Share

80. Honeymoon (3)

Penulis: Mokaciinoo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-26 22:30:16

Denita menggelinjing geli ketika merasakan hembusan nafas hangat Dominic membelai bahunya yang terbuka. Ini bukan yang pertama kali mereka berada dalam jarak yang begitu intim. Akan tetapi, bagi Denita rasanya tetap seperti yang pertama kali. Dia tetap malu setiap kali sedang beradu kulit dengan lawan jenis!

"Ini artinya, aku sudah mendapat lampu hijau?" tanya Dominic lirih tanpa melepaskan bibirnya dari bahu Denita.

"Hm," jawab Denita dalam gumaman singkat.

"Kamu yakin tidak akan menyesali malam ini?" tanya Dominic lagi.

"Tidak akan!" jawab Denita dengan mantap.

"Kalau begitu, lihat aku!" ujar Dominic sembari menarik pelan bahu Denita hingga berputar ke arahnya.

Denita tidak bisa mencegah agar wajahnya tidak memanas. Untungnya kondisi kamar mereka hanya dilengkapi dengan cahaya temaram dari lilin. Jadi wajah merah karena malunya tidak bisa dilihat oleh Dominic.

"Kamu sangat cantik!" puji Dominic.

Jemari panjang pria itu bergerak pelan menyingkirkan helaian rambut Denita yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Minarni
thor beri kebahagian u denita, jangan sampai Dominic tergoda Natasya thor, kasihan denita
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Antagonis sang Presdir!    81. Bertemu Natasya Lagi

    "Natasya?!"Melihat sosok tidak asing ini membuat Denita menggertakkan gigi dengan penuh kebencian. Kenapa mereka harus bertemu dengan Natasya lagi, Natasya lagi. "Kalian berdua sedang bulan madu, ya?"Natasya menunjuk bolak-balik pada Dominic dan Denita. Nada suaranya terdengar dibuat-buat sok asyik. 'Kalau sudah tahu, kamu harusnya pura-pura tidak melihat saja agar tidak mengganggu!' dumel Denita di dalam hati. Dia tidak memiliki firasat baik di dalam hatinya mengenai wanita ini. "Sedang apa kamu disini?" tanya Dominic. Nada suara yang dikeluarkan Dominic terdengar tenang tanpa gejolak emosi yang mencurigakan. Tapi tetap saja itu membuat Denita cemburu. "Aku lagi ada pemotretan," jawab Natasya sambil menunjuk kerumunan yang ada di belakangnya. 'Jadi ternyata dia ini artis?' Denita bertanya-tanya di dalam hati. Dia tidak pernah mendengar nama Natasya ini bergema sebagai seorang artis tanah air. "Jadi kamu kembali karena ada pekerjaan?" tanya Dominic. Natasya mengendikkan bah

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-27
  • Istri Antagonis sang Presdir!    82. Menyerah?

    "Aku tidak suka dengan sikap kamu yang tidak masuk akal ini!" Kalimat terakhir Dominic itu membuat Denita terngiang-ngiang. Dia kembali disadarkan bahwa di mata playboy macam Dominic ini, sikap cemburunya memang tidak masuk akal.Bahkan jika Dominic memberikan kesempatan padanya untuk mendapat perhatian dari pria ini. Akan tetapi, tidak ada kewajiban bagi pria ini untuk membalas perasaannya. Hanya dia yang terlena karena perhatian Dominic, sampai dia lupa bahwa hubungan ini berjalan di atas selembar kertas tipis. Jika salah satu melanggar kesepakatan yang ada, hubungan mereka akan langsung kandas. "Sorry, sikapku memang terlalu berlebihan. Aku terlalu khawatir setelah melihat kedekatan wanita itu dengan Salsa," ujar Denita berkelit. Untuk menutupi suasana rumit hati yang sebenarnya, Denita kembali menyesap air dingin yang tadi diambilnya. Dibalik setiap tegukan air dingin yang mengalir ke dalam tenggorokannya, Denita berusaha sekuat tenaga menenangkan gejolak kacau di dalam dada.

