Di suatu malam, sekitar jam sembilan. Saat itu udara sedikit dingin dan jalan terlihat sepi. Tidak ada terlalu banyak mobil yag melintas.
Sebuah mobil putih berjalan sangat cepat. Kedua sejoli tampak bertengkar hebat."Terus mau kamu apa?" tanya Rafael sedikit emosi. Merasa tak terima karena terus disalahkan oleh tunangannya ini."Seharusnya kamu jangan meladeni wanita jalang itu, tapi kamu malah meladeninya!" ucap wanita yang bernama Lucyana itu sewot."Alah ... kamu aja yang terlalu cemburu. Kami hanya saling menyapa, dan kami juga sudah tidak ada perasaan apa-apa lagi kok!" sergah Rafael. Ekspresinya tidak bisa dibohongi akibat rasa cemburu wanita di sampingnya itu, ia mulai merasa jengah."Oh, ya? Apakah kamu yakin kalau kalian sudah tidak ada rasa lagi?" Lucyana meragukan ucapan lelaki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu."Dengar, Lucy! Itu dulu, hanya masa lalu. Kenapa kamu masih mengungkitnya sih? Lagi pula kita ini sudah bertunangan dan sebentar lagi kita juga akan menikah. Lalu kenapa kamu masih saja merasa cemburu? Jika kamu terus-terusan merasa curiga begini, lama-lama aku juga sudah tak tahan lagi, Lucy!""Oh, jadi kamu sudah merasa tidak tahan lagi bersamaku? Terus kamu ingin kembali lagi sama dia gitu?" Bukannya mereda, emosi gadis itu malah semakin meluap. Sahingga membuat Pria berusia 32 tahunan itu hampir frustasi menghadapinya."Ya, bukan seperti itu, Lucy. Ah ... sudahlah, susah ngomong sama kamu. Lama-lama aku bisa stres ngadepin kamu.""Oh, ya udah. Dari pada kamu balik lagi sama dia, mending kita mati aja sekarang!" Dengan tanpa terduga Lucy malah memegang setir yang sedang dikemudikan oleh lelaki tersebut.Sehingga membuat lelaki itu cukup syok dan kesusahan untuk mengendalikan mobil."Apa yang kamu lakukan, Lucy? Apa kamu sudah gila?" teriaknya kesal."Ya, memang aku sudah gila!"Kedua sejoli itu masih saja terus ribut di dalam mobil. Hingga ....Tooooot!Suara klakson truk membuat keduanya tersadar dan langsung panik saat melihat ada sebuah truk besar di depan mobil mereka kini. Sontak Rafael yang syok membanting setir ke sisi kanan. Namun laju mobilnya tidak stabil, mobilnya berkelok-kelok dan sedikit memutar-mutar di jalan. Dan tak lama ia pun kembali membanting setir saat ia melihat ada sebuah bus dari arah belakang melaju sedang. Kemudian ...."Aaa ...."Braakk!Mobil Rafael menabrak seorang wanita paruh baya yang akan meyebrang jalan, hingga wanita itu pun terpental cukup jauh dan tergeletak di pingir jalan.Lalu, tak cukup itu saja, mobil Rafael yang terhenti di tengah jalan itu tertabrak bus dan kemudian terpental hingga terguling-guling di udara. Dan ....Prang!Bebarengan dengan mobil Rafael yang mendarat sangat kencang dalam keadaan terbalik di tengah jalan. Mendadak saja batin Amanda sang ibu dari Rafael menjadi tak tenang, saat melihat gelas yang ia pegang tadi, tiba-tiba saja malah terlepas dari tangan dan langsung pecah berhaburan di lantai dapur."Ya Tuhan, Rafael! Ada apa ini?" pikirnya mulai resah.