Selain dengkuran yang berhenti, Bayu juga tampak mengubah posisi. Dari terlentang menjadi menyamping— menghadap ke arah pintu pula.Namun matanya tetap terpejam rapat.Bayu pun tidak bersuara, tidak menegur Raina yang mencoba melarikan diri.Raina menyimpulkan Bayu masih terjaga, ia menghela napas lega.Kemudian segera melanjutkan niatnya, membuka lebar pintu secara perlahan, dan keluar secepat mungkin dari kamar tersebut sebelum Bayu benar-benar memergokinya.Dia berhasil melarikan diri dari Bayu.Namun Raina baru benar-benar merasa tenang setelah cukup lama Bayu tak menyusulnya di kamar sebelah.“Kayaknya dia memang ga tau aku keluar, dia benar-benar manusia yang unik,” cengir Raina.Antara lega tapi juga keheranan. Merasa lucu sekaligus kagum, bisa-bisanya Bayu begitu mudah terlelap.Sangat berbeda jauh dengannya yang membutuhkan waktu cukup lama untuk tertidur,— terlalu banyak yang terpikirkan.Selang sejenak pikiran Raina pun telah berseliweran, isi otaknya sangat penuh.Dari men
Masalahnya Anna bahkan telah melihat sosok Bayu— dia mengintip ke arah mobil Bayu setelah klakson kencang yang dibunyikan Bayu.“Itu siapa, Rain? Pacar kamu ya?” goda perempuan itu seketika.“Apaan, bukanlah!” lurus Raina segera.“Ah, masa? Pacar kamu kali? Ngaku aja!” cecar Anna tak percaya.Perempuan itu bahkan menggoda Raina lebih lagi—“Oh, aku tau, jadi kamu sibuk karena mau kencan sama pacar kamu, kan? Cie, Raina!”“Ish, apaan sih … udah dibilangin dia bukan pacarku! Mana ada kencan-kencan.”“Terus siapa dong?”“Bukan siapa-siapa! Iya udah ya, aku balik dulu, bye!” pamit Raina buru-buru, tepatnya menghindari Anna.Dia bahkan menghindari Bayu, supaya Anna tidak semakin salah paham.Raina melewati mobil Bayu begitu saja, seakan mereka tak saling mengenal.“Hei, apa maksudmu?” pekik Bayu yang sudah pasti mendapat kejutan atas sikapnya.Raina mengabaikan panggilan Bayu, terus melangkah dengan cepat.Tak peduli bagaimana ia harus menghadapi Bayu nantinya, yang terpenting Anna tidak m
Raina pun tiba-tiba teringat kejadian kemarin, tentang pertemuannya dengan Bayu di Corporindoo, Bayu berada di ruangan pribadi direktur utama ….Kemudian juga tentang bagaimana para karyawan di sana dalam memperlakukan Bayu, orang-orang itu sangat menghormati Bayu.Raina pun semakin antusias dengan pernyataan Bayu bahwa dirinya merupakan pemilik Corporindoo.“Tapi masa sih, dia CEO Corporindoo?” ragunya. “Kayaknya ga mungkin, keturunan sultan pemilik Corporindoo mau tinggal di rumah gubukku selama ini.”Pada waktu bersamaan dimana Raina kembali dirundung keraguan, Bayu bersuara menyadarkannya dari lamunan.“Ayo turun!” seru pria itu.Raina menyudahi perenungannya, manut pada ajakan Bayu untuk segera turun dari mobil.Sebab dia tak ingin membuang-buang waktu supaya tidak terlambat masuk kantor.Pasangan itu kemudian memasuki mall, langkah mereka langsung tertuju ke sebuah toko kosmetik brand ternama. “Silakan, boleh … mau nyari apa, Mbak?” sambut hangat seorang SPG.Raina tampak kago
Bayu tak mendapati dandanan Raina yang mirip badut pancoran seperti yang dikatakannya, tetapi perempuan itu sangat cantik—bikin pangling.Bayu menatap Raina penuh arti, membuat Raina salah tingkah.“Kamu kenapa sih ngeliatin aku begitu, beneran kayak badut pancoran ya?” selidik Raina.Namun pertanyaannya belum sempat dijawab oleh Bayu, Raina sudah kembali bersuara—“Bay, Bay, ada orang di depan,” ucapnya panik. Saking pangling dengan kecantikan Raina, Bayu lupa sedang menyetir, sehingga tak sadar kendaraannya telah keluar jalur, nyaris menabrak pengendara dari arah berlawanan.Bahkan dia tak mendengar suara klakson yang berkumandang nyaring, perlu Raina yang mengingatkannya.Usai diperingatkan Raina, Bayu pun segera menginjak rem yang diiringi teriakan Raina.Raina berteriak panik karena posisi mobil mereka dengan kendaraan roda dua di depan sudah terlalu dekat, tabrakan nyaris tak terhindari.Namun ia tak mendengar suara benturan setelah kendaraan mereka benar-benar berhenti sempurn
