“Ehem—”Tok!Dom baru hendak menggoda pasangan itu lagi, namun dia baru berdehem Bayu terlebih dulu memotong dengan menjitak kepalanya dari belakang, membuat si asisten tersebut sontak terdiam.Bayu kesal karena Dom terlalu kepo, terlebih kelakuan Dom membuat Raina memberontak.Akan tetapi dia juga tidak mengomeli Dom atau semacamnya.Setelah menjitak kepala Dom, Bayu hanya bertitah, “Buruan jalan!” Dom pun tak menanggapi apa-apa, hanya memasang wajah kesal.Lalu segera tancap gas mengindahkan perintah Bayu.Namun bukan berarti Dom sepenuhnya kapok setelah dipukul oleh Bayu, sesekali dia masih mengintip pasangan itu dari spion atas.Hanya saja tidak lagi berkomentar, melainkan senyum-senyum seorang diri menyaksikan kemesraan majikannya.Bayu dan Raina terlihat mesra di sepanjang perjalanan. Sedetik pun Bayu tidak mengurangi eratnya pelukan terhadap Raina, meskipun Raina memberontak setiap menyadari Dom diam-diam memperhatikan mereka.Raina sendiri tidak melempar protes atas perlakuan
Hingga kemudian Bayu berlalu begitu saja dari hadapannya pun, Raina masih terus terbengong sembari menatap punggung Bayu yang menjauh.Lebih daripada itu, Raina membatin, “Tadi dia tiba-tiba marah, terus tiba-tiba minta maaf, habis itu langsung pergi gitu aja—”Tentang Bayu yang mengecup keningnya terus terngiang-ngiang di ingatan.Bingung, dan penasaran, itu yang dirasakan Raina.Tapi bisa bebas dari Bayu sangat baik, dia merasa lega.Bayu tidak mengatakan apapun, usai meminta maaf, dan mengecup keningnya, pria itu berlalu begitu saja.Itu artinya malam ini tidak perlu tidur sekamar, kan?Raina tersenyum girang. Kemudian buru-buru menuju kamarnya. Khawatir bisa saja Bayu berubah pikiran.Namun kelegaan itu hanya berlangsung sebentar, dan apa yang ditakutkan benar-benar terjadi.“Hei, jangan pura-pura amnesia. Kamarmu di sini, bukan di sana!” tegur Bayu baru beberapa langkah ia menapak.“Jangan berani-berani melawanku ya, tau sendiri apa yang akan aku lakukan dengan seko—”“Iya, iya!
LBayu semakin lancang, Raina pun tak bisa membiarkan pria itu. Bagaimanapun hubungan mereka hanya sebatas pernikahan kontrak, jika terjadi sesuatu jelas akan merugikan dirinya.Raina memberi Bayu pelajaran, yakni menginjak kaki Bayu dengan segenap tenaga.“Aah!” jerit pria itu histeris, juga seketika melepaskan rangkulan.Terbebas, Raina buru-buru mengamankan diri, menggeser posisinya agak menjauh dari Bayu.Menyaksikan Bayu meringis sambil memegangi bagian kaki yang kesakitan, Raina sama sekali tak ada niat membantu.Dia malah mengajak pria itu berdiskusi.“Tidak bisa begini! Kamu tidak bisa bersikap seenaknya saja padaku, kita harus memperjelas semuanya!”“Apa maksudmu?” tanggap Bayu tampak lirih karena masih menahan sakit.“Mungkin kita perlu peraturan baru selama terikat kawin kontrak, dan aku yang membuatnya!”“Bagaimanapun hubungan ini hanya pernikahan sementara, mana boleh kau mengambil keuntungan dariku! Mulai sekarang aku hanya akan menuruti semua perintahmu yang tanpa melib
“Woi! Handukku!” pekik Bayu.Raina tanpa sengaja menjangkau handuk yang membalut tubuh Bayu, sehingga tersingkap.Jika Bayu saja terkejut, betapa Raina terkesiap setelah menyadari apa yang telah dilakukannya.Ia menarik napas syok, menyaksikan Bayu kini hanya mengenakan celana dalam saja.“I-ini handukmu!” Dilemparnya kain putih yang masih digenggamnya itu kepada Bayu.Kemudian gegas berlari keluar dari kamar mandi detik itu juga. Brak! Tak lupa ia menutup pintu kamar mandi setelah berhasil keluar.Ia mengusap kasar wajahnya, menangkup kedua pipi, sangat menyesali perbuatan memalukan itu.“Oh, Tuhan … apa yang sudah aku lakukan?”“Bisa-bisanya aku—”Bayang-bayang Bayu yang hanya mengenakan celana dalam kembali terngiang di benak.Semakin dikenang, Raina bertambah frustasi.“Aargh!” pekiknya sambil mengacak kasar rambutnya dengan kedua tangan.Ia benar-benar merutuki diri sendiri yang begitu gegabah.Entah bagaimana dia harus berhadapan dengan Bayu lagi setelah ini. Sungguh itu hal