***Di tempat kecelakaan.Asap membumbung tinggi. Ada dua orang yang tak bergerak di dalam mobil yang terbalik dengan wajah dan tubuh terluka, cairan merah keluar dari beberapa luka akibat serpihan kaca depan dan pintu mobil yang melukai keduanya.Dua orang itu kini dalam keadaan pingsan di dalam mobil. Keadaannya cukup parah. Sangat parah. Darah menetes di dahi salah satu pengendara akibat benturan keras dengan setir, dan pelipis matanya terkena pecahan kaca. Bukan hanya itu saja, tubuh keduanya pun di penuhi serpihan kaca mobil yang pecah akibat ringseknya atap mobil dengan jalan."Tolong ... ada yang kecelakaan, cepat panggil polisi!" Salah satu pengendara dengan sigap berteriak meminta tolong dan menghampiri mobil itu. "Pak, tolong saya. Bantuin korban di dalam mobil!" Teriak laki-laki dengan jaket berwarna hitam.Sementara di sisi lain jalan raya itu juga terlihat sudah ada beberapa orang yang menghampiri wanita paruh baya yang telah tertabrak mobil tersebut. Lalu pengendara lain datang membantu, sekitar lima orang pengendara lain turun dari motor dan berusaha memecahkan kaca jendela mobil. Tampaknya agak sulit untuk di buka. Pengait kunci otomatis mobil itu macet. "Ah ... sial, macet. Susah untuk dibuka!" seru yang lainnya sedikit mengeluh dan hampir putus asa.Kecelakaan itu membuat heboh para pengendara lain yang hendak melintasi jalan itu. Semua berhenti hingga menimbulkan macet yang cukup parah. Sebab, mobil Rafael terbalik di tengah-tengah jalan. Dengan asap tebal membumbung tinggi.Polisi mulai berdatangan, suara riuh sirine menggaung keras ke seantero jalan raya. Semua melihat kejadian itu, banyak yang takut membantu, namun sebagian asik membuat video kecelakaan itu, di posting ke internet, dan ada yang membuat vidio tentang kecelakaan itu.Bukan hanya para pengendara lain yang sibuk merekan kecelakaan itu, tetapi para reporter juga sudah mulai berdatangan ikut sibuk men-shoot kejadian dan aksi memberi pertolongan para korban.Polisi mulai ikut membantu, mereka berusaha menyingkirkan pecahan kaca yang berhasil dipecahkan pengandara lain yang sudah sedari tadi sigap menolong.Salah satu korban wanita telah berhasil dikeluarkan dari mobil. Pintu pun berhasil di buka setelah polisi membobolnya dengan linggis dari petugas pemadam kebakaran yang baru saja datang. Tinggalah satu korban lagi yang belum berhasil keluar.Mereka mulai melakukan pertolongan juga padanya, mulai menarik tubuh lelaki itu pelan-pelan dari mobil. Tetapi, tubuh itu terhimpit atap mobil. Kakinya pun terjepit dashboard mobil."Ini sangat susah, kakinya terjepit, Pak!" ujar salah satu penolong dengan suka rela."Pelan-pelan Pak, bisa-bisa kakinya patah nanti!" ujar yang lainnya.Mereka tampak sibuk mengupayakan agar lelaki yang bernama Rafael itu bisa keluar dari mobil. Petugas pemadam kebakaran berusaha mengeluarkannya dari pintu sebelahnya. Kedua kaca pintu depan mobil yang dikendarainya tadi sudah pecah."Kami akan berusaha mengangkat dasboard mobilnya, setelah itu kalian coba angkat tubuh korban!" Yang lain hanya mengangguk, mengikuti intruksi petugas pemadam kebakaran itu. "1 ... 2 ... " Petugas pemadam kebakaran itu mulai berhitung."TIGAAA ...." pekiknya sangat keras.Mereka semua mengerahkan tenaganya untuk mengangkat dashboard yang menjepit paha Rafael sehingga ia sulit dikeluarkan. Polisi dan pengendara lain yang ikut membantu menolongnya menarik pelan-pelan.Namun ....Bruaakk!Dua orang pemadam kebakaran sudah kehabisan tenaga, mereka tidak kuat lagi mengangkatnya dan membuat dashboard mobil kembali turun. Sehingga membuat kaki lelaki itu kembali tertekan dashboard."Pak, hati-hati! Kasihan korbannya!" teriak salah satu Polisi. "Coba yang lainnya membantu petugas pemadam kebakaran!" perintah polisi itu.Dua pengendara lain berbadan besar mengikuti perintah polisi demi keselamatan korban. Dan mereka mulai memberi aba-aba dan berhitung kembali, memulai aksi