Share

75. Natasya

Author: Mokaciinoo
last update Last Updated: 2023-04-24 21:38:05

"Natasya!"

Debaran di jantung Denita seketika melonjak ketika mendengar Dominic memanggil nama ini. Dia sudah lama mendengar Dominic menyebutkan nama ini. Akan tetapi, ini pertama kalinya bagi Denita untuk melihat sosok yang nyata.

Seorang wanita dalam balutan gaun selutut berwarna salem sedang berdiri di hadapan Dominic. Dari pengamatan yang dilakukan Denita secara sembunyi-sembunyi, wanita bernama Natasya ini tidak terbilang super cantik. Namun, wajahnya ayu dan lembut. Tampak seperti wanita baik-baik yang ramah serta hobi tersenyum, membuat siapa saja yang memandang tidak bosan.

Dia tinggi semampai dengan kulit kuning langsat yang berkilau tampak sehat itu menunjukkan kecantikan khas Indonesia.

"Akhirnya kamu bisa serius juga jadi orang. Aku pikir kamu akan terus main-main!" ujar Natasya disertai dengan kekehan ringan. Dia juga menepuk pelan bahu Dominic untuk menunjukkan keakraban mereka.

"Kamu kapan kembali?" tanya Dominic mengabaikan kalimat Natasya baru saja.

"Beberapa har
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sri Minarni
smoga Dominic benar2 mencintai denita
goodnovel comment avatar
yan ika dewi sulistyawati
gemes smg happy ending
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Antagonis sang Presdir!    76. Malam Pengantin yang Kelabu

    Terlalu lama memaksakan senyum sepanjang hari ini, wajah Denita terasa kaku begitu acara resepsi pernikahan berakhir. Malam pengantin yang seharusnya menjadi malam syahdu bagi mereka, justru berubah menjadi malam pengantin yang kelabu.Setelah menanggalkan gaun pengantin yang beratnya belasan kilo dari tubuhnya, Denita memilih untuk berendam lama. Dia sengaja berlama-lama bukan karena ingin mempersiapkan diri untuk malam pertama mereka. Namun, untuk menenangkan seluruh syarafnya yang tegang. Sepasang mata Denita terpejam dan tubuhnya merosot ke dalam bak mandi hingga hanya menyisakan kepala hingga leher. Berbagai macam pikiran acak pun berkecamuk dalam benak Denita. Terutama didominasi oleh ingatan akan kedekatan antara dirinya dan Dominic yang mulai terangkai dalam waktu beberapa bulan belakangan ini. Denita yang tadinya memiliki harapan akan mampu membuat Dominic takluk, tiba-tiba dihantam oleh rasa tidak percaya diri. Dia bahkan mulai bertanya-tanya, apakah dia harus menyerah? "

    Last Updated : 2023-04-25
  • Istri Antagonis sang Presdir!    77. Saran Mertua

    Jika tidak mengingat kalau mereka harus berangkat ke Bali pada pukul 10 pagi, Denita terlalu malas untuk beranjak dari ranjang empuk hotel hari ini. Dia rasanya ingin menebus bulan-bulan sibuk belakangan ini dengan cara tidur nyenyak. "Ayo bangun, nanti kita terlambat!" ujar Dominic menggoyangkan bahu Denita dengan pelan. "En," Denita menggeliat sebentar sebelum kembali memperbaiki posisi tidurnya. "Kamu bisa melanjutkan tidur saat kita sampai di sana," ujar Dominic. "Ngomong-ngomong, orang tuaku juga sudah sampai di bandara. Kita akan berpisah dengan mereka di sana," lanjut Dominic memberitahu. Denita yang seperti kucing malas mau tidak mau membuka matanya. "Apakah Tante Evelyn akan segera pergi?" tanya Denita dengan suara parau khas baru bangunnya. "Hm," jawab Dominic dalam gumaman pelan. Mau tak mau Denita harus segera beranjak dari tempat tidurnya. Hal pertama yang dia lakukan setelah itu adalah meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas samping tempat tidur untuk melirik j

