“Tenanglah, nanti akan ada guru baru yang mengajari kalian,” sahut Raina pada akhirnya.
Dia tak ingin membuat murid-murid kesayangannya itu khawatir.
“Benarkah?”“Tentu saja, Bu Nana akan cari guru pengganti untuk kalian,” jawabnya lagi.“Baguslah. Horeee!”Anak-anak yang polos itu tampak tenang kembali. Raina lalu meminta mereka melanjutkan kegiatan merapikan kelas yang tinggal sedikit lagi.Padahal semua sungguh tidak sedang baik-baik saja.Raina berpikir keras apa yang harus dilakukannya sekarang. “Ke mana aku harus mencari guru pengganti untuk mereka?" lirihnya tanpa sadar.
Lalu, bagiamana caranya dia membayar gaji guru-guru tersebut, sementara pihak yayasan juga kabarnya telah lepas tangan?Dia juga tidak bisa mengandalkan uang SPP anak-anak, mereka semua berasal dari keluarga kurang mampu. Selama ini mereka hanya membayar sebisanya saja."Apa aku harus meminta bantuan pria menyebalkan itu lagi...?"
Raina menggelengkan kepala, tak setuju.Jadi di sinilah dia saat ini--melangkah lesu pulang ke rumahnya, sambil memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Dia sangat bingung.Sempat memikirkan opsi mengajar seorang diri dengan jadwal bergilir, tapi tentu saja mustahil.Ada 6 kelas yang harus ditangani, dengan mata pelajaran yang berbeda-beda baik jenis dan tingkat, sampai malam pun tidak mungkin selesai.“Argh! Atau aku beneran harus menyerah saja?” keluh Raina Frustasi.“Apanya yang menyerah? Jangan jadi manusia lemah!” sahut seseorang mengejutkan dirinya.Raina mengenali suara itu, adalah milik Bayu.Masalahnya Bayu berada di dalam rumahnya saat ini! Sedang berbaring di sofa.“Kamu—, gimana caranya bisa masuk ke rumahku?” selidik Raina keheranan.Dia juga mengingat-ingat telah mengunci pintu tadi pagi.Bahkan sesaat lalu pintu sungguh terkunci, dia perlu membukanya dengan anak kunci miliknya.Apa yang tidak mungkin bagi Bayu, pria itu sangat misterius.“Kamu benar-benar kaya hantu ya,” imbuh Raina memperlihatkan ekspresi kesal.Tentu saja Raina merasa kesal, Bayu seenaknya saja membobol rumahnya.Belum lagi suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja, menjadikannya semakin sensitif.“Lebih baik kamu cepat pergi dari rumahku, atau aku akan meneriakimu maling!” ancam Raina.Bayu tergelak kecil merespon kegalakannya, “Kamu lupa kita sudah menikah? Teriak saja, aku tidak takut!”Raina tertegun, dia memang hampir melupakan soal itu.Terdiam seribu bahasa, Raina kehilangan kata-kata dalam menanggapi Bayu.Kemudian lebih kepada mengalihkan topik, “Seharusnya kamu tidak perlu membuntutiku juga kan, aku tak mungkin kabur darimu.”“Siapa bilang aku membuntutimu.”“Terus kalau tidak kenapa kamu ada di rumahku?”“Karena mulai sekarang aku akan tinggal di sini!”“Apa?” Mata Raina melotot sempurna.Raina tentu sangat mendapat kejutan, tak menyangka sama sekali Bayu akan berkata demikian.Ia mendekat ke arah Bayu, kemudian melanjutkan aksi protes ….“Mana bisa seperti itu, kamu tidak boleh tinggal di rumahku!” tolaknya. “Kenapa tidak boleh? Kita 'kan suami istri.”“Tetap saja tidak boleh!” ucap Rania cepat.Tepatnya, dia tak ingin orang-orang di sekitarnya mengetahui tentang pernikahan semu mereka. “Cepat kita pulang ke apartemen sekarang juga, tidak boleh tinggal di sini!”Raina berusaha mendirikan posisi Bayu yang masih tampak santai berbaring di sofa. Demi mengeluarkan Bayu dari rumahnya, Raina sampai lupa dengan sikapnya.Hingga tiba-tiba ia terpeleset, dan terjatuh ke dalam pelukan Bayu.Berada dalam posisi yang sangat intim, mereka justru terlihat romantis.Menyadari apa yang terjadi, wajah Raina terasa hangat. Ia lekas beranjak beberapa detik kemudian.Tetapi lagi-lagi ia melakukan sebuah kesalahan. Dia kembali terpeleset, kali ini kejadian lebih fatal menimpanya. Bibirnya menyosor bibir Bayu!"Mmmph...."Raina buru-buru menegakkan posisi. Betapa wajahnya bertambah panas.