Home / Romansa / Istri Bayaran Sang CEO / Bab 123 Darren Penasaran

Share

Bab 123 Darren Penasaran

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2024-10-04 19:51:37

"Saya mau ngapain juga itu kan urusan saya, Pak. Lagian kalau istirahat itu kan bebas. Kita bisa istirahat sejenak dari aktivitas dan melakukan apa saja yang sekiranya bisa membuat mood saya naik," papar Aluna memberikan alasannya.

Dia tidak mau menceritakan apa yang akan dilakukan istirahat nanti.

"Ya, ya aku tahu. Itu memang benar, tapi kamu tidak menjawab pertanyaanku, Maura. Memang apa yang akan kamu lakukan istirahat nanti dan kamu mau bertemu siapa?"

Aluna terkesiap mendengar pertanyaan terakhir yang dilontarkan oleh Darren, yang mungkin tidak ingin tahu kalau dirinya akan bertemu dengan Alika. Jika benar, bisa-bisa curhatan dia dan Alika didengarkan oleh pria ini.

"Saya tidak mau bertemu siapa-siapa, kok. Saya hanya istirahat saja dan saya juga ingin sendiri istirahatnya. Apa itu tidak boleh?"

"Boleh saja, tapi aku ingin makan siang dengan kamu, Aluna."

"Saya tidak mau, Pak."

Aluna langsung menolak, membuat Darren terkesiap dan kebingungan sendiri. Kenapa dia tidak mau? Pe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 124 Darren Kelabakan

    Darren mondar-mandir tak jelas di kantin, membuat karyawan yang ingin makan pun jadi kebingungan dan takut jika bosnya itu sedang marah. Atau ada kasus baru setelah tragedi Siska yang menyakiti Aluna. Dia menelepon Amarudin. Pria itu bahkan tidak peduli mendapat tatapan berbeda-beda dari karyawannya sendiri. Tak lama kemudian Amarudin pun menerima telepon dari bosnya. "Iya, Tuan. Ada apa?" "Cari Aluna!" "Maksudnya apa? Apakah Nyonya keluar kantor atau dia pergi tanpa izin?""Kamu tidak perlu tahu! Pokoknya cari Aluna di kafe atau di restoran, karena ini jam istirahat. Aku yakin dia ada di tempat seperti itu. Aku tidak mau lama! Kamu harus menemukannya sekarang!" seru Darren, langsung mematikan ponsel. Pria itu menghela napas kasar. Wajahnya memerah. Dia melihat ke sekeliling dan karyawannya sedang memandangi dirinya dengan tatapan berbeda-beda. "Kenapa kalian lihat-lihat?! Makan saja. Kalau tidak, uang makan akan saya cabut! Kalian tidak boleh makan lagi di kantin." Mendengar

    Last Updated : 2024-10-08
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 125 Mulai Protektif

    "Seriusan lo nggak tahu Siska itu siapa?"Aluna dengan polos menggelengkan kepala. Jangankan untuk mengetahui perihal gosip-gosip yang ada di kantor, pekerjaan dari Darren saja membuatnya pusing tujuh keliling, sampai tidak ada waktu untuk menggosip perihal orang lain. Dengan semangat Alika pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi sampai Siska itu terkenal dari mulai perselingkuhan dengan Andri dan juga beberapa kasus yang menyatakan kalau Siska itu adalah orang suruhan untuk menghancurkan perusahaan ini. Mendengar itu Aluna terkesiap. Dia sampai terperangah, itu artinya Darren dalam masalah. Tetapi untunglah Siska dengan cepat dipecat. Dengan begitu tidak ada kerugian yang lebih lagi jika wanita itu masih ada di sini. "Lo seriusan? Kok gue nggak tahu, sih, berita seheboh ini? Ya jangankan masalah berita Siska, lo tahu kan kerjaan gue tuh kayak gimana? Pak Darren itu bikin gue pusing tujuh keliling." Mendengar itu Alika terkekeh, seolah mengejek. Sementara Aluna terkesiap saat

