Rasanya wajar bila Raina curiga.
Bagaimana bisa seorang pria asing yang tiba-tiba mengusiknya ini tahu masalah hidupnya sejauh ini? "Kamu tidak perlu tahu. Yang jelas, kamu hanya perlu menjawab mau jadi pacarku dan aku akan membantumu!" ucap Bayu kala merasa posisi keduanya sudah kembali berbalik."Tapi—”"Kamu yakin siap kehilangan sekolah itu?" potong pria itu lagi.Raina terdiam seribu bahasa.Ia terlalu lemah saat membicarakan soal penggusuran sekolah.Sementara itu, Bayu tampak tersenyum puas melihat Raina tampak tak berdaya."Aku tidak akan memaksa. Yang jelas, kamu bisa pikirkan baik-baik tawaranku!"Bayu tersenyum. Ia lalu berbalik dan pergi dari kediaman Raina yang tampak memantung.Perempuan itu kembali teringat pada penggusuran sekolah.Ia pun kembali mencari cara agar anak didiknya tetap bisa menuntut ilmu di sana.Sempat ia memikirkan tawaran Bayu. Hanya saja, Raina menganggap pria itu sedang membual.Bayu tidak mungkin bisa mengembalikan sekolah padanya, kan? Meski kaya, tapi apa mungkin dia mengalahkan pengusaha yang bahkan masuk daftar 10 orang terkaya di Indonesia? Tring!Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel menyadarkan Raina dari lamunan.Meski dari nomor tak dikenal, tapi perempuan itu segera membacanya.Dia tak ingin kejadian kemarin terulang.[ Temui aku di alamat ini kalau kamu mau sertifikat ini kembali ke tanganmu.-Bayu- ]Bersamaan dengan itu, ada foto sertifikat tanah gedung sekolah berdiri.Mata Raina sontak melebar sempurna. "Dia kok bisa punya sertifikat ini? Jadi dia serius akan mengembalikan sekolah padaku?"Raina bergeming beberapa detik saking tak percaya dengan apa yang sedang disajikan saat ini.Satu hal yang dipikirkan Raina, siapa Bayu sebenarnya?Bayu mengetahui alamat rumahnya dengan mudah, lalu juga mendapatkan nomor ponselnya, yang lebih mencengangkan sertifikat tanah yang seharusnya berada di tangan pemilik Corp Group pun diperolehnya.Raina merenungkan tawaran Bayu sepanjang malam.Dia pun masih mencoba mencari opsi lain, berharap menemukan cara yang lebih baik tanpa harus menjadi kekasih sewaan Bayu. Tanpa sadar, Raina terlelap. ****Tok tok tok!Pagi-pagi sekali, suara ketukan pintu yang ramai membuat Raina terlonjak kaget."Siapa yang bikin keributan pagi-pagi gini?"Baru hendak mengomel karena merasa sangat terganggu, terdengar suara anak kecil berbicara."Bu Nana! Bu Nana buka pintunya!""Bu Nana, sekolah kita … sekolah kita mau dihancurkan!"Mata Raina melebar sempurna. Segera saja, ia lekas menghampiri pintu.Tampak belasan anak-anak–perempuan, dan laki-laki–berdiri di depan.Mereka mengadukan apa yang terjadi secara berebutan …."Banyak mobil truk di sekolah kita, Bu!""Orang-orang jahat itu melarang kita masuk ke sekolah ….""Gerbang sekolah kita sudah roboh!"Raina tampak bingung harus mendengar siapa terlebih dahulu.Hanya saja, intinya satu: sekolah sedang dalam ancaman serius!Raina pun mengangguk cepat. "Kita ke sana sekarang juga! Bu Nana tutup pintu dulu ya."Perempuan itu pun kemudian mengunci pintu rumahnya. Setelahnya, dia segera berlari cepat bersama anak-anak menuju sekolah.Sesampainya di sekolah, ucapan murid-muridnya terbukti.Raina tampak begitu syok."Kalian tidak boleh menghancurkan sekolah kami! Aku akan melaporkan kalian semua!" pekiknya.Alih-alih takut, seorang pria bertopi proyek yang merupakan mandor tim–tersenyum sinis. "Laporkan saja, kami punya surat perintah!" balasnya. "Tarman, buruan hidupkan mesin, kita