oleh seorang anak gadis yang lebih kecil darinya."Kalau begitu, nanti, biar kugendong kamu," kata Kris pada gadis itu, seperti sedang berjanji.Dalam hatinya, Kris berpikir, 'Ke depannya, aku akan menggendongmu. Kesulitan apa pun yang ter
Ke depannya, jika Irene tetap bekerja di tempat ini, dia mungkin akan mendapatkan "perlakuan khusus" dan akan menerima pandangan aneh dari orang lain."Nggak perlu, aku mau ganti lingkungan kerja," kata Irene."Begitu, ya." Direktur itu mengira bahwa Irene didukung oleh orang hebat dan ingin memberikan Irene pekerjaan yang lebih terhormat. Oleh karena itu, dia hanya mengucapkan beberapa kata untuk menahan Irene, lalu menyetujui pengunduran diri Irene. Selain itu, dia tidak memotong gaji Irene, dia malah menambahkan gaji sebulan untuk Irene dan membiarkan Departemen Keuangan untuk langsung memberikan uang itu pada Irene.Setelah Irene keluar dari Pusat Sanitasi Lingkungan, dia langsung menarik napas dalam-dalam. Gaji sebulan tambahan ini juga merupakan arti niat baik direktur itu dan jelas-jelas berhubungan dengan Michael.Jika Irene cukup berani, dia pasti akan menolak.Namun, dia tidak sanggup menolak uang tersebut.Neneknya masih dirawat di rumah sakit. Uang yang sebelumnya Irene pin