    Last Updated : 2024-10-10
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 126 Aluna Mulai Berani

    Dengan perasaan campur aduk Aluna pun berjalan menghampiri ruangan Darren. Jantungnya berdetak dengan sangat kencang. Sebelumnya dia dan Alika pun buru-buru pulang. Selama perjalanan, Alika terus berbicara agar Aluna tidak membantah apa pun yang dikatakan oleh Darren. Sebab itu akan berefek pada karirnya juga. Bahkan saat sampai kantor, Alika malah menyemangati Aluna untuk memberikan servis terbaik kepada Darren agar pria itu tidak ngambek lagi. Tentu saja Aluna berpikiran yang aneh-aneh. Tidak mungkin dia melakukan hal-hal seperti itu, apalagi keduanya hanya melakukan perjanjian pernikahan tanpa ada perasaan apa pun.Setelah sampai di pintu ruangan Darren, gadis itu menghela napas beberapa kali. Berusaha untuk menenangkan diri agar tidak canggung. Ini adalah sebuah tantangan dan juga hal yang harus dihadapi. Mau tidak mau gadis itu pasti akan bertemu dengan Darren. Setelahnya sang gadis pun mengetuk pintu.Walaupun mereka satu ruangan, tapi kali ini berbeda. Darren sedang marah da

    Last Updated : 2024-10-11
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 127 Aturan Baru dari Darren

    Darren menghela napas kasar. Dia berdiri, lalu mendekat secara perlahan kepada Aluna. Gadis itu meneguk saliva dengan susah payah melihat pergerakan sang suami. Dari raut wajahnya terlihat sekali kalau hawanya itu tidak mengenakan. Dia takut kalau pria itu semakin marah kepadanya.Bisa seperti ini tampaknya Aluna baru sadar kalau dia sudah berbuat keliru dengan mengatakan hal yang tidak semestinya. "Jadi, menurutmu kalau aku adalah suami di atas kertas, aku tidak punya hak atas dirimu, begitu?"Aluna kembali meneguk saliva dengan susah payah. Tetapi dia harus mengatakan semua yang ada di pikirannya, tidak mau terus tertindas oleh Darren apalagi kontraknya 3 tahun ke depan. Bisa-bisa tubuh Aluna kurus kering karena harus terus-terusan mengikuti kemauan Darren. "Ya, sesuai dengan yang dikatakan Bapak. Selama di depan orang, kita terlihat romantis. Tetapi di belakang, aku adalah bawahan Bapak." Mendengar itu langkah Darren terhenti. Sepertinya dia mulai sadar kalau perjanjiannya dulu

    Last Updated : 2024-10-12
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 128 Maura Tak Berdaya

    "Tapi, Bapak janji, ya. Kalau saya menyebutkan namanya Bapak jangan memecatnya.""Itu kan tergantung kamu. Kalau kamu tidak berbuat yang aneh-aneh, aku juga tidak akan memecatnya. Memang siapa dia?" "Yang jelas dia itu adalah teman baik saya di sini. Saya tidak mau kalau sampai kehilangan teman baik. Bapak tahu kan kalau saya menjadi istri Bapak, pasti orang-orang kantor akan merenggang dan tidak mau deket-deket sembarangan dengan saya. Itu membuat saya tidak nyaman." Darren menautkan kedua alis, seperti sedang berpikir sejenak. "Maksud kamu Alika?"Tubuh Aluna terkesiap. Wajahnya syok, karena tak menyangka kalau Darren bisa menebak apa yang sedang diucapkannya barusan. "Kenapa kamu kaget seperti itu? Karena yang aku tahu kamu hanya dekat dengan Alika saja," ujar pria itu membuat Aluna pucat. Dia tidak tahu harus bereaksi apa dan ini benar-benar memalukan untuknya. "Bapak, tidak akan memecat Alika, kan?" tanya Maura, wajahnya sudah khawatir dan itu membuat Darren ingin sekali te

