Home / Romansa / Istri Bayaran Sang CEO / Bab 127 Aturan Baru dari Darren

Share

Bab 127 Aturan Baru dari Darren

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2024-10-12 19:43:50

Darren menghela napas kasar. Dia berdiri, lalu mendekat secara perlahan kepada Aluna. Gadis itu meneguk saliva dengan susah payah melihat pergerakan sang suami.

Dari raut wajahnya terlihat sekali kalau hawanya itu tidak mengenakan. Dia takut kalau pria itu semakin marah kepadanya.

Bisa seperti ini tampaknya Aluna baru sadar kalau dia sudah berbuat keliru dengan mengatakan hal yang tidak semestinya.

"Jadi, menurutmu kalau aku adalah suami di atas kertas, aku tidak punya hak atas dirimu, begitu?"

Aluna kembali meneguk saliva dengan susah payah. Tetapi dia harus mengatakan semua yang ada di pikirannya, tidak mau terus tertindas oleh Darren apalagi kontraknya 3 tahun ke depan. Bisa-bisa tubuh Aluna kurus kering karena harus terus-terusan mengikuti kemauan Darren.

"Ya, sesuai dengan yang dikatakan Bapak. Selama di depan orang, kita terlihat romantis. Tetapi di belakang, aku adalah bawahan Bapak."

Mendengar itu langkah Darren terhenti. Sepertinya dia mulai sadar kalau perjanjiannya dulu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 128 Maura Tak Berdaya

    "Tapi, Bapak janji, ya. Kalau saya menyebutkan namanya Bapak jangan memecatnya.""Itu kan tergantung kamu. Kalau kamu tidak berbuat yang aneh-aneh, aku juga tidak akan memecatnya. Memang siapa dia?" "Yang jelas dia itu adalah teman baik saya di sini. Saya tidak mau kalau sampai kehilangan teman baik. Bapak tahu kan kalau saya menjadi istri Bapak, pasti orang-orang kantor akan merenggang dan tidak mau deket-deket sembarangan dengan saya. Itu membuat saya tidak nyaman." Darren menautkan kedua alis, seperti sedang berpikir sejenak. "Maksud kamu Alika?"Tubuh Aluna terkesiap. Wajahnya syok, karena tak menyangka kalau Darren bisa menebak apa yang sedang diucapkannya barusan. "Kenapa kamu kaget seperti itu? Karena yang aku tahu kamu hanya dekat dengan Alika saja," ujar pria itu membuat Aluna pucat. Dia tidak tahu harus bereaksi apa dan ini benar-benar memalukan untuknya. "Bapak, tidak akan memecat Alika, kan?" tanya Maura, wajahnya sudah khawatir dan itu membuat Darren ingin sekali te

    Last Updated : 2024-10-13
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 129 Mengorek Informasi

    Alika meneguk dengan susah payah, tubunya juga merasa bergetar sebab saat ini dia sedang berhadapan dengan Darren. Tangannya terasa dingin, ketakutan sudah menyergap. Seharusnya dia tidak menerima tawaran Aluna untuk pergi ke kafe yang jauh, tetapi ini juga bukan kesalahan temannya itu. Sebab tidak ada yang tahu kalau Darren sampai marah seperti ini karena Aluna pergi dari kantor di jam istirahat.Alika takut jika dia dipecat, sementara ketakutan lainnya itu Aluna pasti diperlakukan tidak baik oleh Darren. Kalau saja dia punya kekuasaan, mungkin akan membela Aluna dan mengajak temannya pergi dari tempat ini. Sayangnya itu tidak bisa, dia sadar diri di mana tempatnya saat ini. Darren menegakkan punggung dan menatap Alika dengan nyalang. Gadis itu kembali meneguk saliva dengan susah payah. Jantungnya berdetak dengan sangat kencang, seolah tengah menunggu pengadilan untuknya sendiri. Sementara itu, Aluna hanya bisa di luar ruangan. Dia bahkan tak bisa mendengar percakapan mereka sebab

