"Bagus!" Bayu segera menarik kertas yang baru selesai ditandatangani Raina. "Ingat, jadi istri yang patuh! Kalau tidak, tanggung sendiri akibatnya."
Raina tak menjawab.Ucapan Bayu seakan mengandung makna mengerikan.Apalagi, detik selanjutnya Bayu tiba-tiba beranjak dari sofa, dan berjalan ke arahnya.Raina segera bersikap waspada.Hanya saja, Bayu ternyata melewatinya begitu saja.Langkah Bayu lurus ke arah kamar!"Di sini hanya ada satu kamar, kamu tidur di ruang tamu untuk malam ini!" ucap Bayu tanpa menoleh.Raina sontak bernafas lega. "Tidur di sofa jauh lebih baik, sangat empuk."Sembari merenggangkan otot-otot yang telah bekerja keras di sepanjang hari ini, Raina membaca ulang selebaran berisi peraturan pernikahan kontrak yang ditinggalkan Bayu.Rupanya tidak seburuk yang ia kira.Terdapat beberapa hal menguntungkan baginya.Seperti, selama pernikahan kontrak, mereka bebas menjalani kehidupan masing-masing.Pekerjaan maupun pergaulan.Mereka hanya perlu tampil mesra selayaknya suami istri di depan orang lain atau di tempat umum.Lalu yang terakhir, paling penting bagi Raina, tidak ada hubungan suami-istri.Mereka akan tidur terpisah!"Baguslah ada peraturan begini." Raina tersenyum lega.Meskipun peraturan lainnya lumayan melelahkan ….Raina wajib bangun pagi-pagi.Karena tidak ada pembantu, dia yang harus mencuci pakaian, memasak, menyapu, mengepel, membersihkan jendela setiap hari.Kata setiap hari dipertegas oleh Bayu dengan kalimat, "Aku tidak suka kotor. Jadi, kebersihan harus benar-benar diperhatikan!"Membayangkannya saja Raina merasa akan sangat kerepotan."Tapi nggak apa-apalah, seperti ini sudah sangat bagus," ucapnya menenangkan diri.Ceklek!Pintu kamar Bayu tiba-tiba terbuka.Raina sontak terlonjak kaget dan bangun dari posisinya yang berbaring."Mau apa lagi dia?" Wajah Raina menegang saat melihat Bayu keluar dari dalam kamar.Pria itu sedang berjalan ke arahnya.Bug!Tiba-tiba saja, bantal dan selimut dilempar ke arahnya, hingga tangan Raina sigap menangkap.Tanpa sepatah kata pun, Bayu segera berbalik dan kembali ke kamar.Lagi-lagi Raina yang terlalu berprasangka tidak baik terhadap Bayu. Namun, perempuan itu tak bisa disalahkan juga karena pertemuan keduanya sangat buruk."Belum satu jam tinggal bersama, aku hampir jantungan. Apalagi harus sampai satu tahun?" keluh Raina.Sungguh, dia belum terbiasa dengan keadaan seperti ini.Mereka memang hanya menjalani pernikahan kontrak, tetapi tinggal satu atap tetap saja meresahkan."Demi anak-anak, aku pasti bisa melalui semua ini," ucapnya menyemangati diri.Direbahkannya diri lagi di sofa.Dalam hitungan kurang dari 5 menit, ia pun terlelap.Untungnya, Raina masih bisa bangun tepat waktu.Dia berencana menyelesaikan semua pekerjaan yang menjadi tugasnya pagi itu.Hanya saja, ia tersadar ada sesuatu yang berbeda: lampu ruangan tampak padam.Raina sontak kebingungan mencari letak saklar lampu. Dia ingin menghidupkannya kembali supaya bisa memulai bekerja.Dalam gelap, ia meraba-raba.Raina hampir mencapai tembok, tetapi rencana tidak berjalan semulus yang diharapkan.Jedug!"Arrgh!"Kepala Raina kepentok benda yang cukup keras.Klik!Pada detik yang hampir bersamaan lampu ruangan tiba-tiba menyala.Raina tersentak kaget karena Bayu yang ternyata menghidupkan lampu.Dan benda yang ditabrak Raina adalah … siku Bayu.Perempuan itu reflek memundurkan langkah saat menyadari berada pada posisi yang