bongkar bagian sini dulu!" Lelaki tersebut menambahkan titah."Abaikan dia, cukup dengarkan kataku!" balasnya tak peduli kepanikan Raina.Para pekerja pun bekerja sesuai perintah. Mereka lekas menghidupkan mesin dan bersiap-siap melakukan pekerjaan.Hanya saja, di kala alat berat dalam keadaan siaga di atas atap salah satu ruangan kelas, Raina kembali berteriak dengan panik …."Tunggu! Aku akan menerima tawaran itu!"Semua orang menatapnya penuh tanda tanya, tampak tak mengerti dengan apa yang dikatakannya.Raina lantas mengotak-atik layar ponselnya dan menghubungi Bayu. Beruntung panggilannya langsung dijawab.“Halo–”"Aku terima tawaranmu!" potong Raina cepat."Tawaran apa? Katakan dengan jelas!"Merasa Bayu sedang mengerjainya, Raina begitu geram. Namun, ia tak berdaya karena tidak mungkin memarahi pria itu di saat-saat seperti ini."Aku mau jadi pacarmu!" tegasnya.Terdengar tawa dari seberang. "Bagus!"Tak lama, panggilan keduanya terputus. Hal ini jelas membuat Raina panik. Hanya saja, tak lama, ponsel mandor di hadapannya berdering.Entah dengan siapa pria itu berbicara dan apa yang dikatakan sang penelepon.Yang jelas … setelah menutup telepon, sang mandor tiba-tiba berkata, "Hentikan pembongkaran, ini perintah atasan!"Raina terbelalak sejenak sebelum menghela napas lega.Namun, ia sadar ini adalah kelegaan semu karena masalah baru justru akan segera dimulai!Walaupun belum seutuhnya memberikan sertifikat tanah, Bayu telah membantunya agar sekolah ini batal dibongkar.Raina bukan seorang pengingkar janji.Setelah pulang dari sekolah, ia berencana menemui Bayu di alamat yang dikirimkannya nanti. Akan tetapi, belum sempat dia mengunjungi Bayu, pria itu telah mengirimkan sang asisten ke rumah Raina untuk menjemput dirinya."Kalian ….""Selamat sore, Mbak Raina. Perkenalkan saya Dom, Bayu yang mengirim saya ke mari," ucap pria kemayu itu dengan gaya khasnya."Bilang padanya, aku akan menemuinya sebentar lagi," balas Raina cepat."Oh, pergi sama kita saja, Mbak Raina.""Tidak perlu. Kalian balik saja dulu, aku masih mau mandi."Di kala Raina hendak melanjutkan langkah mendekati pintu rumahnya, Dom menggelengkan kepala ke arah 2 pria dekat mobil.Kedua orang itu segera bergerak mengunci tangan Raina."Lepas! Apa-apaan kalian?""Maafkan kami, Mbak Raina. Ini perintah Pak Bayu. Mbak Raina harus ikut kami sekarang juga ke bridal!""Be-bridal? Mau ngapain ke Bridal?"Bersambung ….Dom tidak seharusnya membeberkan perihal kemana mereka harus membawa Raina pergi karena larangan Bayu.Tapi, dia keceplosan.Dengan panik, Dom pun berkata, "Cepat bawa dia ke mobil sekarang juga!"Mendengar itu, Raina memberontak. "Bilang dulu, mau ngapain ke bridal?" tanyanya meminta kejelasan.Dom menghela napas. "Bayu ada pemotretan baju pengantin. Dia nunggu kamu di sana," alasannya."Bener begitu?"Raina tidak percaya pada asisten Bayu itu karena seperti ada sesuatu yang disembunyikannya.Hanya saja, Raina memang tak berdaya.Dia tetap ikut dengan orang-orang yang dikirim Bayu, yang katanya akan membawanya menuju bridal.Sesampainya di tempat yang dituju, Raina semakin curiga ada yang tidak beres."Kamu bilang Bayu ada pemotretan, kenapa aku harus ikut didandani?""Iya karena kamu akan menemani Bayu. ‘Kan kalian pasangan.""Harus begitu?" Raina mengernyitkan wajah.Dom menanggapi dengan anggukan. "Pemotretan pengantin tanpa wanita gimana ceritanya coba?" Merasa perkataan asisten