    Last Updated : 2024-10-15
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 130 Tawaran untuk Alika

    "Syarat? Syarat apa, Pak?" tanya Alika dengan suara bergetar.Dia takut kalau Darren ingin melakukan sesuatu yang membuatnya menyesal. Darren tersenyum miring. Dia lalu penduduk tegak sembari memperlihatkan kalau dirinya benar-benar ingin mengatakan sesuatu yang serius kepada gadis ini. "Aku akan menaikkan gajimu dua kali lipat.""Apa?!"Alika tersentak. Dia bahkan membulatkan mata tak percaya. "Bapak yakin?""Iya, aku akan memberikanmu gaji dua kali lipat dan tidak akan dipecat. Kalau perlu kamu akan mendapatkan tunjangan yang lebih lagi jika kamu mengikuti semua syarat dariku." Mendengar kalimat terakhir itu Alika langsung terdiam. Hati yang sebelumnya sempat kaget dan jumawa, jadi berpikiran aneh-aneh tentang apa yang akan diminta oleh Darren. "Memang syaratnya apa, Pak?" tanya Alika lagi, masih dengan ketakutan."Kamu cukup jadi mata-mataku." "Hah?"Alika semakin bingung. Dia jadi berpikiran kalau pria ini ingin membuat dirinya menjadi mata-mata untuk perusahaan lain, tetapi

    Last Updated : 2024-10-21
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 131 Kesepakatan Darren dan Alika

    “Di-dipecat, Pak?” tanya Alika, takut membayangkan kalau dia kesulitan dan mencari kerjaan yang begitu sulit di zaman sekarang, membuat Alika meneguk air liurnya dengan susah payah. Dia kebingungan, tapi itu membuat Darren puas. Pria itu yakin Alika tidak akan berani melawan perkataannya jika sudah kata pecat keluar dari mulut sang pria. "Tapi, Pak--" "Itu pilihanmu. Kamu tinggal menjawabnya sekarang. Bagaimana?"Alika cukup lama berpikir, membuat Darren kesal juga. "Kalau kamu memang masih diam saja, sebaiknya keluar dan silakan ambil pesangonmu!" "Tidak, tidak. Baik, saya akan mengikuti kata Bapak. Tapi, tolong jangan sakiti Aluna, ya." Darren menaikan sebelah alisnya, kebingungan dengan apa yang dikatakan oleh gadis ini."Apa maksudmu?"Dengan perasaan canggung Alika memainkan jari jemari di bawah meja, takut jika salah bicara lagi. "Iya, Pak. Aluna itu gadis yang baik. Dia benar-benar belum pernah berpacaran dengan siapa dengan pun. Mungkin Bapak yang pertama bagi Aluna. Sa

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 132 Hukuman untuk Aluna

    "Aluna, masuk!"Suara bariton dari dalam membuat Aluna terkesiap. Dia meneguk saliva dengan susah payah. Padahal dari tadi dirinya berusaha untuk menghindari Darren dan di luar saja. Walaupun memang banyak pekerjaan, dia tidak peduli. kKarena dirinya benar-benar takut jika sang suami marah besar kepadanya. "Aluna, aku bilang masuk! Kalau kamu tidak masuk, hari ini juga Alika aku pecat!" Mendengar itu, sang gadis terkesiap dan langsung masuk. Jantungnya berdetak dengan sangat kencang kala melihat Darren tengah duduk membelakanginya. Bahkan gadis itu gemetar sekali.Dia sangat takut jika terjadi sesuatu kepadanya, karena Darren sudah membuat Aluna begitu ngeri dengan sikap dan suara itu.Tak lama kemudian Darren memutar kursi kebesarannya dan terlihat jika wajah sang pria tampak kesal. Tatapannya begitu tajam. Biasanya ini terjadi jika Darren sedang amarah. Saat masih jadi asistennya dan belum menikah, Aluna hafal betul jika bosnya ini kalau sudah memasang ekspresi seperti itu artin

    Last Updated : 2024-11-01
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 133 Bapak itu Tua!