    Last Updated : 2024-10-13
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 129 Mengorek Informasi

    Alika meneguk dengan susah payah, tubunya juga merasa bergetar sebab saat ini dia sedang berhadapan dengan Darren. Tangannya terasa dingin, ketakutan sudah menyergap. Seharusnya dia tidak menerima tawaran Aluna untuk pergi ke kafe yang jauh, tetapi ini juga bukan kesalahan temannya itu. Sebab tidak ada yang tahu kalau Darren sampai marah seperti ini karena Aluna pergi dari kantor di jam istirahat.Alika takut jika dia dipecat, sementara ketakutan lainnya itu Aluna pasti diperlakukan tidak baik oleh Darren. Kalau saja dia punya kekuasaan, mungkin akan membela Aluna dan mengajak temannya pergi dari tempat ini. Sayangnya itu tidak bisa, dia sadar diri di mana tempatnya saat ini. Darren menegakkan punggung dan menatap Alika dengan nyalang. Gadis itu kembali meneguk saliva dengan susah payah. Jantungnya berdetak dengan sangat kencang, seolah tengah menunggu pengadilan untuknya sendiri. Sementara itu, Aluna hanya bisa di luar ruangan. Dia bahkan tak bisa mendengar percakapan mereka sebab

    Last Updated : 2024-10-15
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 130 Tawaran untuk Alika

    "Syarat? Syarat apa, Pak?" tanya Alika dengan suara bergetar.Dia takut kalau Darren ingin melakukan sesuatu yang membuatnya menyesal. Darren tersenyum miring. Dia lalu penduduk tegak sembari memperlihatkan kalau dirinya benar-benar ingin mengatakan sesuatu yang serius kepada gadis ini. "Aku akan menaikkan gajimu dua kali lipat.""Apa?!"Alika tersentak. Dia bahkan membulatkan mata tak percaya. "Bapak yakin?""Iya, aku akan memberikanmu gaji dua kali lipat dan tidak akan dipecat. Kalau perlu kamu akan mendapatkan tunjangan yang lebih lagi jika kamu mengikuti semua syarat dariku." Mendengar kalimat terakhir itu Alika langsung terdiam. Hati yang sebelumnya sempat kaget dan jumawa, jadi berpikiran aneh-aneh tentang apa yang akan diminta oleh Darren. "Memang syaratnya apa, Pak?" tanya Alika lagi, masih dengan ketakutan."Kamu cukup jadi mata-mataku." "Hah?"Alika semakin bingung. Dia jadi berpikiran kalau pria ini ingin membuat dirinya menjadi mata-mata untuk perusahaan lain, tetapi

    Last Updated : 2024-10-21
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 131 Kesepakatan Darren dan Alika

    “Di-dipecat, Pak?” tanya Alika, takut membayangkan kalau dia kesulitan dan mencari kerjaan yang begitu sulit di zaman sekarang, membuat Alika meneguk air liurnya dengan susah payah. Dia kebingungan, tapi itu membuat Darren puas. Pria itu yakin Alika tidak akan berani melawan perkataannya jika sudah kata pecat keluar dari mulut sang pria. "Tapi, Pak--" "Itu pilihanmu. Kamu tinggal menjawabnya sekarang. Bagaimana?"Alika cukup lama berpikir, membuat Darren kesal juga. "Kalau kamu memang masih diam saja, sebaiknya keluar dan silakan ambil pesangonmu!" "Tidak, tidak. Baik, saya akan mengikuti kata Bapak. Tapi, tolong jangan sakiti Aluna, ya." Darren menaikan sebelah alisnya, kebingungan dengan apa yang dikatakan oleh gadis ini."Apa maksudmu?"Dengan perasaan canggung Alika memainkan jari jemari di bawah meja, takut jika salah bicara lagi. "Iya, Pak. Aluna itu gadis yang baik. Dia benar-benar belum pernah berpacaran dengan siapa dengan pun. Mungkin Bapak yang pertama bagi Aluna. Sa

