Share

Bab 3

Penulis: Megumi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rasanya wajar bila Raina curiga.

Bagaimana bisa seorang pria asing yang tiba-tiba mengusiknya ini tahu masalah hidupnya sejauh ini? 

"Kamu tidak perlu tahu. Yang jelas, kamu hanya perlu menjawab mau jadi pacarku dan aku akan membantumu!" ucap Bayu kala merasa posisi keduanya sudah kembali berbalik.

"Tapi—”

"Kamu yakin siap kehilangan sekolah itu?" potong pria itu lagi.

Raina terdiam seribu bahasa.

Ia terlalu lemah saat membicarakan soal penggusuran sekolah.

Sementara itu, Bayu tampak tersenyum puas melihat Raina tampak tak berdaya.

"Aku tidak akan memaksa. Yang jelas, kamu bisa pikirkan baik-baik tawaranku!"

Bayu tersenyum. Ia lalu berbalik dan pergi dari kediaman Raina yang tampak memantung.

Perempuan itu kembali teringat pada penggusuran sekolah.

Ia pun kembali mencari cara agar anak didiknya tetap bisa menuntut ilmu di sana.

Sempat ia memikirkan tawaran Bayu. Hanya saja, Raina menganggap pria itu sedang membual.

Bayu tidak mungkin bisa mengembalikan sekolah padanya, kan? 

Meski kaya, tapi apa mungkin dia mengalahkan pengusaha yang bahkan masuk daftar 10 orang terkaya di Indonesia? 

Tring!

Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel menyadarkan Raina dari lamunan.

Meski dari nomor tak dikenal, tapi perempuan itu segera membacanya.

Dia tak ingin kejadian kemarin terulang.

[ Temui aku di alamat ini kalau kamu mau sertifikat ini kembali ke tanganmu.

-Bayu- ]

Bersamaan dengan itu, ada foto sertifikat tanah gedung sekolah berdiri.

Mata Raina sontak melebar sempurna. "Dia kok bisa punya sertifikat ini? Jadi dia serius akan mengembalikan sekolah padaku?"

Raina bergeming beberapa detik saking tak percaya dengan apa yang sedang disajikan saat ini.

Satu hal yang dipikirkan Raina, siapa Bayu sebenarnya?

Bayu mengetahui alamat rumahnya dengan mudah, lalu juga mendapatkan nomor ponselnya, yang lebih mencengangkan sertifikat tanah yang seharusnya berada di tangan pemilik Corp Group pun diperolehnya.

Raina merenungkan tawaran Bayu sepanjang malam.

Dia pun masih mencoba mencari opsi lain, berharap menemukan cara yang lebih baik tanpa harus menjadi kekasih sewaan Bayu.

 

Tanpa sadar, Raina terlelap. 

****

Tok tok tok!

Pagi-pagi sekali, suara ketukan pintu yang ramai membuat Raina terlonjak kaget.

"Siapa yang bikin keributan pagi-pagi gini?"

Baru hendak mengomel karena merasa sangat terganggu, terdengar suara anak kecil berbicara.

"Bu Nana! Bu Nana buka pintunya!"

"Bu Nana, sekolah kita … sekolah kita mau dihancurkan!"

Mata Raina melebar sempurna. Segera saja, ia lekas menghampiri pintu.

Tampak belasan anak-anak–perempuan, dan laki-laki–berdiri di depan.

Mereka mengadukan apa yang terjadi secara berebutan ….

"Banyak mobil truk di sekolah kita, Bu!"

"Orang-orang jahat itu melarang kita masuk ke sekolah …."

"Gerbang sekolah kita sudah roboh!"

Raina tampak bingung harus mendengar siapa terlebih dahulu.

Hanya saja, intinya satu: sekolah sedang dalam ancaman serius!

Raina pun mengangguk cepat. "Kita ke sana sekarang juga! Bu Nana tutup pintu dulu ya."

Perempuan itu pun kemudian mengunci pintu rumahnya. Setelahnya, dia segera berlari cepat bersama anak-anak menuju sekolah.

Sesampainya di sekolah, ucapan murid-muridnya terbukti.

Raina tampak begitu syok.

