Sebelum ke bab selanjutnya, coba tebak yuk gaes, kira-kira siapa ya dewa penolong Raina?
Mendengar itu, Raina melototkan mata.Selama ini, ada gosip bahwa Pak Budi kenal dengan perwakilan pemilik perusahaan yang menginginkan tanah tersebut. Dan pak Budi akan mendapat upah yang besar. Tapi, siapa sangka ini sungguhan? “Pantas saja semua strategiku untuk menyelamatkan sekolah selama ini selalu gagal! Ternyata Anda pengkhianatnya, Pak!” ketus gadis itu, kesal. “Kamu jangan munafik, Bu Raina, aku akan memberimu dua puluh juta! Kamu pasti belum pernah melihat uang sebanyak itu, kan?” Tangan Raina mengepal, menahan amarah. “Lebih baik Anda pergi sekarang juga!” ketusnya. “Kau ini bener-bener keras kepala ya!” bentak Pak Budi tiba-tiba.Keributan itu jelas membuat murid-murid kelas 6 terkejut. Seketika, mereka datang dan membantu Raina. “Cepat pergi kau, Pak guru berhati jahat!” usir salah satu anak. “Betul, cepat pergi dari sekolah kami sekarang juga!” Bugh! Mereka rama-ramai melempari Pak Budi dengan bola-bola kertas. Sebagian bola-bola kertas yang berterbangan ke
Tiba di depan pintu, Raina hendak membukanya dengan kunci di tangannya, tetapi ia memiliki keyakinan bahwa Bayu berada di rumah sehingga tidak jadi mencolokkan kunci tersebut.Dia langsung menyentuh gagang pintu, dan menurunkannya.Ceklek!Dan benar saja, pintu terbuka begitu saja. Kriet ….Ia mendorong pintu tersebut membukanya lebar, agar dapat leluasa meneliti ke dalam ruangan.Raina memiringkan kepala, dia yakin ada Bayu di dalam sana, tetapi dia tak menemukan pria itu.Sementara tanpa sepengetahuannya, Bayu lari kalang kabut ketika dia membuka pintu, takut ketahuan mengintipnya. Tak menemukan siapapun, Raina menelengkan kepala, sembari mengenang ketika pagi tadi, apakah dia lupa mengunci rumah? Raina menyadari dirinya memang terkadang ceroboh, tapi soal kunci rumah dia sering memeriksa hingga dua kali. Meskipun tak dapat mengingatnya dengan jelas, tapi Raina masih sangat yakin pasti semua yang sedang terjadi saat ini merupakan ulah Bayu. "Atau dia yang habis masuk tadi, terus
Perlahan tapi pasti, Raina mendekatkan bibirnya, hendak memberi napas buatan untuk Bayu.Dia benar-benar berhasil dikelabui oleh Bayu.Hingga pada posisi yang sangat dekat, ia tiba-tiba merasakan hembusan napas pria itu—Raina sontak membuka mata.Dan dia menemukan Bayu sedang menatapnya. Betapa ia terkesiap, tetapi tidak langsung beranjak justru terbengong. Tubuhnya mendadak kaku ikut membalas tatapan Bayu.“Sedang apa kau?” tegur Bayu.Raina pun tersadar dari lamunannya.Ia segera beranjak detik itu juga, tetapi tak dibiarkan Bayu.Pria itu menarik pinggangnya hingga keseimbangannya hilang— Ia pun terjatuh ke dalam pelukan Bayu.Sementara bibirnya menyosor bibir Bayu.Betapa syok yang dirasakannya, jantung Raina berdebar-debar.Setelah tersadar, Raina memberi pria itu pelajaran, dengan menggigit bibirnya.“Ah!!” Bayu menjerit histeris. “Sial! Kenapa kamu menggigitku?”Bayu reflek mendorongnya hingga posisi mereka menjauh. Raina terjungkal di lantai.“Masih nanya kenapa? Dasar baji
Faktanya, kegiatan belajar mengajar hari ini bahkan lebih kacau dari kemarin!Bukan hanya soal pelajaran, tetapi juga tentang perhatian terhadap anak-anak, mengawasi hampir 100 murid, dia tentu saja kecolongan.Seorang murid kelas satu melaporkan temannya keluar area sekolah! “Bu Nana, Tristan keluar gerbang! Katanya mau pulang!”“Apa?” Betapa terkejutnya dia, hingga seketika bangkit dari posisi duduk.“Iya, Bu Nana, dia sudah keluar!”“Kami melarangnya, tapi dia tidak mau dengar!” terang yang lainnya.“Sudah lama dia keluar?” selidik Raina.“Barusan, Bu.”Ia pun bergegas menyusul ke gerbang, tanpa lupa memperingatkan anak-anak yang lain agar tetap di kelas.Sungguh bagaikan menelan buah simalakama, meninggalkan seratusan anak lainnya di sekolah tanpa orang dewasa yang mengawasi tentu sangat beresiko.Pikiran Raina terbagi-bagi, membuatnya begitu panik, dan kebingungan.“Tristan!”Beruntung, dia segera menemukan anak muridnya itu begitu tiba di gerbang.Tristan belum pergi jauh.Tetap