    Aluna terdiam sejenak. Dia berusaha memilih kata-kata yang tepat untuk memberikan alasan, kenapa tidak mau memanggilnya Pak. "Sebenarnya, banyak alasannya, sih. Tapi sepertinya Bapak tidak usah tahu." "Kenapa? Kalau memang ada alasan, katakan saja." "Ya, saya takut Bapak marah dan malah menghukum saya lebih parah lagi." "Justru kalau kamu tidak mengatakannya, aku akan memberikan hukuman tiga kali lipat lebih dari sekedar mengganti panggilan." Mendengarnya Aluna terkesiap. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kalau seperti ini, tidak ada pilihan lain kecuali mengatakan apa yang dipikirkannya. "Begini, Pak. Pertama, usia Bapak itu lebih matang dari saya, jadi rasanya tidak pantas saja kalau misalkan saya memanggil Bapak dengan sebutan Mas." "Apa?!" Darren langsung berdiri, membuat Aluna terkesiap. "Jadi, menurutmu secara tidak langsung aku ini tua?"Dengan susah payah Aluna berusaha tenang. Dalam hati merutuk, tentu saja pria ini tua. 'Apa dia tidak sadar diri dengan usia

    Last Updated : 2024-11-03
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 134 Hancur Bersamaan

    Saat ini Siska berjalan gontai memasuki kontrakan. Dia benar-benar tidak menyangka kalau akhirnya seperti ini. Padahal sudah dibayar besar oleh pihak perusahaan rival dari perusahaannya Darren, tetapi pada akhirnya semua harus hancur gara-gara perseteruannya dengan Aluna. Di sini Aluna yang salah, kenapa dia yang dipecat? Mentang-mentang istri bosnya. Seharusnya Darren yang bersikap adil dan bijaksana, begitu pikir Siska. Sang wanita pun merebahkan diri di kasur sembari melihat langit-langit. Dia tidak tahu harus berbuat apa, pasti sebentar lagi dirinya akan dicari oleh perusahaan yang mempekerjakan wanita itu. Entah akan dipecat atau diberikan hukuman, yang pasti Siska harus segera mengakhiri semua ini dengan cara pergi dari sini secepatnya. Di saat seperti itu, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Di sana ada nama Andri. Dengan cepat sang wanita menerima panggilan dari kekasihnya. "Halo, Mas. Kamu di mana? Aku tadi cari-cari kamu di kantor. Tapi, tidak ada.""Diam!" seru Andri den

    Last Updated : 2024-11-08
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 135 Ancaman untuk Andri

    Siska mengepalkan kedua tangan dengan sangat erat. Dia benci dengan perkataan yang dilontarkan oleh Andri. mMeskipun memang dia tidak perawan saat melakukan hubungan itu dengan sang pria, harusnya Andri sadar diri kalau selama mereka berhubungan hanya dengan Andri lah Siska tidur. Tetapi ternyata pria itu sama sekali tidak memedulikannya dan malah mengejek wanita itu. "Iya, Mas. Memang aku akui, aku tidak perawan saat tidur denganmu. Tapi saat aku menjadi pacarmu, aku hanya melakukannya denganmu, Mas. Jadi, memang kamu yang harus bertanggung jawab!"Dari seberang sana terdengar tawa Andri yang begitu keras, membuat Siska bingung sendiri. "Itu mimpimu saja, Siska. Aku tidak akan pernah bertanggung jawab atas apa pun yang aku lakukan! Bukankah kita sama-sama saling suka? Kecuali aku merudapaksa kamu, itu baru aku akan bertanggung jawab." Mendengarnya Siska marah besar. Dia ingin sekali menampar pria itu. Sayangnya, tidak bisa karena mereka berjauhan."Kurang ajar kamu, Mas! Kamu ben