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 154 Manusia Transparan

    Aroma makanan yang menyerang itu membuat rasa lapar semakin menjadi. Bahkan suara perutnya terdengar. Gadis itu meringis sembari memegangi perut. Kalau sudah begini, apakah dia harus menyerah untuk keluar? Tetapi bagaimana kalau ternyata benar Darren ada di sana? Yang ada dia gengsi dan malu sendiri, sebab tahu kalau dirinya kabur tanpa pamit kepada bosnya. Bagaimanapun Darren itu adalah bosnya sendiri. Pasti akan ada kata-kata yang membuat Aluna kembali merasa sakit hati, tapi kalau diam saja pun dia pasti akan kelaparan dan entah sampai jam berapa pria itu akan ada di sini. Darren melihat ke sekitar, berharap kalau Aluna datang. Tetapi tidak juga keluar. Dia berbisik kepada mertuanya, apakah rencana yang tadi itu berhasil atau tidak."Aluna belum keluar, Bu?" tanya Darren memastikan."Sudah tenang aja, sebaiknya kamu makan, ya?" Amalia terlihat santai.Dia malah menyendokan makanan di piring menantunya. Sebab Amalia mengatakan kalau Aluna pasti akan keluar. Entah cepat atau lambat

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 153 Taktik Amalia

    Entah berapa lama Aluna menunggu di kamar. Tetapi dia kesel dan juga lapar kalau terus-terusan berada di kamar. Masalahnya gadis itu tidak mendengar suara mobil Darren menjauh, artinya sang suami masih ada di sini.Kalau begitu, dia terjebak di kamar dan tidak bisa ke mana-mana. Lalu, bagaimana dengan urusan perut? Cacing-cacing yang ada di perutnya juga sudah protes untuk diberi makan.Gadis itu mencoba mencari sesuatu di kamarnya, mungkin saja ada camilan atau setidaknya permen yang bisa dikunyah. Tetapi tak ada, sejak pernikahan dirinya kamar ini sudah benar-benar dibersihkan oleh ibunya dan yang tertinggal hanya barang-barang milik pribadi. Gadis itu menghela napas pelan, tak tahu apa yang harus dilakukan kalau sudah begini. Sementara itu Amalia saat ini sedang sibuk di dapur. Dia berusaha untuk memasak apa pun yang spesial untuk menantunya, karena dia juga tahu mana mungkin Aluna kuat seharian di kamar, apalagi kalau sampai mencium aroma masakan sang wanita.Mana mungkin Aluna b

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab152 Prestasi bagi Darren

    Amalia pun tidak bisa mengelak lagi kalau Darren sudah mengatakan hal seperti itu. Dengan senyuman tulus Amalia menganggukkan kepala, tetapi tidak mengatakan kalau Aluna ada di sini.Wanita paruh baya itu memberikan isyarat kepada Darren dengan menganggukan kepala dan mengacuhkan jari jempol ke arah kamar Aluna. Seketika pria itu tersenyum. Dia mengerti apa yang dikatakan oleh Amalia. Dengan suara pelan Amalia pun memberikan wejangan kepada menantunya itu. "Sepertinya dia masih merajuk. Kalau kamu mau, tunggu saja sampai sore di sini. Ibu akan siapkan kamar lagi di sini, kalau perlu kamu menginap saja. Lagi pula Aluna mana mungkin bisa tahan seharian di kamar. Bagaimana?"Mendengar itu Darren terdiam. Dia benar-benar takut dengan apa yang dikatakan oleh mertuanya. Pria itu pikir Amalia akan marah besar karena tahu mereka bertengkar. Padahal baru dua hari menjadi suami istri, tapi semua di luar dugaan. Amalia bahkan begitu bijak memberikan solusi terbaik. "Ibu tidak akan ikut campur