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-27
  • Istri Antagonis sang Presdir!    83. Menggali Informasi

    Hari demi hari berlalu seperti biasa. Denita telah kembali pada kehidupan pekerjaan yang membosankan. Meski hubungannya dengan Dominic tidak kunjung menghangat seperti sebelumnya, Denita telah dengan mantap mengabaikannya. Dia tidak mau terus-terusan memgiba untuk cinta. Setelah jam pulang kerja, hari ini Denita akan bertemu dengan Franda. Sebelum dia benar-benar masuk ke medan perang, dia harus mencari tahu terlebih dulu segala hal tentang musuh beserta orang-orang di sekitar mereka. Denita bertemu dengan Franda di restauran yang dulu tempat mereka bertemu sebelumnya. Kali ini Denita datang lebih awal, dan langsung memesan makanan untuk dirinya sendiri. "Kamu sudah lama menunggu?" tanya Franda begitu dia tiba. "Tidak. Aku baru selesai memesan. Kamu mau makan apa?" tanya Denita berbasa-basi. "Jus jeruk aja!" jawab Franda."Makan?""Tidak usah!"Denita tidak berdebat lama perkara ini dengan Franda. Dia langsung saja menghentikan seorang pelayan untuk menambahkan pesanan. "Apa yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-28
  • Istri Antagonis sang Presdir!    84. Denita Dijebak

    "Aduuuh!"Denita memijit pelipisnya yang berdenyut menyakitkan. Kepalanya dalam kondisi sedikit linglung. Untuk sementara waktu, dia tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi padanya. Akibat dari rasa menyakitkan yang menyerang, Denita sedikit enggan untuk membuka matanya. Namun, alam bawah sadarnya berdering menyalakan sinyal bahaya. Memaksa Denita untuk segera membuka matanya. Dengan hanya mengandalkan cahaya temaram dari lampu di samping nakas, Denita berusaha untuk membiasakan matanya dalam kegelapan. "Ini dimana?" Denita menggumamkan tanya pada diri sendiri tatkala melihat sekeliling kamar yang tampak asing. Jelas ini bukan kamarnya yang ada di Penthouse Dominic maupun yang ada di kediaman Hadiwijaya. Seonggok tubuh tak dikenal yang terbaring di sampingnya membuat alis Denita terjalin semakin erat. Dia memaksa kepalanya yang masih berdenyut untuk mengingat apa yang terjadi. "Sialan!" maki Denita dengan geram ketika dia akhirnya ingat bahwa dia baru saja diculik oleh orang

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-28
  • Istri Antagonis sang Presdir!    85. Denita Dijebak (2)

    Setelah mereka semua mencapai kesepakatan, mereka langsung bergegas menuju ruang kontrol tempat yang ternyata adalah hotel berbintang ini. Di sepanjang jalan, Denita terus menggertakkan gigi dengan marah. Apa yang dilakukan Salsa ini sudah berada di luar batas toleransinya. "Siapa yang akan bicara?" tanya Denita pada ketiga orang itu. Nadanya terdengar terburu-buru karena dia ingin masalah ini cepat diselesaikan. Dominic hanya menggerakkan ujung dagu menunjuk ke arahnya. Pun dengan kedua pasang mata lainnya. "Permisi, Pak. Saya mau minta tolong agar diizinkan melihat CCTV di lantai 6 hari ini," pinta Denita dengan nada suara penuh kerendahan hati. "Maaf, tidak bisa!" Orang yang menjaga ruang kontrol ini menolak permintaan yang baru saja diajukan Denita tanpa basa-basi. "Ini penting, Pak. Kerabat saya baru saja diculik orang tidak dikenal. Dan saya melihat orang itu membawanya ke lantai 6. Saya hanya ingin memastikan," punya Denita dengan memelas. "Tidak bisa. Kami harus melind