    Last Updated : 2024-11-12

Latest chapter

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 148 Bahan Gosip

    "Lo tahu ngga? Tadi itu Bu Aluna keluar dari ruangan Pak Darren dengan wajah marah. Terus tak lama kemudian Pak Darren juga keluar, dia malah kebingungan." Tak sengaja Alika mendengar pembicaraan salah satu rekan kerjanya yang tempat duduknya bersebelahan dengan dia. Sontak Alika pun menoleh dengan alis saling bertautan. "Tunggu, tunggu, tunggu! Kalian berdua lagi ngomongin apa?" tanya Alika membuat kedua wanita itu langsung menoleh. "Ini temen lo tuh, Aluna. Katanya udah keluar dari kantor Pak Darren dengan wajah marah. Apa mereka bertengkar, ya?" tanya salah satu di antara mereka kepada Alika, membuat sang gadis kaget. "Salah lihat kali," ucap Alika, karena nggak mau sampai salah bicara atau diam saja. Takut jika rekan-rekan kerjanya berpikiran macam-macam terhadap dua orang itu. "Mana mungkin salah lihat! Orang gue lihat sendiri, kok," timpal salah satunya yang sedang berdiri. "Bu Aluna kan teman lo, apa nggak sebaiknya lo cari tahu? Jangan-jangan mereka sedang bertengkar ata

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab147 Salah Ucap

    Darren dan Aluna saling pandang. Pria itu tampaknya benar-benar baru sadar apa yang sudah dikatakannya barusan. Apalagi melihat Aluna yang marah dengan wajah memerah, dia itu juga melihat kalau sang gadis mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Ini bahaya. Jika seorang Aluna bisa marah seperti ini, artinya dia sudah keterlaluan mengatakan hal tadi. "Aluna, dengarkan aku dulu. Tadi itu--" "Nggak, Pak. Cukup! Saya sudah mengerti. Bapak menilai saya serendah itu. Padahal Bapak sendiri yang membuat aturan, tapi Bapak yang melanggarnya. Harusnya Bapak sadar, kalau bukan karena saya mungkin saat ini Bapak masih dikejar-kejar untuk mencari jodoh." "Iya, aku tadi salah. Aku benar-benar minta maaf dan tidak sengaja mengatakan itu." "Tidak sengaja, Pak? Bapak spontan mengatakan itu sambil tertawa. Itu membuat harga diri saya diinjak-injak." "Loh, aku tidak menginjak harga dirimu. Aku benar-benar menghormatimu, bahkan aku khawatir terjadi sesuatu kepadamu. Sampai mencari ke mana-mana."Al

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab146 Bapak Pikir Lucu?!

    Darren langsung memundurkan tubuhnya, tapi dia masih menatap gadis itu dengan tajam. Entah kenapa reaksi yang diberikan oleh Darren membuat Aluna ketakutan sendiri. Mungkinkah pria itu tahu kalau dirinya tidak ada di pantry saat itu. "Jangan bohong! Aku tadi ke pantry dan tidak ada siapa-siapa." Seketika Aluna hanya bisa terdiam, suaranya tidak keluar sama sekali menandakan kalau dirinya benar-benar sudah terpojok. Gadis itu merutuki diri, tapi juga tidak tahu harus berbuat apa-apa. Sebab dirinya malu jika berhadapan dengan Darren. Saat ini saja kalau Darren tidak memberikan ekspresi marah, mungkin kelebatan saat mereka melakukan adegan ciuman itu akan kembali terulang. "Katakan, Aluna. Kenapa kamu menghindariku? Apa gara-gara aku menciummu?"Tubuh Aluna menegang. Wajahnya saat ini benar-benar memerah. Haruskah Darren mengatakan hal seperti itu di depan gadis yang belum pernah tersentuh oleh pria manapun? Ini memalukan untuk Aluna. Gadis itu sampai menunduk karena malu. Melihat r