pertolongan mereka.Sementara di bagian mobil lainnya, bensin mengucur dari dalam tangki mobil. Kabel yang terputus mengeluarkan percikan api. Lalu menyambar ke bensin yang sudah tercecer di jalanan. Semula api itu kecil, lambat laun menjalar mengikuti aliran bensin yang mengalir di jalan dan membesar. Hingga ....Duaaaar!Sebelum terjadi ledakan yang cukup keras tadi, ternyata kedua korban itu telah berhasil diselamatkan. Lalu mereka langsung membawa ketiga korban tersebut ke rumah sakit terdekat.Dan untung saja salah satu dari orang-orang yang ikut membantu para korban itu ada yang mengenali Rafael. Sehingga dengan cepat pihak rumah sakit segera menghubungi keluarganya. Setelah mendapat telepon dari rumah sakit, dengan segera orang tua dari Rafael mendatangi rumah sakit tersebut. Begitu sampai di sana, dengan penuh kecemasan, dua orang paruh baya itu berlari mendekati ke ruang resepsionis dan bertanya di mana tempat korban kecelakaan yang baru saja terjadi tadi."Sus, di mana anak saya?" tanya Amanda dengan sangat panik ia menatap seorang perawat yang sedang berjaga di sana."Maaf, Ibu. Anak Anda yang mana, ya?" jawab si suster."Itu, Sus. Yang korban kecelakaan mobil," sambar Aditama. "Oh, yang itu. Karena keadaan mereka yang sangat darurat. Mereka kini sedang berada di ruang operasi yang ada di se
Beberapa minggu kemudian.Di sebuah ruang rawat mewah pasien VVIP. Tepatnya di Rumah Sakit International Singapura, tampaklah sepasang suami istri yang sedang berdebat hebat dengan seorang pemuda tampan yang kini sedang terduduk di atas ranjang pasien. Baik pemuda ataupun pasangan suami istri itu tidak ada yang mau mengalah, mereka mempertahankan egonya masing-masing hingga seperti tidak ada jalan keluar."Pokoknya, Mama gak mau tau. Kamu harus menikah dengan Raysa, titik!" ucap Amanda. Wanita paruh baya itu memberi perintah yang tak bisa terbantahkan pada anak semata wayangnya."Ta-tapi, Mah--" Rafael nama si pemuda itu, ingin membatahnya dan tentu saja ia tidak setuju dengan rencana konyol dari kedua orang tuannya ini."Gila, kenapa aku harus menikah dengan anak seorang pelayan, apa kata orang nanti? Yang ada semua orang pasti akan mencemooh dan merutukiku. Karena tunanganku saja sedang mengalami koma gara-gara aku. Masa aku malah menikah dengan orang lain. Bukankah ini terlalu jaha
Di sebuah rumah yang terlihat sangat mewah dan megah. Tampak dua orang gadis yang sedang terduduk di ruang tamu menunggu sang tuan rumah untuk datang menemuinya. Dua gadis beda usia itu adalah kakak beradik, anak dari Laela Sari mantan pelayan di rumah tersebut.Amanda dan Aditama memang sengaja mengundang dua gadis tersebut untuk datang ke rumah. Karena keduanya ingin membicarakan sesuatu hal yang sangat penting dengan kedua gadis cantik itu."Hay-hay, hallo ... cantik!" sapa Amanda. Dengan senyum sumringah menyambut hangat kedua tamunya."Ya, hallo, Tuan, Nyonya. Eh, Bu Manda," jawab Raysa balas tersenyum ramah sembari bersalaman dengan sepasang suami istri itu.Begitu juga dengan adiknya yang benama Anggia Sari pun melakukan hal yang sama dengannya."Ih, jangan panggil kami Tuan ataupun Nyonya dong! Panggil saya Bunda Manda dan Pak Tama saja, ok!" kata Amanda sembari menjatuhkan bokongnya di atas sofa yang berada tepat di depan kedua gadis tersebut.Sedangkan sang suaminya pun ikut