"Kalian tidak boleh menghancurkan sekolah kami! Aku akan melaporkan kalian semua!" pekiknya.

Alih-alih takut, seorang pria bertopi proyek yang merupakan mandor tim–tersenyum sinis. "Laporkan saja, kami punya surat perintah!" balasnya. 

"Tarman, buruan hidupkan mesin, kita bongkar bagian sini dulu!" Lelaki tersebut menambahkan titah.

"Abaikan dia, cukup dengarkan kataku!" balasnya tak peduli kepanikan Raina.

Para pekerja pun bekerja sesuai perintah. Mereka lekas menghidupkan mesin dan bersiap-siap melakukan pekerjaan.

Hanya saja, di kala alat berat dalam keadaan siaga di atas atap salah satu ruangan kelas, Raina kembali berteriak dengan panik ….

"Tunggu! Aku akan menerima tawaran itu!"

Semua orang menatapnya penuh tanda tanya, tampak tak mengerti dengan apa yang dikatakannya.

Raina lantas mengotak-atik layar ponselnya dan menghubungi Bayu. 

Beruntung panggilannya langsung dijawab.

“Halo–”

"Aku terima tawaranmu!" potong Raina cepat.

"Tawaran apa? Katakan dengan jelas!"

Merasa Bayu sedang mengerjainya, Raina begitu geram. Namun, ia tak berdaya karena tidak mungkin memarahi pria itu di saat-saat seperti ini.

"Aku mau jadi pacarmu!" tegasnya.

Terdengar tawa dari seberang. "Bagus!"

Tak lama, panggilan keduanya terputus. 

Hal ini jelas membuat Raina panik.

 

Hanya saja, tak lama, ponsel mandor di hadapannya berdering.

Entah dengan siapa pria itu berbicara dan apa yang dikatakan sang penelepon.

Yang jelas … setelah menutup telepon, sang mandor tiba-tiba berkata, "Hentikan pembongkaran, ini perintah atasan!"

Raina terbelalak sejenak sebelum menghela napas lega.

Namun, ia sadar ini adalah kelegaan semu karena masalah baru justru akan segera dimulai!

Walaupun belum seutuhnya memberikan sertifikat tanah, Bayu telah membantunya agar sekolah ini batal dibongkar.

Raina bukan seorang pengingkar janji.

Setelah pulang dari sekolah, ia berencana menemui Bayu di alamat yang dikirimkannya nanti. 

Akan tetapi, belum sempat dia mengunjungi Bayu, pria itu telah mengirimkan sang asisten ke rumah Raina untuk menjemput dirinya.

"Kalian …."

"Selamat sore, Mbak Raina. Perkenalkan saya Dom, Bayu yang mengirim saya ke mari," ucap pria kemayu itu dengan gaya khasnya.

"Bilang padanya, aku akan menemuinya sebentar lagi," balas Raina cepat.

"Oh, pergi sama kita saja, Mbak Raina."

"Tidak perlu. Kalian balik saja dulu, aku masih mau mandi."

Di kala Raina hendak melanjutkan langkah mendekati pintu rumahnya, Dom menggelengkan kepala ke arah 2 pria dekat mobil.

Kedua orang itu segera bergerak mengunci tangan Raina.

"Lepas! Apa-apaan kalian?"

"Maafkan kami, Mbak Raina. Ini perintah Pak Bayu. Mbak Raina harus ikut kami sekarang juga ke bridal!"

"Be-bridal? Mau ngapain ke Bridal?"

Bersambung ….

Bab terkait

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 4

    Dom tidak seharusnya membeberkan perihal kemana mereka harus membawa Raina pergi karena larangan Bayu.Tapi, dia keceplosan.Dengan panik, Dom pun berkata, "Cepat bawa dia ke mobil sekarang juga!"Mendengar itu, Raina memberontak. "Bilang dulu, mau ngapain ke bridal?" tanyanya meminta kejelasan.Dom menghela napas. "Bayu ada pemotretan baju pengantin. Dia nunggu kamu di sana," alasannya."Bener begitu?"Raina tidak percaya pada asisten Bayu itu karena seperti ada sesuatu yang disembunyikannya.Hanya saja, Raina memang tak berdaya.Dia tetap ikut dengan orang-orang yang dikirim Bayu, yang katanya akan membawanya menuju bridal.Sesampainya di tempat yang dituju, Raina semakin curiga ada yang tidak beres."Kamu bilang Bayu ada pemotretan, kenapa aku harus ikut didandani?""Iya karena kamu akan menemani Bayu. ‘Kan kalian pasangan.""Harus begitu?" Raina mengernyitkan wajah.Dom menanggapi dengan anggukan. "Pemotretan pengantin tanpa wanita gimana ceritanya coba?" Merasa perkataan asisten