[ Kosongkan sekolah dalam tiga hari atau kalian terima akibatnya! ]Nama sekolah itu adalah SD Lentera, sedang menghadapi masalah besar yang berkaitan dengan surat-menyurat.Sekolah itu sangat berarti untuk Raina, terlebih dia terlalu mencintai anak-anak didiknya yang sudah seperti keluarga sendiri, tak peduli berhadapan dengan masalah sebesar apapun, Raina rela pasang badan di kala guru-guru lain justru tidak begitu peduli, bahkan Pak Budi mendesaknya menyerah.Raina tentu terbelalak membaca pesan dari nomor tak dikenal yang diabaikan beberapa hari lalu.Segera saja, guru matematika itu mencocokan tanggal pesan itu terkirim.Tanggal tiga …, sedangkan hari ini tanggal enam!"Astaga! Berarti, hari ini mereka akan datang," gumam Raina tanpa sadar.Rasanya, dia ingin merutuki dirinya yang memiliki kebiasaan tidak meladeni nomor tak dikenal. Bahkan, Rania membuka pesan ini hanya karena mengusir kebosanan menunggu antrian kasir.Jadi, begitu transaksi selesai, perempuan itu pun lekas berla
"Kalau sekolah benar-benar digusur, gimana nasib anak-anak? Mereka tidak bisa belajar lagi," lirih Raina sedih.Perempuan itu telah bergumul lama mengenai tempatnya mengajar agar tak digusur.Raina bahkan sudah menjual semua aset berharga yang ia miliki dan mengambil seluruh tabungannya. Namun, tetap saja tidak cukup untuk menebus tanah tempat sekolah berdiri.Mereka kalah bersaing dengan perusahaan besar di pelelangan.Namun, siapa sangka pengosongannya akan secepat ini?Padahal, Raina masih berusaha mencari cara supaya mereka tidak benar-benar diusir dari sana.Raina mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, tempat ia berada saat ini, "Atau aku pindahkan mereka ke sini saja?"Satu-satu hartanya yang masih tersisa, peninggalan orang tuanya, adalah sebuah rumah yang cukup besar dan nyaman.Akan tetapi, rumah ini jelas masih terlalu sempit untuk menampung murid-muridnya yang kian bertambah banyak.Lagipula, di situ tidak ada lapangan buat olahraga atau keperluan upacara.Kurang efis
Rasanya wajar bila Raina curiga.Bagaimana bisa seorang pria asing yang tiba-tiba mengusiknya ini tahu masalah hidupnya sejauh ini? "Kamu tidak perlu tahu. Yang jelas, kamu hanya perlu menjawab mau jadi pacarku dan aku akan membantumu!" ucap Bayu kala merasa posisi keduanya sudah kembali berbalik."Tapi—”"Kamu yakin siap kehilangan sekolah itu?" potong pria itu lagi.Raina terdiam seribu bahasa.Ia terlalu lemah saat membicarakan soal penggusuran sekolah.Sementara itu, Bayu tampak tersenyum puas melihat Raina tampak tak berdaya."Aku tidak akan memaksa. Yang jelas, kamu bisa pikirkan baik-baik tawaranku!"Bayu tersenyum. Ia lalu berbalik dan pergi dari kediaman Raina yang tampak memantung.Perempuan itu kembali teringat pada penggusuran sekolah.Ia pun kembali mencari cara agar anak didiknya tetap bisa menuntut ilmu di sana.Sempat ia memikirkan tawaran Bayu. Hanya saja, Raina menganggap pria itu sedang membual.Bayu tidak mungkin bisa mengembalikan sekolah padanya, kan? Meski kay
Dom tidak seharusnya membeberkan perihal kemana mereka harus membawa Raina pergi karena larangan Bayu.Tapi, dia keceplosan.Dengan panik, Dom pun berkata, "Cepat bawa dia ke mobil sekarang juga!"Mendengar itu, Raina memberontak. "Bilang dulu, mau ngapain ke bridal?" tanyanya meminta kejelasan.Dom menghela napas. "Bayu ada pemotretan baju pengantin. Dia nunggu kamu di sana," alasannya."Bener begitu?"Raina tidak percaya pada asisten Bayu itu karena seperti ada sesuatu yang disembunyikannya.Hanya saja, Raina memang tak berdaya.Dia tetap ikut dengan orang-orang yang dikirim Bayu, yang katanya akan membawanya menuju bridal.Sesampainya di tempat yang dituju, Raina semakin curiga ada yang tidak beres."Kamu bilang Bayu ada pemotretan, kenapa aku harus ikut didandani?""Iya karena kamu akan menemani Bayu. ‘Kan kalian pasangan.""Harus begitu?" Raina mengernyitkan wajah.Dom menanggapi dengan anggukan. "Pemotretan pengantin tanpa wanita gimana ceritanya coba?" Merasa perkataan asisten