Ternyata Bayu menyadari kehadirannya, Raina pun tak berkutik. Detik selanjutnya Bayu juga lekas beranjak menghampirinya.Berada di hadapannya, Bayu tiba-tiba menjulurkan tangan.Raina reflek memundurkan langkah, bersikap waspada terhadap pria itu.Padahal Bayu hanya ingin mengambil alih gelas berisi susu, dan piring roti di tangannya.Bayu tampak membawa makanan tersebut menuju meja. Kemudian duduk kembali di tempatnya semula.“Udara pagi di sini ternyata sangat menyegarkan!” ucap Bayu berbasa-basi.“Kamu ga pernah bilang sama aku selama ini.”Dia tampak mengulas senyuman tipis di wajah, yang menggambarkan sedang menikmati kesegaran yang dikatakannya.Bayu tidak mengungkit tragedi yang terjadi di kamar mandi semalam, seakan telah melupakannya.Bayu bahkan bersikap sangat santai terhadap Raina tanpa rasa canggung, seperti tidak pernah terjadi hal yang memalukan itu.Hal ini pun secara tidak langsung mengurai perasaan malu yang dirasakan Raina.Meskipun gadis itu masih mematung di temp
Sekitar 30 menit kemudian pasangan itu pun bertemu kembali dengan penampilan yang sudah rapi.Tetapi Raina tidak merias wajahnya, hanya berbedak ala kadarnya saja. Hal itu ternyata dipermasalahkan Bayu.“Kamu beneran udah siap?” tanya Bayu.“Udah,” sahut Raina penuh keyakinan. Menurut Raina dirinya memang sudah siap. Dia sudah selesai mandi sejak tadi, tinggal mengganti pakaiannya, dan berbedak, seperti halnya yang dia lakukan sebelum bepergian.Dia bahkan telah menunggu Bayu di ruang tengah sejak 15 menit lalu.“Rambut masih basah begini? Mukamu juga terlihat pucat,” respon Bayu lagi.“Ah, masa sih? Mana ada pucat, aku sehat kok.” Perhatian Raina lebih tertuju pada penilaian wajah pucat.Dia terlihat bingung, Bayu mengatakan dia pucat.Raina salah fokus, dia tidak sepenuhnya paham akan apa yang sedang dibahas oleh Bayu.Yang sebenarnya Bayu sedang mengomentari dirinya yang tidak merias diri.“Lagian rambut kamu juga, masa pergi dalam keadaan basah begini?” Bayu mempermasalahkan ra
Selanjutnya Raina masih mempermasalahkan perihal makeup, dia merasa sangat risih, mengeluh tidak leluasa.“Sudah yang paling bener simple aja. Ini perjalanan menuju pantai tuh butuh waktu kurleb empat sampe lima jam loh! Seandainya aku ngantuk, terus pengen tidur, mata ngeganjel gini coba!”“Atau aku beneran tertidur pasti berantakan juga makeupnya, malah tambah aneh, kan?” ngoceh Raina panjang lebar.Bayu menanggapi dengan santai, “Ngaco, mana ada perjalanan ke pantai makan waktu sebanyak itu, paling lama dua puluh menit juga udah nyampe.”“Dua puluh menit, maksudmu dua ratus menit kali,” sanggah Raina cepat.Bayu terkekeh, “Lihat saja kalau tidak percaya.”“Mau membohongi siapa, anak kecil juga tau, dari sini ke pantai memakan waktu empat sampai lima jam!” ngotot Raina.Pernyataan Bayu memang tidak masuk akal, ucapan Raina yang benar. Dari tempat mereka menuju pantai memang membutuhkan waktu kurang lebih 4 hingga 5 jam.Raina menganggap ucapan Bayu di atas hanya sebagai pembelaan d
Dari lift, Bayu mengajak Raina keluar menuju loteng, dan menaiki pesawat. Dom juga ikut serta bersama mereka.Raina mengedar pandangan meneliti sekeliling pesawat dengan tatapan penuh kekaguman ketika menapak memasuki burung besi tersebut.Sesekali dia tampak membungkukkan badan membalas salam hormat para awak kabin yang menyapa mereka.Hingga tibalah mereka pada deretan kursi penumpang yang hanya terdapat beberapa buah saja, sekitar 10 seat, tapi berbeda dengan pada umumnya, sangat luas, nyaman dan mewah. Raina bisa segera memahami bahwa itu adalah pesawat pribadi, lagipula landasannya pun berada di kawasan hunian pribadi.Namun yang dipertanyakan Raina, itu pesawat siapa?“Dom, ini bukan pesawatmu, kan?” telitinya tiba-tiba.Lagi-lagi dia bertanya pada Dom, karena pria itu yang menyambut mereka saat tiba di rumah mewah tadi.Dom tergelak tawa mendengar pertanyaan Raina. “Kalo saya punya pesawat sekeren ini apa masih perlu saya menjadi seorang asisten?”“Terus ini punya siapa?”Ki