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 5

    "Bagus!" Bayu segera menarik kertas yang baru selesai ditandatangani Raina. "Ingat, jadi istri yang patuh! Kalau tidak, tanggung sendiri akibatnya."Raina tak menjawab.Ucapan Bayu seakan mengandung makna mengerikan.Apalagi, detik selanjutnya Bayu tiba-tiba beranjak dari sofa, dan berjalan ke arahnya.Raina segera bersikap waspada.Hanya saja, Bayu ternyata melewatinya begitu saja.Langkah Bayu lurus ke arah kamar!"Di sini hanya ada satu kamar, kamu tidur di ruang tamu untuk malam ini!" ucap Bayu tanpa menoleh.Raina sontak bernafas lega. "Tidur di sofa jauh lebih baik, sangat empuk."Sembari merenggangkan otot-otot yang telah bekerja keras di sepanjang hari ini, Raina membaca ulang selebaran berisi peraturan pernikahan kontrak yang ditinggalkan Bayu.Rupanya tidak seburuk yang ia kira.Terdapat beberapa hal menguntungkan baginya.Seperti, selama pernikahan kontrak, mereka bebas menjalani kehidupan masing-masing.Pekerjaan maupun pergaulan.Mereka hanya perlu tampil mesra selayaknya

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 6

    Setelah melalui drama singkat, Raina benar-benar memulai pekerjaannya.Sejujurnya dia masih terngiang dengan ucapan Bayu sejenak lalu, "Tidur pakai jeans pasti tidak nyaman." Kemudian memberinya pakaian ganti. Lagipula itu sudah pagi, buat apa Bayu masih memberikan pakaian tersebut, tentu terasa ambigu, seperti Bayu memintanya kembali tidur.Sebenarnya saat ini memang masih terlalu pagi, jam di dinding menunjukkan jam 3 subuh.Namun Raina tak mahu membuang waktu sia-sia.Sesuai dengan ucapannya tadi, dia harus lekas menuntaskan pekerjaan yang sangat banyak supaya tidak terlambat pergi ke sekolah.Tetapi tidak membutuhkan waktu terlalu lama juga baginya bersih-bersih, karena apartemen Bayu teramat terawat. Hanya dalam waktu kurang dari satu jam dia telah menyelesaikan semua pekerjaan.Raina diam-diam mengagumi Bayu, tidak ada pembantu unitnya begitu bersih. Tentu jarang ada laki-laki seperti ini.“Pantas saja dia memintaku memperhatikan kebersihan,” senyumnya polos.Sejenak Raina men

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 7

    “Tenanglah, nanti akan ada guru baru yang mengajari kalian,” sahut Raina pada akhirnya.Dia tak ingin membuat murid-murid kesayangannya itu khawatir.“Benarkah?”“Tentu saja, Bu Nana akan cari guru pengganti untuk kalian,” jawabnya lagi.“Baguslah. Horeee!”Anak-anak yang polos itu tampak tenang kembali. Raina lalu meminta mereka melanjutkan kegiatan merapikan kelas yang tinggal sedikit lagi.Padahal semua sungguh tidak sedang baik-baik saja.Raina berpikir keras apa yang harus dilakukannya sekarang. “Ke mana aku harus mencari guru pengganti untuk mereka?" lirihnya tanpa sadar.Lalu, bagiamana caranya dia membayar gaji guru-guru tersebut, sementara pihak yayasan juga kabarnya telah lepas tangan?Dia juga tidak bisa mengandalkan uang SPP anak-anak, mereka semua berasal dari keluarga kurang mampu. Selama ini mereka hanya membayar sebisanya saja."Apa aku harus meminta bantuan pria menyebalkan itu lagi...?"Raina menggelengkan kepala, tak setuju.Jadi di sinilah dia saat ini--melangkah l