    Last Updated : 2023-04-25
  • Istri Antagonis sang Presdir!    78. Honeymoon

    Panasnya pulau Bali segera menyambut mereka begitu mereka turun dari pesawat. Awalnya Denita ingin berbulan madu di daerah-daerah Eropa sana. Sayang sekali, dia tidak bisa menjelajahi Negara yang jauh itu karena alasan pekerjaan. Sebagai seorang CEO baru di perusahaan, Dominic belum bisa meninggalkan pekerjaan terlalu lama. Posisinya masih rapuh dan rawan pemberontakan dari sisi para pemegang saham. Alhasil, mereka hanya bisa berbulan madu di pulau Dewata, Bali ini. "Kemana dulu kita?" tanya Dominic begitu mobil jemputan mereka sudah tiba. "Villa!" jawab Denita santai. "Begitu tidak sabar?" tanya Dominic menggoda. Kalimat ini tampak terdengar biasa saja. Tetapi jika Dominic yang mengatakannya, kalimat ini bisa jadi menghasilkan makna yang beragam. "Aku hanya ingin tidur lagi. Kamu jangan terlalu banyak berpikir!" dengus Denita sembari menjawil hidung Dominic dengan jail. "Tidak makan siang dulu?""Kamu lapar?" Denita balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan Domini

    Last Updated : 2023-04-25
  • Istri Antagonis sang Presdir!    79. Honeymoon (2)

    Denita tidak terjerat terlalu lama dalam memori buruk bertahun-tahun belakangan. Begitu tidak mendengar tanggapan dari Dominic, dia langsung menepis pikiran buruk yang ada. Dia segera menunduk, meraup segenggam air, lalu memercikkannya ke wajah Dominic yang ikut melamun. "Jangan melamun aja!" tegur Denita dengan ceria. Dominic yang wajahnya terkena air asin segera tersadar. Dia langsung membalas tindakan Denita dengan lebih heboh. Layaknya pasangan suami istri, mereka terus saling goda. Tidak mereka hiraukan pakaian yang basah oleh air laut. Hanya tawa menggema mereka yang sesekali membuat orang lewat mengkerut iri. "Udah! Udah! Lengket nih!" seru Denita sambil berlari menjauhi tepi pantai. Namun, Dominic terus mengikutinya dengan memercikkan sisa air yang ada di tangannya. Seiring waktu, penampakan langit perlahan berubah menjadi jingga. Masih dengan nafas yang sedikit ngos-ngosan, Denita dan Dominic mengambil tempat duduk di atas pasir putih di pinggir pantai. "Ini pertama kal

    Last Updated : 2023-04-26
  • Istri Antagonis sang Presdir!    80. Honeymoon (3)

    Denita menggelinjing geli ketika merasakan hembusan nafas hangat Dominic membelai bahunya yang terbuka. Ini bukan yang pertama kali mereka berada dalam jarak yang begitu intim. Akan tetapi, bagi Denita rasanya tetap seperti yang pertama kali. Dia tetap malu setiap kali sedang beradu kulit dengan lawan jenis! "Ini artinya, aku sudah mendapat lampu hijau?" tanya Dominic lirih tanpa melepaskan bibirnya dari bahu Denita. "Hm," jawab Denita dalam gumaman singkat. "Kamu yakin tidak akan menyesali malam ini?" tanya Dominic lagi. "Tidak akan!" jawab Denita dengan mantap. "Kalau begitu, lihat aku!" ujar Dominic sembari menarik pelan bahu Denita hingga berputar ke arahnya. Denita tidak bisa mencegah agar wajahnya tidak memanas. Untungnya kondisi kamar mereka hanya dilengkapi dengan cahaya temaram dari lilin. Jadi wajah merah karena malunya tidak bisa dilihat oleh Dominic. "Kamu sangat cantik!" puji Dominic. Jemari panjang pria itu bergerak pelan menyingkirkan helaian rambut Denita yang