Di dalam sebuah kamar, seorang gadis duduk terdiam di depan cermin. Di depannya ada banyak peralatan make up yang tergeletak di atas meja. Dua orang perias sibuk memoleskan eye shadaow, blush on dan lipstik di wajah gadis itu. Sedangkan orang yang satunya lagi tampak sibuk membetulkan kebaya pengantin yang dikenakan oleh calon pengantin wanita tersebut.Gadis itu tampak begitu cantik dengan kebaya pengantin berwarna perak yang menjulur panjang di bagian belakang itu, kini melekat indah di tubuh rampingnya.Saking cantiknya, sang penata rias pun takjub memandangi hasil dari mahakaryanya yang paripurna itu terlihat begitu sempurna.Dengan kulitnya yang kuning langsat ciri khas orang Indonesia, bibirnya yang tipis, hidungnya yang mancung tapi mungil. Belum lagi gigi gingsul di sebelah kanan yang menambah kesan cantik wajah gadis tersebut.Hanya dengan polesan sederhana yang terkesan natural, pada dasarnya gadis itu memang sudah cantik. Sehingga sang penata rias pun tidak perlu melakukan b
"Tidak sah! Pernikahan ini tidak sah!" Suara teriakan seorang wanita dengan penuh emosi, terdengar begitu lantang menggema ke seluruh ruang. Membuat semua orang yang berada di sana merasa terkejut dan langsung menoleh ke arah sumber suara. Di mana mereka melihat ada seorang wanita paruh baya sedang berdiri di tengah ruangan."A-amara!" Pekik Aditama dan Amanda merasa syok ketika melihat sang calon besannya itu kini telah datang ke acara pernikahan putranya ini.Begitu juga dengan Rafael yang langsung menoleh dan terbelalak ke arahnya juga. "Ta-tante Amara!" serunya.Sedangkan Raysa dan Anggia yang duduk di belakang sang kakak dengan heran dan kebingungan ikut menoleh ke arah wanita itu juga.Keaadan kini menjadi kacau, kenapa saat ijab kobul sudah selesai. Mama dari tunangan Rafael yang sedang koma itu malah datang ke sana?"Rafael, apa-apaan ini?" Wanita itu melotot tajam ke arah pengantin pria. "Kenapa kamu malah menikah dengan dia?" Teriakan wanita itu begitu menggelegar, sehingga
Wanita yang masih mengenakan kebaya pengantin itu kini tampak berdiri mematung di depan sebuah kamar. Di mana di dalam kamar tersebut ada 4 orang yang sedang berdebat hebat. Karena saking hebatnya mereka terus berdebat hingga seakan tak ada yang mau saling mengalah.Dengan wajah yang menegang, kini ke empat orang itu tengah terduduk di sebuah sofa panjang yang ada di dalam sana."Sungguh aku benar-benar tidak menyangka, kalian sungguh tega! Di saat Lucyana masih terbaring lemah dan tidak berdaya di rumah sakit, Rafael malah memilih untuk menikah dengan wanita lain," ucap Amara merasa sangat marah dan tidak terima anaknya ditinggal nikah oleh kekasihnya ini."Dengarkan penjelasanku dulu, Tante! Aku terpaksa melakukan ini semua juga demi Lucyana," sanggah Rafael. "Apa! Demi Lucyana? Cih, demi Lucyana bagaimana? Jelas-jelas kau telah menghianatinya," cibir Amara merasa muak mendengarnya. "Argh ... bagaimana ini cara ngejelasinnya?" Dengan sedikit kesal, lelaki yang masih mengenakan baj
"Tu-uan Ra-rafael!" Raysa terpekik kaget, saat melihat lelaki yang kini berstatus sebagai suaminya itu sudah berada tepat di belakang Amara. Dengan aura yang terasa sangat dingin dan menyeramkan, pria berwajah kebule-bulean itu kini menatapnya tajam. Hingga membuat gadis muda yang baru saja dinikahinya itu menelan ludah kasar. Dalam seketika ia menjadi panik dan juga glagapan, bingung akan berkata apa."Eh, kebetulan kamu ada di sini, Raf. Ini loh, masa si gadis kampungan ini tiba-tiba saja marah-marah gak jelas gitu sama Tante," adu Amara, dengan penuh kebencian ia melirik sinis ke arah Raysa.Dengan cengohnya gadis berkebaya pengantin itu langsung melongo dibuatnya. Sungguh ia tidak mengira kalau wanita itu pintar sekali memutarbalikan fakta. Dan tentu saja ia ingin segera menyanggahnya. Namun, baru saja ia akan membuka mulut, terlebih dahulu wanita paruh baya itu kembali berkata. "Udah gitu dia tadi ngusir aku dan ngelarang aku buat datang lagi ke sini, Rafa." Dengan memasang wa