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 8

    Raina buru-buru menegakkan posisi. Betapa wajahnya bertambah panas.“Ma-maaf, aku bukan sengaja.”Saking malu, ia sampai tak berani menatap wajah Bayu lagi.Untungnya Bayu tidak menggodanya, pria itu mengembalikan topik utama mereka. Dia menerangkan alasan kenapa pria itu di rumah Raina.“Jadi ... apartemenku terlalu kecil untuk ditinggali berdua. Tidak mungkin kan kamu tidur di sofa setiap hari?”“Maka, aku memutuskan untuk sementara, kita tinggal di sini saja,” ringkas Bayu.Entahlah, sebenarnya Raina tetap menolak Bayu pindah yang ke rumahnya, tetapi lidahnya seperti kaku tak dapat bersuara.Akibat kejadian saat lalu, dia mendadak kikuk.Alih-alih berdebat dengan Bayu, dia justru ingin cepat-cepat berlalu dari hadapan pria itu.Sejenak dia memang segera berlalu, menuju ke arah kamarnya tanpa menanggapi ucapan Bayu sama sekali.Ceklek!Raina membuka pintu kamarnya.Ketika akan melangkah masuk dia menyadari sesuatu yang membuat matanya perlahan membulat besar.Desain kamarnya yang t

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 9

    “Atau aku—”Bayu menurunkan nada bicara, tetapi Raina segera memotong.“Kamu ini apa tidak bisa menghormati orang sedikit saja?”“Hampir setiap malam aku hanya tidur dua sampai tiga jam, tidak bisakah kamu membiarkan aku istirahat sebentar, hah?!” pekiknya penuh emosi.Raina seakan sedang mengalami mood swing, mungkin efek dari tidur yang terganggu.Raina bersikap begini, Bayu bergeming. Tidak terlihat hendak memarahinya balik. Tampak pengertian.Hal ini sedikit meredam suasana hati gadis itu.“Di kulkas ada makanan, panaskan saja kalau mau makan,” imbuhnya dengan nada yang sedikit diturunkan, “Atau kalau tidak berselera kamu juga bisa memesannya di luar, kan? Jadi, tolong jangan ganggu aku. OK!”Tak lama, Raina pun memasuki kamar kembali, menutup pintu dengan kuat, serta tak lupa menguncinya.Ia membenamkan wajahnya di bantal, dan kembali tertidur dalam waktu singkat.Untungnya, Bayu tidak mengusiknya lagi setelahnya, membiarkan dia tidur dengan tenang.Lumayan lama Raina terlelap, s

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 10

    Ouch!” Hilang sudah suasana damai yang sempat tercipta. Raina kembali dibuat kesal oleh Bayu. “Kamu bener-bener ya! Kenapa sih, kamu selalu bertindak seenaknya saja?” maki perempuan itu. “Emangnya kenapa, aku kan sudah bilang, tidak ada pembantu! Kamu yang harus mengerjakan semua pekerjaan!” “Chh” Raina menatap Bayu sambil menggigit sudut bibir, rasanya dia sangat ingin menelan pria di hadapannya itu.Detik ini dia baru memahami salah satu kalimat yang tercantum di surat perjanjian tentang bersih-bersih. Sementara Bayu tampak serius menyimak ponselnya yang kemudian beranjak dari posisi duduk, dan melangkah pergi meninggalkan Raina sembari berkata …. “Aku pergi dulu, mau syuting. Mungkin sampai pagi, tidak perlu menungguku pulang!” Reflek Raina menyahut cepat, “Siapa juga yang mau menunggumu! Bagusnya kamu nggak usah kembali ke sini selamanya!” Setelah sosok Bayu tak terlihat lagi, konsentrasi Raina tertuju pada piring yang menggunung di wastafel— Dia belum mencucinya sejak