    Last Updated : 2023-04-26
  • Istri Antagonis sang Presdir!    81. Bertemu Natasya Lagi

    "Natasya?!"Melihat sosok tidak asing ini membuat Denita menggertakkan gigi dengan penuh kebencian. Kenapa mereka harus bertemu dengan Natasya lagi, Natasya lagi. "Kalian berdua sedang bulan madu, ya?"Natasya menunjuk bolak-balik pada Dominic dan Denita. Nada suaranya terdengar dibuat-buat sok asyik. 'Kalau sudah tahu, kamu harusnya pura-pura tidak melihat saja agar tidak mengganggu!' dumel Denita di dalam hati. Dia tidak memiliki firasat baik di dalam hatinya mengenai wanita ini. "Sedang apa kamu disini?" tanya Dominic. Nada suara yang dikeluarkan Dominic terdengar tenang tanpa gejolak emosi yang mencurigakan. Tapi tetap saja itu membuat Denita cemburu. "Aku lagi ada pemotretan," jawab Natasya sambil menunjuk kerumunan yang ada di belakangnya. 'Jadi ternyata dia ini artis?' Denita bertanya-tanya di dalam hati. Dia tidak pernah mendengar nama Natasya ini bergema sebagai seorang artis tanah air. "Jadi kamu kembali karena ada pekerjaan?" tanya Dominic. Natasya mengendikkan bah

    Last Updated : 2023-04-27
  • Istri Antagonis sang Presdir!    82. Menyerah?

    "Aku tidak suka dengan sikap kamu yang tidak masuk akal ini!" Kalimat terakhir Dominic itu membuat Denita terngiang-ngiang. Dia kembali disadarkan bahwa di mata playboy macam Dominic ini, sikap cemburunya memang tidak masuk akal.Bahkan jika Dominic memberikan kesempatan padanya untuk mendapat perhatian dari pria ini. Akan tetapi, tidak ada kewajiban bagi pria ini untuk membalas perasaannya. Hanya dia yang terlena karena perhatian Dominic, sampai dia lupa bahwa hubungan ini berjalan di atas selembar kertas tipis. Jika salah satu melanggar kesepakatan yang ada, hubungan mereka akan langsung kandas. "Sorry, sikapku memang terlalu berlebihan. Aku terlalu khawatir setelah melihat kedekatan wanita itu dengan Salsa," ujar Denita berkelit. Untuk menutupi suasana rumit hati yang sebenarnya, Denita kembali menyesap air dingin yang tadi diambilnya. Dibalik setiap tegukan air dingin yang mengalir ke dalam tenggorokannya, Denita berusaha sekuat tenaga menenangkan gejolak kacau di dalam dada.

    Last Updated : 2023-04-27
  • Istri Antagonis sang Presdir!    83. Menggali Informasi

    Hari demi hari berlalu seperti biasa. Denita telah kembali pada kehidupan pekerjaan yang membosankan. Meski hubungannya dengan Dominic tidak kunjung menghangat seperti sebelumnya, Denita telah dengan mantap mengabaikannya. Dia tidak mau terus-terusan memgiba untuk cinta. Setelah jam pulang kerja, hari ini Denita akan bertemu dengan Franda. Sebelum dia benar-benar masuk ke medan perang, dia harus mencari tahu terlebih dulu segala hal tentang musuh beserta orang-orang di sekitar mereka. Denita bertemu dengan Franda di restauran yang dulu tempat mereka bertemu sebelumnya. Kali ini Denita datang lebih awal, dan langsung memesan makanan untuk dirinya sendiri. "Kamu sudah lama menunggu?" tanya Franda begitu dia tiba. "Tidak. Aku baru selesai memesan. Kamu mau makan apa?" tanya Denita berbasa-basi. "Jus jeruk aja!" jawab Franda."Makan?""Tidak usah!"Denita tidak berdebat lama perkara ini dengan Franda. Dia langsung saja menghentikan seorang pelayan untuk menambahkan pesanan. "Apa yan