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-28
  • Istri Antagonis sang Presdir!    86. Harus Memilih

    Keesokan harinya Denita masih menjalani hari seperti biasa. Bahkan setelah semua masalah yang terjadi semalam, dia masih bisa bersikap profesional sebagai sekretaris Dominic. "Tidak ada meeting penting untuk hari ini," ujar Denita melaporkan jadwal Dominic untuk hari ini. "Hm," gumam Dominic acuh tak acuh tanpa mengalihkan perhatiannya dari dokumen yang ada di atas meja. "Lalu, aku mau meminta izin untuk kembali terlambat setelah makan siang!" pinta Denita. Perlahan kepala Dominic terangkat. Alisnya saling terjalin dan keningnya berkerut tidak suka. "Kamu terlalu sering meminta izin akhir-akhir ini," keluh Dominic. Denita mendengus di dalam hati. "Kalau begitu, aku akan menyiapkan surat resign!" tukasnya seraya langsung berbalik hendak pergi. Kening Dominic berkerut semakin dalam ketika mendengar ucapan santai dari Denita. Dia tiba-tiba merasa tidak suka melihat sosok dingin sang istri yang seperti ini. "Tunggu!" cegah Dominic. Panggilannya itu langsung menghentikan langkah De

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-29
  • Istri Antagonis sang Presdir!    87. Masuk Rumah Sakit

    Setelah menerima telepon dari Salsa, Arkan bergegas menuju rumah sakit. Dia memacu kendaraannya dengan gila-gilaan. Di sepanjang jalan, hatinya berdegup khawatir memikirkan apa yang terjadi pada ibunya. Kali ini dia salah langkah, seharusnya dia menjadikan ibunya sebagai pilihan utama dibandingkan Salsa. Apalagi setelah melihat video perselingkuhan ayahnya dengan seorang pembantu yang mereka jaga selama puluhan tahun lamanya. Harusnya dia bisa membaca taktik yang dibuat Denita. "Sa, bagaimana keadaan Mama?" tanya Arkan begitu dia tiba di dalam kamar VVIP yang ditempati oleh wanita yang telah melahirkannya itu. Salsa menggeleng pelan. "Aku gak tahu, Kak. Mama tiba-tiba saja pingsan," jawab Salsa. "Kakak jangan terlalu khawatir, Mama baru aja bangun. Tapi Mama gak mau ngomong sama aku," bisik Salsa dengan nada merajuk samar. Arkan yang bisa menebak alasannya hanya mengangguk acak. Tanpa banyak kata, dia kemudian bergegas menghampiri sisi ranjang dimana ibunya berbaring. "Ma, kenap

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-29
  • Istri Antagonis sang Presdir!    88. Pulang dari Rumah Sakit

    "Arkan, kamu masih mau terus berdiri di pihak wanita itu?" tanya ibu Herlina. Nadanya santai. Tetapi penuh dengan ancaman. " ... ""Kalau kamu lebih memilih dia, kamu tidak perlu lagi berbakti sama Mama. Kamu bisa mengikuti jejak Ayah kamu itu!" lanjut ibu Herlina dengan dingin saat melihat sang putra sulung terdiam bimbang. Setelah terungkapnya fakta yang begitu mengejutkan ini, ibu Herlina sebenarnya malu untuk berhadapan dengan Denita. Jika mengingat perjalanan hidup sang putri kandung yang penuh penderitaan, terlebih karena ada andilnya dalam penderitaan itu membuat ibu Herlina ingin menampar dirinya sendiri. Bayi yang dia rawat dengan sepenuh hati selama dalam kandungan berakhir dengan menyedihkan. Bahkan kata maaf pun sepertinya tidak cukup. Dia harus memberikan pelajaran untuk semua orang yang telah menjadikannya lelucon selama puluhan tahun. Termasuk suaminya sendiri yang telah begitu dia cintai dan hormati. "Nit, Mama mau pulang," pinta ibu Herlina pada sang putri yang pul