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 11

    Mendengar itu, Raina melototkan mata.Selama ini, ada gosip bahwa Pak Budi kenal dengan perwakilan pemilik perusahaan yang menginginkan tanah tersebut. Dan pak Budi akan mendapat upah yang besar. Tapi, siapa sangka ini sungguhan? “Pantas saja semua strategiku untuk menyelamatkan sekolah selama ini selalu gagal! Ternyata Anda pengkhianatnya, Pak!” ketus gadis itu, kesal. “Kamu jangan munafik, Bu Raina, aku akan memberimu dua puluh juta! Kamu pasti belum pernah melihat uang sebanyak itu, kan?” Tangan Raina mengepal, menahan amarah. “Lebih baik Anda pergi sekarang juga!” ketusnya. “Kau ini bener-bener keras kepala ya!” bentak Pak Budi tiba-tiba.Keributan itu jelas membuat murid-murid kelas 6 terkejut. Seketika, mereka datang dan membantu Raina. “Cepat pergi kau, Pak guru berhati jahat!” usir salah satu anak. “Betul, cepat pergi dari sekolah kami sekarang juga!” Bugh! Mereka rama-ramai melempari Pak Budi dengan bola-bola kertas. Sebagian bola-bola kertas yang berterbangan ke

Bab terbaru

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 67

    Bayu tak mendapati dandanan Raina yang mirip badut pancoran seperti yang dikatakannya, tetapi perempuan itu sangat cantik—bikin pangling.Bayu menatap Raina penuh arti, membuat Raina salah tingkah.“Kamu kenapa sih ngeliatin aku begitu, beneran kayak badut pancoran ya?” selidik Raina.Namun pertanyaannya belum sempat dijawab oleh Bayu, Raina sudah kembali bersuara—“Bay, Bay, ada orang di depan,” ucapnya panik. Saking pangling dengan kecantikan Raina, Bayu lupa sedang menyetir, sehingga tak sadar kendaraannya telah keluar jalur, nyaris menabrak pengendara dari arah berlawanan.Bahkan dia tak mendengar suara klakson yang berkumandang nyaring, perlu Raina yang mengingatkannya.Usai diperingatkan Raina, Bayu pun segera menginjak rem yang diiringi teriakan Raina.Raina berteriak panik karena posisi mobil mereka dengan kendaraan roda dua di depan sudah terlalu dekat, tabrakan nyaris tak terhindari.Namun ia tak mendengar suara benturan setelah kendaraan mereka benar-benar berhenti sempurn

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 66

    Raina pun tiba-tiba teringat kejadian kemarin, tentang pertemuannya dengan Bayu di Corporindoo, Bayu berada di ruangan pribadi direktur utama ….Kemudian juga tentang bagaimana para karyawan di sana dalam memperlakukan Bayu, orang-orang itu sangat menghormati Bayu.Raina pun semakin antusias dengan pernyataan Bayu bahwa dirinya merupakan pemilik Corporindoo.“Tapi masa sih, dia CEO Corporindoo?” ragunya. “Kayaknya ga mungkin, keturunan sultan pemilik Corporindoo mau tinggal di rumah gubukku selama ini.”Pada waktu bersamaan dimana Raina kembali dirundung keraguan, Bayu bersuara menyadarkannya dari lamunan.“Ayo turun!” seru pria itu.Raina menyudahi perenungannya, manut pada ajakan Bayu untuk segera turun dari mobil.Sebab dia tak ingin membuang-buang waktu supaya tidak terlambat masuk kantor.Pasangan itu kemudian memasuki mall, langkah mereka langsung tertuju ke sebuah toko kosmetik brand ternama. “Silakan, boleh … mau nyari apa, Mbak?” sambut hangat seorang SPG.Raina tampak kago