    Last Updated : 2023-04-28

Latest chapter

  • Istri Antagonis sang Presdir!    129. TAMAT

    "Mas, si Dominic sialan itu melaporkan aku ke polisi. Kamu tolong bebaskan aku!" seloroh Bik Ayu sesaat setelah sambungan teleponnya terhubung."Memangnya apalagi yang kamu lakukan?" tanya Pak Hendra dari seberang telepon."Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya tidak ingin melihat anak sialan itu bersenang-senang. Kenapa dia boleh berbahagia, sementara anakku sendiri gila?!" bentak Bik Ayu tanpa memedulikan dimana dia berada. "Kalau kamu tidak melakukan apa-apa, kenapa kamu bisa berakhir di kantor polisi? Aku sudah muak dengan kalian semua. Kamu jangan ganggu aku lagi. Namaku sudah cukup tercoreng gara-gara kamu. Berhubungan denganmu adalah kesalahan terbesar yang pernah aku lakukan dalam hidup ini," geram Pak Hendra. Dia lalu menutup telepon tanpa ada niat untuk memperdulikan nasib yang akan menimpa Bik Ayu."Mas Hendra? Mas Hendra!" Bik Ayu berteriak sambil membanting telepon milik kantor polisi. "Ibu tolong tenang!" tegur salah seorang polisi yang bertugas menangani kasusnya."T

  • Istri Antagonis sang Presdir!    128.

    Melalui data diri yang dibubuhkan Bik Ayu dalam surat lamaran kerjanya, orang suruhan Dominic terus mencari keberadaan wanita itu. Tentu saja rumah kediaman keluarga Hadiwijaya juga tidak luput dari target pencarian. Pada akhirnya, tidak sulit bagi orang suruhan Dominic untuk menemukan wanita yang sudah membuatnya sangat marah itu. Bik Ayu memang ditemukan di rumah keluarga Hadiwijaya. Dan atas perintah Dominic, wanita itu digelandang dengan paksa menuju kantor polisi. "Lepaskan aku! Ini pemaksaan!" seru Bik Ayu. Dia memberontak dengan keras. Namun, tenaga setengah tuanya tentu saja kalah dengan tenaga para laki-laki suruhan Dominic itu."Lepaskan aku!" teriak Bik Ayu bahkan meski dirinya sudah berada di kantor polisi.Dominic yang sedang membuat laporan hanya menatap sekilas pada wanita yang terlihat menyebalkan itu. "Ini dia orang yang ingin saya laporkan. Dan saya tidak ingin adanya upaya damai. Tolong hukum dia sesuai dengan undang-undang yang berlaku," pungkas Dominic."Apa y

  • Istri Antagonis sang Presdir!    127.

    Aksi Dominic yang mengumpulkan para cleaning service di lobi kantor menarik rasa penasaran para karyawan lain mengenai apa yang tengah terjadi.Namun, Dominic tidak mau ambil pusing soal mereka untuk saat ini. Biarkan saja mereka mengatakan apapun yang mereka inginkan. "Berikan data cleaning service yang masih aktif bekerja di sini," tukas Dominic begitu staff HRD di perusahaannya tiba.Tanpa banyak bertanya, sang staff langsung memberikan apa yang diinginkan oleh Dominic. Dia pun langsung melakukan pemindaian cepat pada tumpukan dokumen yang dibawakan padanya. Sampai kemudian matanya menangkap sosok familiar yang membuatnya menggertakkan gigi dengan keras."Ayu Hapsari?!" gumam Dominic dengan marah.Dia pikir musuh bebuyutan istrinya ini sudah menyerah dan kapok mencari masalah dengan mereka. Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata wanita ini sedang membuat rencana jahat di bawah hidungnya."Dimana wanita bernama Ayu Hapsari ini?" tanya Damian seraya menatap satu per satu wajah yan

  • Istri Antagonis sang Presdir!    126.