sangat intim dengan Bayu.Ia berdiri di depan dada Bayu!"Kamu ngapain, pagi-pagi sudah berisik?" omelnya."Ma-maafkan aku membangunkanmu,” gugup Raina, “aku hanya mau nuntasin pekerjaan, biar nanti tidak telat ke sekolah."Bayu menatap Raina penuh arti.Raina tak mau kalah. Dia membalas tatapan Bayu dengan cukup berani.Perang tatap berlangsung singkat, sampai Bayu melangkah pergi begitu saja–menyisakan Raina seorang diri.Dia menatap pintu kamar Bayu yang telah tertutup sambil mengernyitkan dahi."Dasar orang aneh!" omel Raina yang merasa pria itu dingin dan cuek, tetapi anehnya memiliki hati yang lembut.Buktinya dia diam-diam mematikan lampu ruang tamu semalam, ketika mendapati Raina terlelap supaya Raina bisa tidur lebih nyenyak, kan?Ceklek!Bayu tiba-tiba membuka lagi pintu kamarnya dalam hitungan menit.Pria itu berjalan mendekatinya.Raina memundurkan langkah perlahan hingga punggung mentok menyentuh tembok, bersikap waspada takut Bayu memukulnya karena sudah mengumpati pria itu."Untukmu!" Bayu tiba-tiba menyodorkan baju padanya.Raina meraih dengan ragu-ragu."A-apa ini?""Pakaian ganti, memakai jeans saat tidur pasti tidak nyaman, kan?"Usai menjelaskan, Bayu lagi-lagi pergi begitu saja.Raina pun memperhatikan sehelai kaos dikombinasi dengan celana pendek selutut.Ia sontak menggelengkan kepala.Seharusnya, Bayu memberikannya saat malam tadi.Namun, tak dipungkiri, terdapat perasaan hangat menyelimuti hati Raina kala mendapati sikap Bayu yang ternyata lumayan baik terhadapnya."Setidaknya nikah kontrak tidak terlalu buruk juga." Raina tersenyum tipis.Memang sudah beberapa tahun ini, dia hidup seorang diri setelah kematian kedua orang tuanya.Kakak laki-lakinya yang terjerumus perjudian juga tak pernah kembali. Jadi, Raina sangat kesepian.Perlakuan kecil dari Bayu ini terasa cukup bermakna.Akan tetapi, penilaian baik terhadap Bayu segera lenyap dalam hitungan detik."Tapi, dia kok punya pakaian perempuan?" bingung Raina.Raina membuang pakaian yang diberikan Bayu ke tempat sampah, ia merasa enggan mengenakan pakaian itu."Tapi, kalo aku membuangnya bajingan itu pasti marah!" batinnya berkonflik, "Ahh!"Mau tidak mau ia harus memungut kembali pakaian itu, serta pergi menggantinya.Bersambung ….Setelah melalui drama singkat, Raina benar-benar memulai pekerjaannya.Sejujurnya dia masih terngiang dengan ucapan Bayu sejenak lalu, "Tidur pakai jeans pasti tidak nyaman." Kemudian memberinya pakaian ganti. Lagipula itu sudah pagi, buat apa Bayu masih memberikan pakaian tersebut, tentu terasa ambigu, seperti Bayu memintanya kembali tidur.Sebenarnya saat ini memang masih terlalu pagi, jam di dinding menunjukkan jam 3 subuh.Namun Raina tak mahu membuang waktu sia-sia.Sesuai dengan ucapannya tadi, dia harus lekas menuntaskan pekerjaan yang sangat banyak supaya tidak terlambat pergi ke sekolah.Tetapi tidak membutuhkan waktu terlalu lama juga baginya bersih-bersih, karena apartemen Bayu teramat terawat. Hanya dalam waktu kurang dari satu jam dia telah menyelesaikan semua pekerjaan.Raina diam-diam mengagumi Bayu, tidak ada pembantu unitnya begitu bersih. Tentu jarang ada laki-laki seperti ini.“Pantas saja dia memintaku memperhatikan kebersihan,” senyumnya polos.Sejenak Raina men