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 65

    Masalahnya Anna bahkan telah melihat sosok Bayu— dia mengintip ke arah mobil Bayu setelah klakson kencang yang dibunyikan Bayu.“Itu siapa, Rain? Pacar kamu ya?” goda perempuan itu seketika.“Apaan, bukanlah!” lurus Raina segera.“Ah, masa? Pacar kamu kali? Ngaku aja!” cecar Anna tak percaya.Perempuan itu bahkan menggoda Raina lebih lagi—“Oh, aku tau, jadi kamu sibuk karena mau kencan sama pacar kamu, kan? Cie, Raina!”“Ish, apaan sih … udah dibilangin dia bukan pacarku! Mana ada kencan-kencan.”“Terus siapa dong?”“Bukan siapa-siapa! Iya udah ya, aku balik dulu, bye!” pamit Raina buru-buru, tepatnya menghindari Anna.Dia bahkan menghindari Bayu, supaya Anna tidak semakin salah paham.Raina melewati mobil Bayu begitu saja, seakan mereka tak saling mengenal.“Hei, apa maksudmu?” pekik Bayu yang sudah pasti mendapat kejutan atas sikapnya.Raina mengabaikan panggilan Bayu, terus melangkah dengan cepat.Tak peduli bagaimana ia harus menghadapi Bayu nantinya, yang terpenting Anna tidak m

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 64

    Selain dengkuran yang berhenti, Bayu juga tampak mengubah posisi. Dari terlentang menjadi menyamping— menghadap ke arah pintu pula.Namun matanya tetap terpejam rapat.Bayu pun tidak bersuara, tidak menegur Raina yang mencoba melarikan diri.Raina menyimpulkan Bayu masih terjaga, ia menghela napas lega.Kemudian segera melanjutkan niatnya, membuka lebar pintu secara perlahan, dan keluar secepat mungkin dari kamar tersebut sebelum Bayu benar-benar memergokinya.Dia berhasil melarikan diri dari Bayu.Namun Raina baru benar-benar merasa tenang setelah cukup lama Bayu tak menyusulnya di kamar sebelah.“Kayaknya dia memang ga tau aku keluar, dia benar-benar manusia yang unik,” cengir Raina.Antara lega tapi juga keheranan. Merasa lucu sekaligus kagum, bisa-bisanya Bayu begitu mudah terlelap.Sangat berbeda jauh dengannya yang membutuhkan waktu cukup lama untuk tertidur,— terlalu banyak yang terpikirkan.Selang sejenak pikiran Raina pun telah berseliweran, isi otaknya sangat penuh.Dari men

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 63

    Rombongan nenek tak lagi terlihat jejaknya, Raina masih terbengong di tempatnya berdiri sejak awal, dengan wajah yang terasa hangat akibat ucapan Nyonya besar Edgardo yang meminta cucu.Gadis polos itu merasa sangat malu mendengar kalimat yang dirasa tabu baginya.Lagipula balik lagi pada— hubungannya dengan Bayu— hanya sebuah hubungan semu yang memiliki batas waktu, tidak mungkin mencetak cucu untuk keluarga Edgardo.“Kamu ngapain masih di situ!” tegur Bayu tiba-tiba. Pria itu sudah masuk ke dalam rumah sebelumnya, dia keluar lagi saat menyadari Raina masih berada di luar.Raina sontak menoleh ke arah asal suara, dan mendapatkan Bayu sedang berdiri tegak di ambang pintu.Dia keheranan melihat Bayu yang begitu santai.Raina lalu menghampiri Bayu dengan segera, dan menyampaikan rasa penasarannya tentang sikap pria itu.“Kamu masih bisa tenang setelah nenekmu ngomong kayak tadi?” “Emangnya nenek ngomong apa?”Raina menghela tak percaya bahwa Bayu tak mungkin tidak mendengar ucapan nen

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 62

    Deg!Mata Raina perlahan melebar sempurna, wajah pun menjadi pucat, merasakan hangatnya sentuhan sang nenek seakan membakar menembus kulit tangannya yang dingin menusuk tulang.Sementara dia belum menyerah, berusaha menarik tangannya untuk membatalkan pemberian hadiah pada sang nenek.Hanya saja usahanya tak membuahkan hasil, sebab juga tidak berani terlalu bertenaga, takut menyinggung perasaan Nyonya besar Edgardo.Gagal dengan usahanya, Raina melirik Bayu—mencari bantuan.Namun Bayu pun tak terlihat ingin membantunya kali ini. Pria di hadapannya itu hanya membalas menatapnya dengan tatapan penuh arti dalam geming.Atau mungkin Bayu juga tidak dapat berbuat banyak karena kesalahan yang dia lakukan terlalu besar?Entahlah, Raina mulai gelisah, dan ketakutan. Semakin yakin dirinya sedang dalam masalah besar!Terutama sang nenek tiba-tiba merebut gantungan kunci dari tangannya.“Tamatlah riwayatku!” batin Raina memalingkan wajah.Dia tak memiliki keberanian untuk beradu tatap dengan Ny