Bayu mengajak Raina pergi dengan berlari, tidak menggunakan kendaraan, menuju ke suatu tempat yang masih menjadi rahasia.Sekian menit mengimbangi langkah Bayu, Raina mulai kelelahan.Dilepasnya genggaman Bayu dari pergelangannya sehingga langkah mereka terhenti.“Sebenarnya kamu mau ngajak aku kemana sih?” tanya Raina usai mengatur napas yang ngos-ngosan kala sejenak.“Ke taman itu,” tunjuk Bayu.Kebetulan mereka memang sudah tiba di tempat tujuan yang berada tepat di hadapan mereka saat ini. Adalah sebuah taman bunga yang indah. Semakin memukau saat terkena pancaran sinar bulan purnama.Raina tampak mengagumi tempat itu, membuatnya melupakan masalah-masalah yang ada kala sejenak.“Aku kok nggak tau ya, ada taman bunga seindah ini di daerah sini,” ucap Raina.Bayu sontak menanggapi, “Are you kidding me?”“Kamu sudah tinggal di daerah sini selama belasan tahun, tapi tidak tau sama taman ini?”“Iya karena aku memang jarang melewati jalan yang satu ini sih.” Raina membela diri. Namun
Akibat pujian Bayu, pasangan itu jadi terlibat aksi saling tatap, tetapi hanya sebentar saja. Keduanya tersadar dari lamunan pada detik yang hampir bersamaan.Raina mendekatkan lagi hidungnya pada bunga untuk menghirup aromanya.Sementara Bayu tiba-tiba mengulurkan tangan mendekati bunga tersebut, dan hendak memetiknya.“Eh, kamu mau apa?” henti Raina.“Mau petik. Kamu suka kan? Kita petik beberapa untuk dibawa pulang.”“Emang boleh? Nanti kamu dimarahi pemiliknya loh.”Bayu tersenyum, dan menyahut, “Tidak akan ada yang marah, ‘kan nggak ada yang lihat.”Namun Raina tetap khawatir, “Tapi—”“Nggak akan kenapa-kenapa, percaya sama aku. Buktinya kita bahkan bisa masuk ke sini dengan aman, kan?”Benar juga ya. Raina seakan baru tersadar akan hal itu. Bayu mengatakan taman itu tidak dibuka untuk umum, tetapi mereka bisa memasukinya dengan bebas. Kok bisa?Tetapi Raina juga tak terpikirkan untuk bertanya lebih banyak.Bahkan fokusnya segera beralih pada tangan Bayu yang sedang memetik bu
Bayu datang bersama Dom.Seketika itu juga baik Raina maupun Pak Budi menoleh ke arah mereka.“Ka-kalian kok bisa di sini?” sebut Raina mendapat kejutan.Sementara Bayu dan Dom melangkah perlahan mendekati titik kumpul.Pak Budi menyunggingkan senyuman sinis, “Wow! Pria yang berbeda lagi,” gumamnya.“Kukira kau perempuan baik-baik, Bu Raina, tapi ternyata—semurahan ini!” hinanya.“Jaga mulutmu, Pak Budi!” berang Raina.Pria itu terbahak kencang. Kemudian beralih pada Bayu, dan Dom yang baru tiba di titik kumpul, menghasut mereka, “Hei, Bung! Kalian hanya dimanfaatkan olehnya, dasar goblok!”“Apa maksudmu, Bangsat!”Bug!Dom naik pitam, tidak terima majikannya dihina, sontak mendaratkan bogem ke wajah pak Budi.Raina terkejut melihatnya, Dom yang kemayu bisa melakukan hal demikian.“Sial! Kau kira masih bisa mengalahkanku setelah kejadian waktu itu…?”Pak Budi membicarakan kejadian waktu itu, hanya Raina yang memahaminya. Namun Bayu juga tak menanyakan apapun.Kemudian Pak Budi tampa
Namun Pak Budi pun belum langsung percaya dengan apa yang dikatakan anak buah Bayu.“Halah! Kalian pasti membual!” tuduhnya kemudian. “Benar ‘kan, kalian membual?” sinis pria itu.Anak buah Bayu hendak menanggapi Pak Budi, tetapi dicegah pria bertuksido di sampingnya.Pria yang penampilannya paling berwibawa di antara yang lainnya tersebut mengambil alih meladeni Pak Budi, “Membual bagaimana? Sebentar, apa Anda yang bernama Pak Budi? Kalau betul, saya punya hadiah untuk Anda.”Usai berkata, pria tersebut belum langsung melanjutkan pembicaraan dengan Pak Budi, terlebih dulu menghampiri Bayu.Menyapa, serta memberi hormat kepada Bayu, “Selamat siang, Tuan Edgardo! Mohon maaf untuk ketidaknyamanan ini!” ucapnya sembari membungkukkan badan.“Anda ini—” Dom meneliti.“Oh, maaf lupa perkenalkan diri. Saya Samsul, kepala dinas pusat.”“Oh.” Dom lekas menyalaminya mewakili Bayu. “Terima kasih, Pak Samsul sudah menyempatkan waktu hadir langsung.”Tidak hanya Pak Budi yang tercengang di kejauha