Sontak gadis itu langsung diam mematung tak bergeming di tempatnya. Niat hati ingin membantu malah perlakuan kasar yang ia dapatkan dari laki-laki tersebut. "Cih, galak banget sih dia. Ganteng sih ganteng. Tapi galaknya minta ampun. Mak-mak di komplek sebelah aja kalah galak sama nih orang." Dengan jengah, dalam hati Raysa ngedumel kesal."Aku tak butuh bantuanmu!" lanjut Rafael. Dengan pandangan merendahkan, ia pun tersenyum sinis. "Kau pikir dengan cara kau bersikap pura-pura sok baik dan sok perhatian kepadaku bisa membuatku luluh. Jangan mimpi kamu! Sampai kapanpun juga aku tidak akan pernah mau menerima pernikahan ini," tandasnya ketus. Sembari mendengus kesal, gadis bermata bulat itu memutar bola mata sangat malas menaggapinya. Lalu dengan lesu ia menjatuhkan bokongnya di pinggir ranjang. "Ya, aku tau, Tuan. Jika kau terpaksa melakukan pernikahan ini. Sama aku pun juga terpaksa harus menerima permintaan Bunda yang dengan sangat memohon kepadaku agar mau menjadi pengantin seman
Setelah makan malam, Amanda dan Aditama sengaja ingin mengajak Raysa untuk mengobrol di ruang tengah. Sementara Anggia lebih memilih untuk beristirahat di kamar.Terlihat kedua paruh baya itu kini sedang terduduk santai di sebuah sofa panjang yang membentang di tengah ruangan. Sedangkan Raysa masih berada di dapur ingin membuatkan minuman hangat untuk keduanya.Kepada pelayan Raysa sempat menanyakan minuman apa yang biasanya disukai oleh kedua mertuanya. Setelah tau, dengan segera ia langsung membuatnya. Lalu dengan membawa nampan, gadis bergaun krem itu berjalan menghampiri keduanya."Pah, Bunda. Ini Raysa buatkan minuman hangat untuk kalian." Dengan satu per satu gadis berambut ikal sebawah bahu itu meletakan tiga cangkir teh hangat di atas meja. Tidak lupa ia juga membawa sepiring kue basah sebagai cemilan dan teman mereka mengobrol."Oh, terimakasih, Sayang. Kamu ini tau aja, kalau Bunda lagi pingin teh hangat," ucap Amanda tersenyum lembut padanya."Iya, Bunda. Tadi Raysa sempat
Keesokan harinya.Scarlett Salon, itulan nama Salon kecantikan tempat Raysa bekerja dulu. Sudah berapa tahun yang lalu ia telah bekerja di sana.Pada awalnya sebagai karyawan baru, ia ditugaskan untuk membantu para penata rias atau hairstyallis untuk menyiapkan dan membersihkan semua alat make up yang mereka gunakan.Seiring berjalannya waktu ia bekerja di sana, ia pun diajari bagaimana cara menjadi karyawan di tempat itu. Mulai dari cara mencuci rambut, merawat kuku dan lain sebagainya yang berhubungan dengan semua pelayanan di salon tersebut.Namun, sekarang ia sudah tidak perlu repot-repot lagi untuk melakukan semua itu. Karena sekarang ia sudah menjadi menantu dari anak seorang pengusaha kaya pemilik pabrik, PT pembuatan makanan kering yang cukup tersohor di negeri ini.Sekarang dirinya tak perlu bekerja di salon itu lagi. Karena sesuai dengan apa yang direncanakan oleh adik dan ibu mertuanya, kini ia malah diajak untuk melakukan perawatan di sana. Sehingga membuatnya merasa ragu