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 151 Mencari Aluna (2)

    "Kamu mau makan sesuatu?" tanya Amalia saat melihat Aluna yang hanya berdiam diri."Tidak, Bu. Aku hanya istirahat sebentar, kok," ucap gadis itu. "Ya, sudah kalau begitu. Sebaiknya kamu ke kamar saja." Aluna setuju. Mungkin memang sebaiknya dia menjernihkan pikiran sebentar di dalam kamar, tempat ternyaman yang tidak ada siapapun mengganggu. Baru juga 10 menit wanita itu tiduran di kamar, tiba-tiba saja suara deru mobil terparkir di depan rumah Amalia. Sang wanita paruh baya langsung melihat dan yang keluar dari mobil ternyata Darren. Dengan cepat wanita itu menyambut kedatangan menantunya."Nak Darren? Tumben ke sini? Memang sudah pulang kerja?" tanya Amalia.Sebenarnya dia hanya basa-basi, sebab tahu kalau menantunya ini pasti akan menjemput Aluna. Tetapi dia tidak mau ikut campur terlalu jauh. Kalaupun memang ada masalah, biarkan saja seperti ini. Lagi pula mereka sudah berumah tangga, hal yang wajar jika ada pertengkaran kecil. Berharap ini tidak akan membuat hubungan mereka m

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 150 Mencari Aluna (1)

    "Baiklah, Bu. Aku tidak akan menginap Aku hanya ingin istirahat di sini aja, boleh?" tanya Aluna, akhirnya memilih untuk mengalah. Dia tidak mau membuat ibunya semakin kepikiran. Aluna yakin, ibunya pasti mengatakan hal itu untuk meminimalisir pertengkaran antara dirinya dan Darren. Bisa gawat juga kalau Danita bertengkar dengan Amalia karena mengizinkan seorang menantu kabur dari rumah mertua tanpa mengatakan apa-apa. "Baiklah kalau begitu. Sebaiknya kamu duduk saja dulu. Istirahatlah sebisanya. Setelah itu kamu kembali kepada suamimu, ya?" ucap Amalia yang membuat Aluna hanya bisa terdiam. Tampaknya sekarang dia harus mencari tempat persembunyian yang sekiranya tidak akan diketahui oleh siapa pun, terutama Darren. Karena kalau dia pergi ke rumah ibunya ataupun bersama dengan Alika, itu pasti akan mudah sekali terbaca oleh Darren. Gadis itu menghela napas panjang dan memilih untuk menyandarkan punggung. Dia akan istirahat dan menenangkan pikiran dulu, sampai benar-benar tahu baga

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 149 Bersembunyi

    Sudah 10 menit berlalu, tapi tidak ada kabar dari Aluna. Darren mulai uring-uringan. Dia sudah berusaha untuk meminta Alika mencari Aluna, sayangnya belum juga ketemu. Kalau sudah begini maka kejadiannya akan benar-benar membuat Darren bahaya. Bagaimana kalau Danita tahu kejadian tadi? Bisa-bisa dia akan dimarahi habis-habisan, lebih parahnya warisan yang seharusnya milik Darren akan dibekukan. Membayangkannya saja membuat Darren tak kuasa, apalagi kalau jadi kenyataan. Darren mengerang dan mengacak-ngacak rambut yang sudah disusun rapi. "Ah, sial! Kalau sudah begini, aku harus turun tangan sendiri," ucap pria itu. Dia pun tidak mau menunggu kabar dari Alika ataupun Amarudin, dia akan mencari Aluna bagaimanapun caranya Darren harus bertemu dengan Aluna dan membawa gadis itu pulang. Sementara itu, Aluna sama sekali tidak kembali ke kantor dan memilih untuk pulang ke rumah ibunya. Dia akan berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan ibunya, berharap kalau di sana mendapat ketenang