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 61

    Jangankan Raina, Bayu pun terlonjak kaget mendengar pekik nenek yang kencang itu.Sebab keberadaan nenek benar-benar tak diketahui oleh mereka.Raina merasakan jantungnya berdebar-debar, ternyata apa yang dikatakan Bayu benar, sang nenek sangat galak.Wajah wanita usia lanjut yang masih sangat energik itu begitu garang, menatapnya dengan tatapan mengerikan.Membuat Raina seketika menundukkan kepala.Beruntung Bayu cukup pengertian, pria itu memberinya ketenangan yang berarti.Bayu masih mendekapnya hingga detik ini, bahkan lebih erat lagi, seperti mengetahui dirinya sedang ketakutan menghadapi sang nenek.Sejenak Bayu juga membantunya melewati saat-saat menegangkan tersebut, dengan mengalihkan perhatian sang nenek.“Nenek kok tidak bilang-bilang mau kemari? Kalau begini ‘kan kami jadi tidak ada persiapan apa-apa buat menyambut Nenek.”Sambil berkata, Bayu berjalan menghampiri Nyonya Edgardo.Sungkem pada sang nenek, menciumi kening, pipi kanan dan pipi kiri sesepuh tersebut. Menggamba

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 60

    Bayu mengerutkan kening, menatap serius objek di depan sana— wajahnya itu terlihat tegang.Hal ini menarik perhatian Raina yang kebetulan meliriknya.Namun ia tidak langsung menanyakan apa yang terjadi terhadap Bayu, melainkan ikut menoleh ke arah yang ditatap Bayu.Raina pun menemukan keberadaan mobil-mobil mewah itu, terparkir di sepanjang jalanan.“Ada acara apa nih, tumben banyak mobil di daerah sini,” ujar Raina.Dia malah tidak berburuk sangka seperti Bayu yang langsung menebak mobil-mobil tersebut sebenarnya berada di rumah mereka.Sebab hanya Bayu yang mengenali kendaraan-kendaraan itu.Bayu tak menanggapi ucapan Raina, terus memasang wajah serius, Raina justru mengira Bayu merasa terganggu dengan keberadaan mobil-mobil itu.“Atau parkir di dekat sini aja, kita jalan kaki ke rumah,” anjur Raina lebih lanjut. Masih menambahkan saran lain, “Nanti setelah mobil-mobil itu pergi baru majuin mobilmu.”Sementara Bayu tak terlihat mengindahkan ucapan Raina, ia melewati tempat parkir y

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 59

    Bukan hanya membelikan makanan untuk pria paruh baya tersebut, Bayu juga menawarkan diri mengantarnya pulang.Rumah pak kumis ternyata cukup prihatin— anak dan ayah itu hanya tinggal di rumah kardus.Tak tanggung-tanggung, Bayu bahkan membeli satu unit rumah untuk mereka.Masih memberikan bantuan lainnya, seperti kebutuhan sehari-hari (sembako), dan terakhir mewujudkan impian pak kumis yang ingin membuka usaha jual siomay demi keberlangsungan hidup.Raina bertambah mengagumi Bayu atas sikap baiknya itu.“Terima kasih ya, kamu udah mau nolongin bapak itu,” ucap Raina ketika mereka dalam perjalanan pulang.Bayu tergelak kecil.“Kenapa kamu harus berterima kasih?”“Aku benar-benar terharu. Kamu bahkan rela menghabiskan tabungan untuk membelikan mereka rumah. Kamu pasti menghabiskan seluruh tabunganmu selama ini, kan?” tebak Raina tanpa mengharapkan jawaban.Bayu mengeluarkan banyak uang untuk membeli rumah, menurut Raina pria itu pasti menghabiskan seluruh tabungan, atau setidaknya lebih

DMCA.com Protection Status