"Bagus!" Bayu segera menarik kertas yang baru selesai ditandatangani Raina. "Ingat, jadi istri yang patuh! Kalau tidak, tanggung sendiri akibatnya."Raina tak menjawab.Ucapan Bayu seakan mengandung makna mengerikan.Apalagi, detik selanjutnya Bayu tiba-tiba beranjak dari sofa, dan berjalan ke arahnya.Raina segera bersikap waspada.Hanya saja, Bayu ternyata melewatinya begitu saja.Langkah Bayu lurus ke arah kamar!"Di sini hanya ada satu kamar, kamu tidur di ruang tamu untuk malam ini!" ucap Bayu tanpa menoleh.Raina sontak bernafas lega. "Tidur di sofa jauh lebih baik, sangat empuk."Sembari merenggangkan otot-otot yang telah bekerja keras di sepanjang hari ini, Raina membaca ulang selebaran berisi peraturan pernikahan kontrak yang ditinggalkan Bayu.Rupanya tidak seburuk yang ia kira.Terdapat beberapa hal menguntungkan baginya.Seperti, selama pernikahan kontrak, mereka bebas menjalani kehidupan masing-masing.Pekerjaan maupun pergaulan.Mereka hanya perlu tampil mesra selayaknya
Setelah melalui drama singkat, Raina benar-benar memulai pekerjaannya.Sejujurnya dia masih terngiang dengan ucapan Bayu sejenak lalu, "Tidur pakai jeans pasti tidak nyaman." Kemudian memberinya pakaian ganti. Lagipula itu sudah pagi, buat apa Bayu masih memberikan pakaian tersebut, tentu terasa ambigu, seperti Bayu memintanya kembali tidur.Sebenarnya saat ini memang masih terlalu pagi, jam di dinding menunjukkan jam 3 subuh.Namun Raina tak mahu membuang waktu sia-sia.Sesuai dengan ucapannya tadi, dia harus lekas menuntaskan pekerjaan yang sangat banyak supaya tidak terlambat pergi ke sekolah.Tetapi tidak membutuhkan waktu terlalu lama juga baginya bersih-bersih, karena apartemen Bayu teramat terawat. Hanya dalam waktu kurang dari satu jam dia telah menyelesaikan semua pekerjaan.Raina diam-diam mengagumi Bayu, tidak ada pembantu unitnya begitu bersih. Tentu jarang ada laki-laki seperti ini.“Pantas saja dia memintaku memperhatikan kebersihan,” senyumnya polos.Sejenak Raina men
“Tenanglah, nanti akan ada guru baru yang mengajari kalian,” sahut Raina pada akhirnya.Dia tak ingin membuat murid-murid kesayangannya itu khawatir.“Benarkah?”“Tentu saja, Bu Nana akan cari guru pengganti untuk kalian,” jawabnya lagi.“Baguslah. Horeee!”Anak-anak yang polos itu tampak tenang kembali. Raina lalu meminta mereka melanjutkan kegiatan merapikan kelas yang tinggal sedikit lagi.Padahal semua sungguh tidak sedang baik-baik saja.Raina berpikir keras apa yang harus dilakukannya sekarang. “Ke mana aku harus mencari guru pengganti untuk mereka?" lirihnya tanpa sadar.Lalu, bagiamana caranya dia membayar gaji guru-guru tersebut, sementara pihak yayasan juga kabarnya telah lepas tangan?Dia juga tidak bisa mengandalkan uang SPP anak-anak, mereka semua berasal dari keluarga kurang mampu. Selama ini mereka hanya membayar sebisanya saja."Apa aku harus meminta bantuan pria menyebalkan itu lagi...?"Raina menggelengkan kepala, tak setuju.Jadi di sinilah dia saat ini--melangkah l
Raina buru-buru menegakkan posisi. Betapa wajahnya bertambah panas.“Ma-maaf, aku bukan sengaja.”Saking malu, ia sampai tak berani menatap wajah Bayu lagi.Untungnya Bayu tidak menggodanya, pria itu mengembalikan topik utama mereka. Dia menerangkan alasan kenapa pria itu di rumah Raina.“Jadi ... apartemenku terlalu kecil untuk ditinggali berdua. Tidak mungkin kan kamu tidur di sofa setiap hari?”“Maka, aku memutuskan untuk sementara, kita tinggal di sini saja,” ringkas Bayu.Entahlah, sebenarnya Raina tetap menolak Bayu pindah yang ke rumahnya, tetapi lidahnya seperti kaku tak dapat bersuara.Akibat kejadian saat lalu, dia mendadak kikuk.Alih-alih berdebat dengan Bayu, dia justru ingin cepat-cepat berlalu dari hadapan pria itu.Sejenak dia memang segera berlalu, menuju ke arah kamarnya tanpa menanggapi ucapan Bayu sama sekali.Ceklek!Raina membuka pintu kamarnya.Ketika akan melangkah masuk dia menyadari sesuatu yang membuat matanya perlahan membulat besar.Desain kamarnya yang t