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 145 Akhirnya Harus Bertemu

    Aluna memejamkan mata. Benar kata Alika. Dia tidak mungkin menghindari Darren, sebab satu ruangan dan juga satu rumah. Akhirnya Aluna menghela napas panjang sembari memejamkan mata. Berusaha untuk tenang. Ini menyangkut temannya, tidak mungkin kalau misalkan dia terus-terusan menghindar dari Darren, yang akan kena tetap saja Alika. "Oke, kalau gitu gue harus kembali ke tempat gue." "Nah, bagus seperti itu! Ya, sudahlah. Lagian kalau misalkan lo malu sama suami lo sendiri, diam saja. Lo tinggal berusaha untuk ngelupain kejadian itu.""Ya, nggak bisa kayak gitu dong, Alika.""Ya, terus gue harus gimana? Lo kan nggak bisa tiap hari menghindar. Sudah, pokoknya lo hadapin kenyataan itu. Lagian kan baru satu kali, mungkin ada yang kedua, yang ketiga." "Apa?!" Aluna melotot, kembali terperangah. Membuat Alika tertawa. Setelah itu sang gadis pun memilih untuk pergi dari hadapan temannya. Dia harus menyelesaikan tugas. Kalau misalkan tugasnya diselesaikan oleh orang lain, bisa-bisa akan me

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 144 Menghindar (3)

    Entah sudah berapa lama Darren mondar-mandir di depan Alika. Sebenarnya ingin mengajukan protes dan keluar dari ruangan ini, tentu saja karena pekerjaannya sudah banyak. Bahkan makan siangnya tadi tidak selesai sebab Darren tiba-tiba saja menyuruhnya ke kantor. Sekarang malah melihat bosnya mondar-mandir tak jelas dengan wajah bingung serta kusut.Darren mengusap kasar rambutnya dan mengerang keras. Alika sampai terduduk tega karena kaget mendengar itu. Sang pria menoleh kepada Alika, lalu berkacak pinggang. Membuat gadis itu meneguk saliva dengan susah payah, karena takut jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan. "Begini saja, kamu pastikan Aluna pergi ke mana." "Apa?! Jadi, maksudnya saya harus mencari Aluna?""Betul!" "Tapi, Pak. Bagaimana dengan kerjaan saya?" "Gampang, aku akan menyuruh orang untuk mengerjakan sisa kerjaanmu." "Tapi, Pak--" "Diam, Alika! Jangan protes apa-apa lagi. Kamu dengar kan perkataanku tempo hari? Kamu harus melakukan apa saja agar memberikan informa

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 143 Menghindar (2)

    Tak lama kemudian akhirnya Alika pun datang ke kantor Darren. Dia melihat ke sekitar, tak mendapati Aluna. Gadis itu langsung meneguk saliva dengan susah payah, ini pasti gara-gara Aluna yang tiba-tiba saja pergi saat dihampiri oleh bosnya. Dia benar-benar merutuki, kenapa harus dirinya yang terlibat dalam masalah ini? Namun, mau bagaimana lagi? Menolak pun rasanya tak mungkin. Bisa-bisa pria itu akan memecatnya dan mem-blacklist Alika dari semua perusahaan yang ada di kota ini. "Duduk!" seru Darren, membuat Alika dengan rasa takut. Wajahnya tampak ketakutan dengan tubuh yang bergetar."Kamu tahu kenapa dipanggil ke sini?" Alika pura-pura menggelengkan kepala. Walaupun dia tahu, Alika tidak mau sampai salah bicara atau temannya akan dalam masalah lagi. "Baiklah, langsung saja to the point. Ke mana Aluna pergi?" "Toilet," jawab Alika langsung, membuat Darren mengerjapkan mata berkali-kali. Tak percaya. "Toilet?" tanya Darren lagi, yang langsung diangguki oleh gadis itu."Tapi, a