“Tenanglah, nanti akan ada guru baru yang mengajari kalian,” sahut Raina pada akhirnya.Dia tak ingin membuat murid-murid kesayangannya itu khawatir.“Benarkah?”“Tentu saja, Bu Nana akan cari guru pengganti untuk kalian,” jawabnya lagi.“Baguslah. Horeee!”Anak-anak yang polos itu tampak tenang kembali. Raina lalu meminta mereka melanjutkan kegiatan merapikan kelas yang tinggal sedikit lagi.Padahal semua sungguh tidak sedang baik-baik saja.Raina berpikir keras apa yang harus dilakukannya sekarang. “Ke mana aku harus mencari guru pengganti untuk mereka?" lirihnya tanpa sadar.Lalu, bagiamana caranya dia membayar gaji guru-guru tersebut, sementara pihak yayasan juga kabarnya telah lepas tangan?Dia juga tidak bisa mengandalkan uang SPP anak-anak, mereka semua berasal dari keluarga kurang mampu. Selama ini mereka hanya membayar sebisanya saja."Apa aku harus meminta bantuan pria menyebalkan itu lagi...?"Raina menggelengkan kepala, tak setuju.Jadi di sinilah dia saat ini--melangkah l
Raina buru-buru menegakkan posisi. Betapa wajahnya bertambah panas.“Ma-maaf, aku bukan sengaja.”Saking malu, ia sampai tak berani menatap wajah Bayu lagi.Untungnya Bayu tidak menggodanya, pria itu mengembalikan topik utama mereka. Dia menerangkan alasan kenapa pria itu di rumah Raina.“Jadi ... apartemenku terlalu kecil untuk ditinggali berdua. Tidak mungkin kan kamu tidur di sofa setiap hari?”“Maka, aku memutuskan untuk sementara, kita tinggal di sini saja,” ringkas Bayu.Entahlah, sebenarnya Raina tetap menolak Bayu pindah yang ke rumahnya, tetapi lidahnya seperti kaku tak dapat bersuara.Akibat kejadian saat lalu, dia mendadak kikuk.Alih-alih berdebat dengan Bayu, dia justru ingin cepat-cepat berlalu dari hadapan pria itu.Sejenak dia memang segera berlalu, menuju ke arah kamarnya tanpa menanggapi ucapan Bayu sama sekali.Ceklek!Raina membuka pintu kamarnya.Ketika akan melangkah masuk dia menyadari sesuatu yang membuat matanya perlahan membulat besar.Desain kamarnya yang t
“Atau aku—”Bayu menurunkan nada bicara, tetapi Raina segera memotong.“Kamu ini apa tidak bisa menghormati orang sedikit saja?”“Hampir setiap malam aku hanya tidur dua sampai tiga jam, tidak bisakah kamu membiarkan aku istirahat sebentar, hah?!” pekiknya penuh emosi.Raina seakan sedang mengalami mood swing, mungkin efek dari tidur yang terganggu.Raina bersikap begini, Bayu bergeming. Tidak terlihat hendak memarahinya balik. Tampak pengertian.Hal ini sedikit meredam suasana hati gadis itu.“Di kulkas ada makanan, panaskan saja kalau mau makan,” imbuhnya dengan nada yang sedikit diturunkan, “Atau kalau tidak berselera kamu juga bisa memesannya di luar, kan? Jadi, tolong jangan ganggu aku. OK!”Tak lama, Raina pun memasuki kamar kembali, menutup pintu dengan kuat, serta tak lupa menguncinya.Ia membenamkan wajahnya di bantal, dan kembali tertidur dalam waktu singkat.Untungnya, Bayu tidak mengusiknya lagi setelahnya, membiarkan dia tidur dengan tenang.Lumayan lama Raina terlelap, s
Ouch!” Hilang sudah suasana damai yang sempat tercipta. Raina kembali dibuat kesal oleh Bayu. “Kamu bener-bener ya! Kenapa sih, kamu selalu bertindak seenaknya saja?” maki perempuan itu. “Emangnya kenapa, aku kan sudah bilang, tidak ada pembantu! Kamu yang harus mengerjakan semua pekerjaan!” “Chh” Raina menatap Bayu sambil menggigit sudut bibir, rasanya dia sangat ingin menelan pria di hadapannya itu.Detik ini dia baru memahami salah satu kalimat yang tercantum di surat perjanjian tentang bersih-bersih. Sementara Bayu tampak serius menyimak ponselnya yang kemudian beranjak dari posisi duduk, dan melangkah pergi meninggalkan Raina sembari berkata …. “Aku pergi dulu, mau syuting. Mungkin sampai pagi, tidak perlu menungguku pulang!” Reflek Raina menyahut cepat, “Siapa juga yang mau menunggumu! Bagusnya kamu nggak usah kembali ke sini selamanya!” Setelah sosok Bayu tak terlihat lagi, konsentrasi Raina tertuju pada piring yang menggunung di wastafel— Dia belum mencucinya sejak