    "Dok, bagaimana kondisi istri dan calon anak saya?" "Dok, bagaimana kabar menantu dan cucu saya?""Dok, bagaimana kabar anak dan cucu saya?"Dominic, ibu Herlina dan ibu Evelyn berhamburan menghampiri dokter yang baru saja memberi penanganan pada Denita. Mereka bertiga langsung merongrong sang dokter dengan berbagai pertanyaan. Melihat wajah khawatir ketiga orang di depannya, sang dokter hanya tersenyum simpul. "Nona Denita baik-baik. Dia hanya terlalu shock dan butuh istirahat yang baik," jawab dokter."Serius, Dok?" tanya Dominic tidak benar-benar lega.Dengan sabar dokter itu mengangguk. "Iya," "Lalu cucu kami gimana, Dok?" tanya ibu Herlina."Bayi di dalam kandungan Nona Denita juga baik-baik saja. Untung langsung segera dibawa ke rumah sakit sehingga dapat dengan cepat ditangani. Jadi kondisinya tidak terlalu mengkhawatirkan," ucap Dokter menjelaskan."Syukurlah,""Terima kasih, Dok!""Iya, sama-sama,"Setelah kepergian dokter yang menangani Denita, baik ibu Herlina dan ibu Ev

  • Istri Antagonis sang Presdir!    125. Insiden di kantor (2)

    Dengan bibir cemberut, Denita keluar dari ruangan Dominic menuju meja kerjanya. Pakaian ganti yang agak sempit membuat setiap pergerakannya menjadi tidak nyaman. Dan karena suasana hati yang tidak terlalu baik, Denita tidak memperhatikan ada tetesan cairan berwarna biru di samping kaki mejanya. Tatkala kakinya menginjak cairan itu, tubuh Denita limbung ke belakang. Dia menjerit dengan panik dan berusaha mencari pegangan. Akan tetapi, tangannya hanya bisa menggapai udara yang kosong. "Arrrrrgggghhhhh!!!" BRUUUK, Suara tubuhnya yang menghantam lantai begitu keras hingga membuat Dominic yang ada di dalam ruang kerjanya terkejut setengah mati. "Denita!" serunya. Tanpa membuang-buang banyak waktu, dia langsung berlari menuju sumber suara. Sosok sang istri yang terbaring di atas lantai sambil memegangi perutnya membuat sepasang netra Dominic membulat lebar. "Denita!" serunya. "Sakiiiitttt," keluh Denita. Air mata menitik deras dari pelupuk matanya. Rasa panik akan bayi di

  • Istri Antagonis sang Presdir!    124. Insiden di Kantor

    Setelah masalah Niko selesai, Denita akhirnya bisa menjalani hidupnya dengan tenang. Dia juga bisa menikmati kehamilannya dalam damai tanpa adanya drama yang berliku-liku. Bahkan diusia kandungan yang sudah menginjak delapan bulan, dia masih semangat bekerja."Babe, kamu berhenti kerja aja ya. Perut kamu sudah mulai buncit. Pergerakan kamu juga sudah tidak luwes lagi. Sebaiknya istirahat di rumah," Ucapan Dominic ini langsung membuat bibir Denita maju beberapa senti. Dia tidak tahu apakah ini karena faktor kehamilan atau bukan. Akan tetapi, dia mulai menerjemahkan kata-kata orang dengan cara yang berbeda. Seperti sekarang ini, dia tiba-tiba merasa bahwa ucapan suaminya memiliki arti yang negatif. "Jadi kamu merasa terganggu karena perutku yang buncit?" tanya Denita dengan nada merajuk. Suaranya bahkan terdengar tercekat seperti sedang menahan tangis."Bukan begitu," tukas Dominic dengan segera. "Aku hanya takut kalau kamu akan kelelahan. Aku nggak mau kamu dan anak kita kenapa-kenap