"Oh, jadi itu sebabnya Bunda sampai membenci Tante Amara?" kata Anggia.Raysa menganggukan kepala. "Ya, makanya Bunda gak setuju jika si Om galak itu sampai menikah dengan Lucyana.""Hah, Om galak? O-om gakak siapa, Mbak?" Gadis berkaos putih itu mengerutkan dahi kebingungan."Ya-ya Tuan Rafael-lah, Gia!" jawab Raysa mendengus kesal."Oh, ja-jadi Mbak panggil Kak Rafael siapa tadi? O-OM galak? Bhahaha .... " Tawa gadis muda bermata bulat itu langsung pecah, geli mendengar panggilan mesrah kakaknya untuk suaminya."Ya, terus aja deh, kamu tertawa!" Sembari memutar bola mata malas, Raysa memanyunkan wajah."Hahaha ... ya maaf, Mbak. Habisnya lucu sih. Masa suami sendiri dipanggil Om galak." Sambi terus menahan tawa, Anggia membekap mulutnya yang masih ingin terus ngakak."Ya biarin. Lah, orang bener dia, 'kan emang udah om-om. Mana galak banget lagi. Jadi, ya aku panggil dia Om galak aja," jawab Raysa ketus."Ok-ok, terserah Mbak aja deh, mo panggil dia apa. Tapi yang jelas jika Bunda d
Di balkon, terlihat Raysa duduk melamun sedang memikirkan bagaimana nasib pernikahannya nanti. Karena jujur saja, sebenarnya ia merasa tak nyaman dengan pernikahan yang memang sangat terpaksa ini.Andai saja ini bukanlah permintaan dari Bu Amanda, mungkin ia akan lebih memilih untuk menolak pernikahan ini. Tapi, mau bagaimana lagi? Semua ini juga ia lakukan demi masa depan sang adik. Ya walau terasa berat, kalau bisa ia harus tetap bertahan sampai masa kuliah adiknya selesai. Yang berarti selama kurang lebih 4 tahun lamanya ia harus terus berhadapan dengan pria galak tersebut."Oh, ya Tuhan, apakah aku mampu bertahan selama itu?" Sembari menghela nafas lemas, gadis itu merasa ragu.Puk!Raysa terjingkat kaget, ketika pundaknya ditepuk oleh seseorang dari arah bekakang. Seketika ia menoleh ke orang tersebut. "Bunda!" cicitnya sambil tersenyum canggung."Ternyata kamu di sini, Sayang. Pantesan dari tadi Bunda panggilin, kamu gak ngejawab. Dan setelah Bunda cari-cari. Eh, kamunya malah l
Tok-tok-tok!"Rafael, Raysa! Kalian gak papa, kan?" Amanda yang kebetulan melintas di depan kamar sang anak, merasa kaget ketika mendengar suara gaduh dari dalam kamar. Lalu dengan khawatir ia segera mengetuk pintu.Sontak dua orang yang berada di dalam kamar itu terlonjak kaget dan menjadi sangat panik. Lalu dengan kebingungan gadis berambut ikal sebahu itu bergerak mendekati laki-laki yang masih terduduk di lantai. "Em ... maaf, Om! Eh, Tuan. A-ku gak sengaja." ucapnya terbata. Sungguh Raysa merasa tidak enak hati dan sedikit ketakutan padanya. Dengan ragu ia ingin membantunya untuk bangun dan duduk di kursi roda.Namun, baru saja ia akan mengulurkan tangan ke arahnya, dengan sangat galak, Rafael langsung membentaknya kesal. "Jangan sentuh aku!"Otomatis Raysa langsung terdiam dan tak berani untuk menyentuhnya.Tok-tok-tok!"Rafa, Raysa! Buka pintunya!" Suara Amanda kembali terdengar cukup keras. Hingga menarik perhatian penghuni lain untuk datang mendekatinya."Ada apa, Mah?" ta
Langkah demi langkah, Raysa berjalan mengendap-endap seperti maling, mulai bergerak untuk mendekati ranjang. Walaupun ia sempat merasa ragu, pada akhirnya Ia memutuskan untuk tidur di sana. Namun, baru saja ia naik ke atas ranjang, tiba-tiba saja lelaki yang terbaring di sana membalikan badan dan langsung memberi tatapan tajam padanya. "Hey, apa yang kau lakukan?" bentak Rafael.Raysa sempat terjingkat kaget dibuatnya. Namun, dengan salah tingkah ia pun nyengir kuda. "Eh, ketauan, ya?" cengirnya.Lalu dengan mengeryitkan dahi, lelaki itu terus menatapnya curiga. "Kenapa kau ada di sini? Apa kau sengaja ingin tidur bersamaku?" cercarnya. "Ya ya, jelas aku akan tidur di sini? Kalau bukan tidur di sini, di mana lagi? Masa aku harus di sofa, ih ... engga banget kali. Yang ada nanti badanku pegel-pegel karena tidur di sofa itu," jawab Raysa sengit."Apa kau serius akan tidur di sini? Aku tidak akan menjamin jika sampai terjadi sesuatu padamu nanti!""Hahaha ...." Gadis berpiama pink ber