Mendengar itu, Raina melototkan mata.Selama ini, ada gosip bahwa Pak Budi kenal dengan perwakilan pemilik perusahaan yang menginginkan tanah tersebut. Dan pak Budi akan mendapat upah yang besar. Tapi, siapa sangka ini sungguhan? “Pantas saja semua strategiku untuk menyelamatkan sekolah selama ini selalu gagal! Ternyata Anda pengkhianatnya, Pak!” ketus gadis itu, kesal. “Kamu jangan munafik, Bu Raina, aku akan memberimu dua puluh juta! Kamu pasti belum pernah melihat uang sebanyak itu, kan?” Tangan Raina mengepal, menahan amarah. “Lebih baik Anda pergi sekarang juga!” ketusnya. “Kau ini bener-bener keras kepala ya!” bentak Pak Budi tiba-tiba.Keributan itu jelas membuat murid-murid kelas 6 terkejut. Seketika, mereka datang dan membantu Raina. “Cepat pergi kau, Pak guru berhati jahat!” usir salah satu anak. “Betul, cepat pergi dari sekolah kami sekarang juga!” Bugh! Mereka rama-ramai melempari Pak Budi dengan bola-bola kertas. Sebagian bola-bola kertas yang berterbangan ke
Tiba di depan pintu, Raina hendak membukanya dengan kunci di tangannya, tetapi ia memiliki keyakinan bahwa Bayu berada di rumah sehingga tidak jadi mencolokkan kunci tersebut.Dia langsung menyentuh gagang pintu, dan menurunkannya.Ceklek!Dan benar saja, pintu terbuka begitu saja. Kriet ….Ia mendorong pintu tersebut membukanya lebar, agar dapat leluasa meneliti ke dalam ruangan.Raina memiringkan kepala, dia yakin ada Bayu di dalam sana, tetapi dia tak menemukan pria itu.Sementara tanpa sepengetahuannya, Bayu lari kalang kabut ketika dia membuka pintu, takut ketahuan mengintipnya. Tak menemukan siapapun, Raina menelengkan kepala, sembari mengenang ketika pagi tadi, apakah dia lupa mengunci rumah? Raina menyadari dirinya memang terkadang ceroboh, tapi soal kunci rumah dia sering memeriksa hingga dua kali. Meskipun tak dapat mengingatnya dengan jelas, tapi Raina masih sangat yakin pasti semua yang sedang terjadi saat ini merupakan ulah Bayu. "Atau dia yang habis masuk tadi, terus
Perlahan tapi pasti, Raina mendekatkan bibirnya, hendak memberi napas buatan untuk Bayu.Dia benar-benar berhasil dikelabui oleh Bayu.Hingga pada posisi yang sangat dekat, ia tiba-tiba merasakan hembusan napas pria itu—Raina sontak membuka mata.Dan dia menemukan Bayu sedang menatapnya. Betapa ia terkesiap, tetapi tidak langsung beranjak justru terbengong. Tubuhnya mendadak kaku ikut membalas tatapan Bayu.“Sedang apa kau?” tegur Bayu.Raina pun tersadar dari lamunannya.Ia segera beranjak detik itu juga, tetapi tak dibiarkan Bayu.Pria itu menarik pinggangnya hingga keseimbangannya hilang— Ia pun terjatuh ke dalam pelukan Bayu.Sementara bibirnya menyosor bibir Bayu.Betapa syok yang dirasakannya, jantung Raina berdebar-debar.Setelah tersadar, Raina memberi pria itu pelajaran, dengan menggigit bibirnya.“Ah!!” Bayu menjerit histeris. “Sial! Kenapa kamu menggigitku?”Bayu reflek mendorongnya hingga posisi mereka menjauh. Raina terjungkal di lantai.“Masih nanya kenapa? Dasar baji