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-30

Bab terbaru

  • Istri Antagonis sang Presdir!    129. TAMAT

    "Mas, si Dominic sialan itu melaporkan aku ke polisi. Kamu tolong bebaskan aku!" seloroh Bik Ayu sesaat setelah sambungan teleponnya terhubung."Memangnya apalagi yang kamu lakukan?" tanya Pak Hendra dari seberang telepon."Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya tidak ingin melihat anak sialan itu bersenang-senang. Kenapa dia boleh berbahagia, sementara anakku sendiri gila?!" bentak Bik Ayu tanpa memedulikan dimana dia berada. "Kalau kamu tidak melakukan apa-apa, kenapa kamu bisa berakhir di kantor polisi? Aku sudah muak dengan kalian semua. Kamu jangan ganggu aku lagi. Namaku sudah cukup tercoreng gara-gara kamu. Berhubungan denganmu adalah kesalahan terbesar yang pernah aku lakukan dalam hidup ini," geram Pak Hendra. Dia lalu menutup telepon tanpa ada niat untuk memperdulikan nasib yang akan menimpa Bik Ayu."Mas Hendra? Mas Hendra!" Bik Ayu berteriak sambil membanting telepon milik kantor polisi. "Ibu tolong tenang!" tegur salah seorang polisi yang bertugas menangani kasusnya."T

  • Istri Antagonis sang Presdir!    128.

    Melalui data diri yang dibubuhkan Bik Ayu dalam surat lamaran kerjanya, orang suruhan Dominic terus mencari keberadaan wanita itu. Tentu saja rumah kediaman keluarga Hadiwijaya juga tidak luput dari target pencarian. Pada akhirnya, tidak sulit bagi orang suruhan Dominic untuk menemukan wanita yang sudah membuatnya sangat marah itu. Bik Ayu memang ditemukan di rumah keluarga Hadiwijaya. Dan atas perintah Dominic, wanita itu digelandang dengan paksa menuju kantor polisi. "Lepaskan aku! Ini pemaksaan!" seru Bik Ayu. Dia memberontak dengan keras. Namun, tenaga setengah tuanya tentu saja kalah dengan tenaga para laki-laki suruhan Dominic itu."Lepaskan aku!" teriak Bik Ayu bahkan meski dirinya sudah berada di kantor polisi.Dominic yang sedang membuat laporan hanya menatap sekilas pada wanita yang terlihat menyebalkan itu. "Ini dia orang yang ingin saya laporkan. Dan saya tidak ingin adanya upaya damai. Tolong hukum dia sesuai dengan undang-undang yang berlaku," pungkas Dominic."Apa y

  • Istri Antagonis sang Presdir!    127.

    Aksi Dominic yang mengumpulkan para cleaning service di lobi kantor menarik rasa penasaran para karyawan lain mengenai apa yang tengah terjadi.Namun, Dominic tidak mau ambil pusing soal mereka untuk saat ini. Biarkan saja mereka mengatakan apapun yang mereka inginkan. "Berikan data cleaning service yang masih aktif bekerja di sini," tukas Dominic begitu staff HRD di perusahaannya tiba.Tanpa banyak bertanya, sang staff langsung memberikan apa yang diinginkan oleh Dominic. Dia pun langsung melakukan pemindaian cepat pada tumpukan dokumen yang dibawakan padanya. Sampai kemudian matanya menangkap sosok familiar yang membuatnya menggertakkan gigi dengan keras."Ayu Hapsari?!" gumam Dominic dengan marah.Dia pikir musuh bebuyutan istrinya ini sudah menyerah dan kapok mencari masalah dengan mereka. Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata wanita ini sedang membuat rencana jahat di bawah hidungnya."Dimana wanita bernama Ayu Hapsari ini?" tanya Damian seraya menatap satu per satu wajah yan

  • Istri Antagonis sang Presdir!    126.