Sembari memegangi baju bagian belakang, Raysa membalikan badan dan segera menjauhi lelaki itu. Sedangkan Rafael, dengan wajah yang memerah menahan malu, ia memalingkan wajahnya kikuk. Entah mengapa hatinya berdesir dan jantungnya pun berdetak dengan sangat cepat, tak kala ia sempat memandang punggung mulus milik gadis itu.Ya, walau sebenarnya ini bukanlah kali pertama ia melihat punggung seorang wanita. Karena jujur, ia sudah sering kali melihat pemandangan indah seperti itu dan bahkan lebih dari itu pun ia sudah pernah melihatnya. Karena bagi pria matang sepertinya pasti dia sudah sering melakukan hal lebih dengan tuangannya yaitu saat bersama Lucyana dulu. Akan tetapi kali ini berbeda, Ia sama sekali tidak menyukai gadis itu dan bahkan ia sangat membencinya. Tetapi, kenapa ia merasa ada desiran aneh di saat berada di dekatnya. Padahal baru beberapa jam mereka baru bersama hari ini. Apakah wanita ini sudah dengan cepat mempengaruhinya?"Oh, shitt! Ada apa denganmu, Rafa? Jangan sa
Sontak gadis itu langsung diam mematung tak bergeming di tempatnya. Niat hati ingin membantu malah perlakuan kasar yang ia dapatkan dari laki-laki tersebut. "Cih, galak banget sih dia. Ganteng sih ganteng. Tapi galaknya minta ampun. Mak-mak di komplek sebelah aja kalah galak sama nih orang." Dengan jengah, dalam hati Raysa ngedumel kesal."Aku tak butuh bantuanmu!" lanjut Rafael. Dengan pandangan merendahkan, ia pun tersenyum sinis. "Kau pikir dengan cara kau bersikap pura-pura sok baik dan sok perhatian kepadaku bisa membuatku luluh. Jangan mimpi kamu! Sampai kapanpun juga aku tidak akan pernah mau menerima pernikahan ini," tandasnya ketus. Sembari mendengus kesal, gadis bermata bulat itu memutar bola mata sangat malas menaggapinya. Lalu dengan lesu ia menjatuhkan bokongnya di pinggir ranjang. "Ya, aku tau, Tuan. Jika kau terpaksa melakukan pernikahan ini. Sama aku pun juga terpaksa harus menerima permintaan Bunda yang dengan sangat memohon kepadaku agar mau menjadi pengantin seman
"Tu-uan Ra-rafael!" Raysa terpekik kaget, saat melihat lelaki yang kini berstatus sebagai suaminya itu sudah berada tepat di belakang Amara. Dengan aura yang terasa sangat dingin dan menyeramkan, pria berwajah kebule-bulean itu kini menatapnya tajam. Hingga membuat gadis muda yang baru saja dinikahinya itu menelan ludah kasar. Dalam seketika ia menjadi panik dan juga glagapan, bingung akan berkata apa."Eh, kebetulan kamu ada di sini, Raf. Ini loh, masa si gadis kampungan ini tiba-tiba saja marah-marah gak jelas gitu sama Tante," adu Amara, dengan penuh kebencian ia melirik sinis ke arah Raysa.Dengan cengohnya gadis berkebaya pengantin itu langsung melongo dibuatnya. Sungguh ia tidak mengira kalau wanita itu pintar sekali memutarbalikan fakta. Dan tentu saja ia ingin segera menyanggahnya. Namun, baru saja ia akan membuka mulut, terlebih dahulu wanita paruh baya itu kembali berkata. "Udah gitu dia tadi ngusir aku dan ngelarang aku buat datang lagi ke sini, Rafa." Dengan memasang wa