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 148 Bahan Gosip

    "Lo tahu ngga? Tadi itu Bu Aluna keluar dari ruangan Pak Darren dengan wajah marah. Terus tak lama kemudian Pak Darren juga keluar, dia malah kebingungan." Tak sengaja Alika mendengar pembicaraan salah satu rekan kerjanya yang tempat duduknya bersebelahan dengan dia. Sontak Alika pun menoleh dengan alis saling bertautan. "Tunggu, tunggu, tunggu! Kalian berdua lagi ngomongin apa?" tanya Alika membuat kedua wanita itu langsung menoleh. "Ini temen lo tuh, Aluna. Katanya udah keluar dari kantor Pak Darren dengan wajah marah. Apa mereka bertengkar, ya?" tanya salah satu di antara mereka kepada Alika, membuat sang gadis kaget. "Salah lihat kali," ucap Alika, karena nggak mau sampai salah bicara atau diam saja. Takut jika rekan-rekan kerjanya berpikiran macam-macam terhadap dua orang itu. "Mana mungkin salah lihat! Orang gue lihat sendiri, kok," timpal salah satunya yang sedang berdiri. "Bu Aluna kan teman lo, apa nggak sebaiknya lo cari tahu? Jangan-jangan mereka sedang bertengkar ata

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab147 Salah Ucap

    Darren dan Aluna saling pandang. Pria itu tampaknya benar-benar baru sadar apa yang sudah dikatakannya barusan. Apalagi melihat Aluna yang marah dengan wajah memerah, dia itu juga melihat kalau sang gadis mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Ini bahaya. Jika seorang Aluna bisa marah seperti ini, artinya dia sudah keterlaluan mengatakan hal tadi. "Aluna, dengarkan aku dulu. Tadi itu--" "Nggak, Pak. Cukup! Saya sudah mengerti. Bapak menilai saya serendah itu. Padahal Bapak sendiri yang membuat aturan, tapi Bapak yang melanggarnya. Harusnya Bapak sadar, kalau bukan karena saya mungkin saat ini Bapak masih dikejar-kejar untuk mencari jodoh." "Iya, aku tadi salah. Aku benar-benar minta maaf dan tidak sengaja mengatakan itu." "Tidak sengaja, Pak? Bapak spontan mengatakan itu sambil tertawa. Itu membuat harga diri saya diinjak-injak." "Loh, aku tidak menginjak harga dirimu. Aku benar-benar menghormatimu, bahkan aku khawatir terjadi sesuatu kepadamu. Sampai mencari ke mana-mana."Al

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab146 Bapak Pikir Lucu?!

    Darren langsung memundurkan tubuhnya, tapi dia masih menatap gadis itu dengan tajam. Entah kenapa reaksi yang diberikan oleh Darren membuat Aluna ketakutan sendiri. Mungkinkah pria itu tahu kalau dirinya tidak ada di pantry saat itu. "Jangan bohong! Aku tadi ke pantry dan tidak ada siapa-siapa." Seketika Aluna hanya bisa terdiam, suaranya tidak keluar sama sekali menandakan kalau dirinya benar-benar sudah terpojok. Gadis itu merutuki diri, tapi juga tidak tahu harus berbuat apa-apa. Sebab dirinya malu jika berhadapan dengan Darren. Saat ini saja kalau Darren tidak memberikan ekspresi marah, mungkin kelebatan saat mereka melakukan adegan ciuman itu akan kembali terulang. "Katakan, Aluna. Kenapa kamu menghindariku? Apa gara-gara aku menciummu?"Tubuh Aluna menegang. Wajahnya saat ini benar-benar memerah. Haruskah Darren mengatakan hal seperti itu di depan gadis yang belum pernah tersentuh oleh pria manapun? Ini memalukan untuk Aluna. Gadis itu sampai menunduk karena malu. Melihat r

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status