    "Dok, bagaimana kondisi istri dan calon anak saya?" "Dok, bagaimana kabar menantu dan cucu saya?""Dok, bagaimana kabar anak dan cucu saya?"Dominic, ibu Herlina dan ibu Evelyn berhamburan menghampiri dokter yang baru saja memberi penanganan pada Denita. Mereka bertiga langsung merongrong sang dokter dengan berbagai pertanyaan. Melihat wajah khawatir ketiga orang di depannya, sang dokter hanya tersenyum simpul. "Nona Denita baik-baik. Dia hanya terlalu shock dan butuh istirahat yang baik," jawab dokter."Serius, Dok?" tanya Dominic tidak benar-benar lega.Dengan sabar dokter itu mengangguk. "Iya," "Lalu cucu kami gimana, Dok?" tanya ibu Herlina."Bayi di dalam kandungan Nona Denita juga baik-baik saja. Untung langsung segera dibawa ke rumah sakit sehingga dapat dengan cepat ditangani. Jadi kondisinya tidak terlalu mengkhawatirkan," ucap Dokter menjelaskan."Syukurlah,""Terima kasih, Dok!""Iya, sama-sama,"Setelah kepergian dokter yang menangani Denita, baik ibu Herlina dan ibu Ev

  • Istri Antagonis sang Presdir!    125. Insiden di kantor (2)

    Dengan bibir cemberut, Denita keluar dari ruangan Dominic menuju meja kerjanya. Pakaian ganti yang agak sempit membuat setiap pergerakannya menjadi tidak nyaman. Dan karena suasana hati yang tidak terlalu baik, Denita tidak memperhatikan ada tetesan cairan berwarna biru di samping kaki mejanya. Tatkala kakinya menginjak cairan itu, tubuh Denita limbung ke belakang. Dia menjerit dengan panik dan berusaha mencari pegangan. Akan tetapi, tangannya hanya bisa menggapai udara yang kosong. "Arrrrrgggghhhhh!!!" BRUUUK, Suara tubuhnya yang menghantam lantai begitu keras hingga membuat Dominic yang ada di dalam ruang kerjanya terkejut setengah mati. "Denita!" serunya. Tanpa membuang-buang banyak waktu, dia langsung berlari menuju sumber suara. Sosok sang istri yang terbaring di atas lantai sambil memegangi perutnya membuat sepasang netra Dominic membulat lebar. "Denita!" serunya. "Sakiiiitttt," keluh Denita. Air mata menitik deras dari pelupuk matanya. Rasa panik akan bayi di

  • Istri Antagonis sang Presdir!    124. Insiden di Kantor

    Setelah masalah Niko selesai, Denita akhirnya bisa menjalani hidupnya dengan tenang. Dia juga bisa menikmati kehamilannya dalam damai tanpa adanya drama yang berliku-liku. Bahkan diusia kandungan yang sudah menginjak delapan bulan, dia masih semangat bekerja."Babe, kamu berhenti kerja aja ya. Perut kamu sudah mulai buncit. Pergerakan kamu juga sudah tidak luwes lagi. Sebaiknya istirahat di rumah," Ucapan Dominic ini langsung membuat bibir Denita maju beberapa senti. Dia tidak tahu apakah ini karena faktor kehamilan atau bukan. Akan tetapi, dia mulai menerjemahkan kata-kata orang dengan cara yang berbeda. Seperti sekarang ini, dia tiba-tiba merasa bahwa ucapan suaminya memiliki arti yang negatif. "Jadi kamu merasa terganggu karena perutku yang buncit?" tanya Denita dengan nada merajuk. Suaranya bahkan terdengar tercekat seperti sedang menahan tangis."Bukan begitu," tukas Dominic dengan segera. "Aku hanya takut kalau kamu akan kelelahan. Aku nggak mau kamu dan anak kita kenapa-kenap