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 142 Menghindar (1)

    Aluna tiba-tiba saja menegang, keringat dingin bermunculan di telapak tangan dan juga sulit sekali untuk meneguk saliva. Langkah Darren semakin pasti mendekati Aluna. Dia jadi bingung harus melakukan apa, sampai tiba-tiba satu ide terlintas. "Gue mau ke toilet." Aluna tiba-tiba saja berdiri dan pergi dari hadapan Alika, membuat gadis itu syok. Begitu juga dengan Darren yang tiba-tiba saja melihat Aluna pergi dari sana. "Loh, lo mau ke mana?!" seru Alika melihat Aluna begitu cepat berjalan menjauh darinya. Sementara itu Darren juga dengan cepat berjalan mendekat kepada Alika. "Istriku mau ke mana?" tanya Darren yang tiba-tiba saja membuat Alika kaget sembari duduk dengan wajah ketakutan. "Dia mau ke mana?" tanya Darren lagi memastikan, membuat Alika tiba-tiba saja terserang syok. "Kamu kenapa diam saja?! Aku bertanya kepadamu!" seru Darren yang berhasil membuat Alika terkesiap. "Anu ... dia ke toilet," ucap Alika dengan cepat, membuat Darren mengalami syok, lalu tanpa mengataka

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 141 Ditertawakan

    "Lo jangan diem aja kayak gini, dong! Gue kan jadi bingung harus ngapain. Sebenarnya apa yang terjadi, sih? Kalau misal lo diam aja, ya udah deh gue pergi," ujar Alika, akhirnya kesel sendiri karena dari tadi Aluna hanya diam saja.Saat gadis itu hendak berdiri, Aluna langsung menarik tangan temannya untuk duduk."Oke, oke. Gue akan cerita," ucap Aluna membuat Alika akhirnya bisa bernapas lega. Aluna memberikan isyarat agar Alika mendekat kepadanya, lalu dengan perasaan campur aduk Aluna membisikkan sesuatu kepada gadis itu.Bola mata Alika membulat dengan mulut terperangah. "Lo beneran habis--""Sssttt!" Aluna langsung berdesis sembari menempelkan jari telunjuk ke bibir."Jangan keras-keras!" seru Aluna berusaha untuk melihat ke sekitar. Untunglah orang-orang yang sedang sibuk mengambil makan siangnya, jadi hanya sebagian yang menoleh lalu kembali ke aktivitas semula. Alika masih tampak syok, tapi dia tetap tenang dan mengikuti semua yang diminta oleh temannya. "Sudah jangan dis

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 140 Malu Bertemu

    Karyawan itu sudah keluar untuk tanda tangan, tetapi Aluna masih enggan untuk masuk ke ruangan Darren. Gadis itu merutuki diri. Kenapa juga harus satu lingkup ruangan dan hanya disekat tembok kecil yang terbuat dari kayu itu? Sama saja bohong!Dia benar-benar harus bisa bertemu dengan Darren. Sementara saat ini tangan dan tubuhnya terasa dingin. Jantung juga berdetak dengan sangat kencang, karena benaknya tiba-tiba saja teringat dengan kejadian tadi. Gadis itu sampai memukul-mukul kepalanya sendiri."Apa sih yang sudah aku lakukan tadi?! Ngapain juga aku ciuman sama Pak Darren?" gumamnya dengan perasaan yang sangat malu. Sungguh, ini pertama baginya. Walaupun memang Darren adalah suami Aluna, tetapi mereka sudah berjanji untuk tidak saling menyentuh. Ini benar-benar membuat dirinya kikuk sekali.Untungnya saat dia merasa kacau, tiba-tiba saja bel istirahat berbunyi. Dengan cepat Aluna pergi ke kantin. Dia sama sekali tidak masuk ke dalam untuk membereskan beberapa berkas. Sekarang ya

DMCA.com Protection Status