“Atau aku—”Bayu menurunkan nada bicara, tetapi Raina segera memotong.“Kamu ini apa tidak bisa menghormati orang sedikit saja?”“Hampir setiap malam aku hanya tidur dua sampai tiga jam, tidak bisakah kamu membiarkan aku istirahat sebentar, hah?!” pekiknya penuh emosi.Raina seakan sedang mengalami mood swing, mungkin efek dari tidur yang terganggu.Raina bersikap begini, Bayu bergeming. Tidak terlihat hendak memarahinya balik. Tampak pengertian.Hal ini sedikit meredam suasana hati gadis itu.“Di kulkas ada makanan, panaskan saja kalau mau makan,” imbuhnya dengan nada yang sedikit diturunkan, “Atau kalau tidak berselera kamu juga bisa memesannya di luar, kan? Jadi, tolong jangan ganggu aku. OK!”Tak lama, Raina pun memasuki kamar kembali, menutup pintu dengan kuat, serta tak lupa menguncinya.Ia membenamkan wajahnya di bantal, dan kembali tertidur dalam waktu singkat.Untungnya, Bayu tidak mengusiknya lagi setelahnya, membiarkan dia tidur dengan tenang.Lumayan lama Raina terlelap, s
Ouch!” Hilang sudah suasana damai yang sempat tercipta. Raina kembali dibuat kesal oleh Bayu. “Kamu bener-bener ya! Kenapa sih, kamu selalu bertindak seenaknya saja?” maki perempuan itu. “Emangnya kenapa, aku kan sudah bilang, tidak ada pembantu! Kamu yang harus mengerjakan semua pekerjaan!” “Chh” Raina menatap Bayu sambil menggigit sudut bibir, rasanya dia sangat ingin menelan pria di hadapannya itu.Detik ini dia baru memahami salah satu kalimat yang tercantum di surat perjanjian tentang bersih-bersih. Sementara Bayu tampak serius menyimak ponselnya yang kemudian beranjak dari posisi duduk, dan melangkah pergi meninggalkan Raina sembari berkata …. “Aku pergi dulu, mau syuting. Mungkin sampai pagi, tidak perlu menungguku pulang!” Reflek Raina menyahut cepat, “Siapa juga yang mau menunggumu! Bagusnya kamu nggak usah kembali ke sini selamanya!” Setelah sosok Bayu tak terlihat lagi, konsentrasi Raina tertuju pada piring yang menggunung di wastafel— Dia belum mencucinya sejak
Mendengar itu, Raina melototkan mata.Selama ini, ada gosip bahwa Pak Budi kenal dengan perwakilan pemilik perusahaan yang menginginkan tanah tersebut. Dan pak Budi akan mendapat upah yang besar. Tapi, siapa sangka ini sungguhan? “Pantas saja semua strategiku untuk menyelamatkan sekolah selama ini selalu gagal! Ternyata Anda pengkhianatnya, Pak!” ketus gadis itu, kesal. “Kamu jangan munafik, Bu Raina, aku akan memberimu dua puluh juta! Kamu pasti belum pernah melihat uang sebanyak itu, kan?” Tangan Raina mengepal, menahan amarah. “Lebih baik Anda pergi sekarang juga!” ketusnya. “Kau ini bener-bener keras kepala ya!” bentak Pak Budi tiba-tiba.Keributan itu jelas membuat murid-murid kelas 6 terkejut. Seketika, mereka datang dan membantu Raina. “Cepat pergi kau, Pak guru berhati jahat!” usir salah satu anak. “Betul, cepat pergi dari sekolah kami sekarang juga!” Bugh! Mereka rama-ramai melempari Pak Budi dengan bola-bola kertas. Sebagian bola-bola kertas yang berterbangan ke