  • Istri Antagonis sang Presdir!    123. Mencari Jalan Keluar (2)

    "Jangan terlalu cepat mengambil keputusan," tegur ibu Herlina. Hatinya belum terketuk untuk membiarkan putra sulungnya yang belum menikah mengadopsi anak orang lain. Apalagi anak itu adalah anak sekaligus cucu dari orang yang paling dia benci sekarang. Kalau boleh dikatakan secara kasar, lebih baik mengadopsi anak dari panti asuhan daripada harus mengadopsi Niko. "Bu~" panggil Arkan. "Bukannya Niko masih punya kakek dan nenek kandung? Kenapa perawatan atas Niko harus menjadi tanggung jawab kamu?" seloroh ibu Herlina. "Kemana nih, selingkuhan kamu?" lanjut ibu Herlina bertanya pada mantan suaminya. "Aku tidak melihatnya Nyonya barumu dari tadi,"" ... "Wajah pak Hendra yang disindir seperti ini seketika berubah menjadi keruh. "Jangan bilang habis manis sepah dibuang?" tebak ibu Herlina dengan asal-asalan. Namun, wajah keruh yang ditunjukkan oleh mantan suaminya itu membuat ibu Herlina diyakinkan oleh tebakannya sendiri. Tawa nyaring pun terlempar keluar dari bibirnya yang dihia

  • Istri Antagonis sang Presdir!    122. Mencari Jalan Keluar

    Keesokan hari Denita menghubungi semua orang yang terkait dengan kehidupan Niko. Dia meminta untuk bertemu dengan mereka. Kemudian pada ibu Herlina, Denita menceritakan masalah mengenai anak dari Salsa dan Dimas itu. "Bagaimana keadaan Niko sekarang?" tanya Ibu Herlina. Suaranya terdengar serak seperti sedang menahan tangis. "Aku juga belum tahu, Ma!" jawab Denita. "Makanya aku minta kita semua berkumpul untuk membahas mengenai masalah ini," lanjutnya. "Oke, dimana?" tanya ibu Herlina. "Aku sudah membicarakan ini sama Arkan. Dia minta untuk kita berkumpul di kediaman Hadiwijaya," jawabku. " ... "Keheningan terjadi di seberang sana. Denita sendiri bisa memperkirakan apa yang kiranya sedang dirasakan oleh wanita paruh baya yang telah melahirkannya itu, ketika dia menyebutkan kediaman Hadiwijaya. "Mama baik-baik aja?" tanya Denita memastikan. "Kalau Mama nggak setuju, nanti kita bahas lagi enaknya bertemu dimana," lanjutnya kemudian. "Mama baik-baik aja kok. Ayo segera kita bahas

  • Istri Antagonis sang Presdir!    121. Telepon Tengah Malam

    Denita yang terlanjur berpikir bahwa hidupnya akan menjadi damai setelah Salsa dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa ternyata salah besar. Di tengah malam, ketika dia sedang tertidur nyenyak bersama Dominic, ponsel yang dia letakkan di atas nakas samping tempat tidur berdering nyaring. "Hermm," Denita menggeram pelan dengan alis yang berkerut di dalam tidurnya. Dengan mata setengah terpejam, Denita meraba nakas yang ada di samping tempat tidurnya untuk mencari benda pipih yang mengeluarkan suara ribut-ribut itu. Tanpa melihat nama orang tidak sopan yang menghubunginya tengah malam begini, Denita menjawab panggilan telepon itu dengan sedikit kesal. "Halo!" jawab Denita dengan nada ketus. "Nit, ini Angga," sapa orang dari seberang. Dengan kening yang berkerut semakin dalam, Denita terdiam sementara untuk mencerna suara orang di seberang. Dia yakin bahwa dia sedang tidak bermimpi, tapi kenapa Angga meneleponnya? " ... "Denita terdiam tidak menanggapi untuk waktu yang lama. Baginya

DMCA.com Protection Status