  • Istri Antagonis sang Presdir!    123. Mencari Jalan Keluar (2)

    "Jangan terlalu cepat mengambil keputusan," tegur ibu Herlina. Hatinya belum terketuk untuk membiarkan putra sulungnya yang belum menikah mengadopsi anak orang lain. Apalagi anak itu adalah anak sekaligus cucu dari orang yang paling dia benci sekarang. Kalau boleh dikatakan secara kasar, lebih baik mengadopsi anak dari panti asuhan daripada harus mengadopsi Niko. "Bu~" panggil Arkan. "Bukannya Niko masih punya kakek dan nenek kandung? Kenapa perawatan atas Niko harus menjadi tanggung jawab kamu?" seloroh ibu Herlina. "Kemana nih, selingkuhan kamu?" lanjut ibu Herlina bertanya pada mantan suaminya. "Aku tidak melihatnya Nyonya barumu dari tadi,"" ... "Wajah pak Hendra yang disindir seperti ini seketika berubah menjadi keruh. "Jangan bilang habis manis sepah dibuang?" tebak ibu Herlina dengan asal-asalan. Namun, wajah keruh yang ditunjukkan oleh mantan suaminya itu membuat ibu Herlina diyakinkan oleh tebakannya sendiri. Tawa nyaring pun terlempar keluar dari bibirnya yang dihia

  • Istri Antagonis sang Presdir!    122. Mencari Jalan Keluar

    Keesokan hari Denita menghubungi semua orang yang terkait dengan kehidupan Niko. Dia meminta untuk bertemu dengan mereka. Kemudian pada ibu Herlina, Denita menceritakan masalah mengenai anak dari Salsa dan Dimas itu. "Bagaimana keadaan Niko sekarang?" tanya Ibu Herlina. Suaranya terdengar serak seperti sedang menahan tangis. "Aku juga belum tahu, Ma!" jawab Denita. "Makanya aku minta kita semua berkumpul untuk membahas mengenai masalah ini," lanjutnya. "Oke, dimana?" tanya ibu Herlina. "Aku sudah membicarakan ini sama Arkan. Dia minta untuk kita berkumpul di kediaman Hadiwijaya," jawabku. " ... "Keheningan terjadi di seberang sana. Denita sendiri bisa memperkirakan apa yang kiranya sedang dirasakan oleh wanita paruh baya yang telah melahirkannya itu, ketika dia menyebutkan kediaman Hadiwijaya. "Mama baik-baik aja?" tanya Denita memastikan. "Kalau Mama nggak setuju, nanti kita bahas lagi enaknya bertemu dimana," lanjutnya kemudian. "Mama baik-baik aja kok. Ayo segera kita bahas

  • Istri Antagonis sang Presdir!    121. Telepon Tengah Malam

    Denita yang terlanjur berpikir bahwa hidupnya akan menjadi damai setelah Salsa dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa ternyata salah besar. Di tengah malam, ketika dia sedang tertidur nyenyak bersama Dominic, ponsel yang dia letakkan di atas nakas samping tempat tidur berdering nyaring. "Hermm," Denita menggeram pelan dengan alis yang berkerut di dalam tidurnya. Dengan mata setengah terpejam, Denita meraba nakas yang ada di samping tempat tidurnya untuk mencari benda pipih yang mengeluarkan suara ribut-ribut itu. Tanpa melihat nama orang tidak sopan yang menghubunginya tengah malam begini, Denita menjawab panggilan telepon itu dengan sedikit kesal. "Halo!" jawab Denita dengan nada ketus. "Nit, ini Angga," sapa orang dari seberang. Dengan kening yang berkerut semakin dalam, Denita terdiam sementara untuk mencerna suara orang di seberang. Dia yakin bahwa dia sedang tidak bermimpi, tapi kenapa Angga meneleponnya? " ... "Denita terdiam tidak menanggapi untuk waktu yang lama. Baginya

DMCA.com Protection Status