“Ma-maaf, aku bukan sengaja.”Saking malu, ia sampai tak berani menatap wajah Bayu lagi.Untungnya Bayu tidak menggodanya, pria itu mengembalikan topik utama mereka. Dia menerangkan alasan kenapa pria itu di rumah Raina.“Jadi ... apartemenku terlalu kecil untuk ditinggali berdua. Tidak mungkin kan kamu tidur di sofa setiap hari?”“Maka, aku memutuskan untuk sementara, kita tinggal di sini saja,” ringkas Bayu.Entahlah, sebenarnya Raina tetap menolak Bayu pindah yang ke rumahnya, tetapi lidahnya seperti kaku tak dapat bersuara.Akibat kejadian saat lalu, dia mendadak kikuk.Alih-alih berdebat dengan Bayu, dia justru ingin cepat-cepat berlalu dari hadapan pria itu.Sejenak dia memang segera berlalu, menuju ke arah kamarnya tanpa menanggapi ucapan Bayu sama sekali.Ceklek!Raina membuka pintu kamarnya.Ketika akan melangkah masuk dia menyadari sesuatu yang membuat matanya perlahan membulat besar.Desain kamarnya yang t
“Atau aku—”Bayu menurunkan nada bicara, tetapi Raina segera memotong.“Kamu ini apa tidak bisa menghormati orang sedikit saja?”“Hampir setiap malam aku hanya tidur dua sampai tiga jam, tidak bisakah kamu membiarkan aku istirahat sebentar, hah?!” pekiknya penuh emosi.Raina seakan sedang mengalami mood swing, mungkin efek dari tidur yang terganggu.Raina bersikap begini, Bayu bergeming. Tidak terlihat hendak memarahinya balik. Tampak pengertian.Hal ini sedikit meredam suasana hati gadis itu.“Di kulkas ada makanan, panaskan saja kalau mau makan,” imbuhnya dengan nada yang sedikit diturunkan, “Atau kalau tidak berselera kamu juga bisa memesannya di luar, kan? Jadi, tolong jangan ganggu aku. OK!”Tak lama, Raina pun memasuki kamar kembali, menutup pintu dengan kuat, serta tak lupa menguncinya.Ia membenamkan wajahnya di bantal, dan kembali tertidur dalam waktu singkat.Untungnya, Bayu tidak mengusiknya lagi setelahnya, membiarkan dia tidur dengan tenang.Lumayan lama Raina terlelap, s
Ouch!” Hilang sudah suasana damai yang sempat tercipta. Raina kembali dibuat kesal oleh Bayu. “Kamu bener-bener ya! Kenapa sih, kamu selalu bertindak seenaknya saja?” maki perempuan itu. “Emangnya kenapa, aku kan sudah bilang, tidak ada pembantu! Kamu yang harus mengerjakan semua pekerjaan!” “Chh” Raina menatap Bayu sambil menggigit sudut bibir, rasanya dia sangat ingin menelan pria di hadapannya itu.Detik ini dia baru memahami salah satu kalimat yang tercantum di surat perjanjian tentang bersih-bersih. Sementara Bayu tampak serius menyimak ponselnya yang kemudian beranjak dari posisi duduk, dan melangkah pergi meninggalkan Raina sembari berkata …. “Aku pergi dulu, mau syuting. Mungkin sampai pagi, tidak perlu menungguku pulang!” Reflek Raina menyahut cepat, “Siapa juga yang mau menunggumu! Bagusnya kamu nggak usah kembali ke sini selamanya!” Setelah sosok Bayu tak terlihat lagi, konsentrasi Raina tertuju pada piring yang menggunung di wastafel— Dia belum mencucinya sejak
Mendengar itu, Raina melototkan mata.Selama ini, ada gosip bahwa Pak Budi kenal dengan perwakilan pemilik perusahaan yang menginginkan tanah tersebut. Dan pak Budi akan mendapat upah yang besar. Tapi, siapa sangka ini sungguhan? “Pantas saja semua strategiku untuk menyelamatkan sekolah selama ini selalu gagal! Ternyata Anda pengkhianatnya, Pak!” ketus gadis itu, kesal. “Kamu jangan munafik, Bu Raina, aku akan memberimu dua puluh juta! Kamu pasti belum pernah melihat uang sebanyak itu, kan?” Tangan Raina mengepal, menahan amarah. “Lebih baik Anda pergi sekarang juga!” ketusnya. “Kau ini bener-bener keras kepala ya!” bentak Pak Budi tiba-tiba.Keributan itu jelas membuat murid-murid kelas 6 terkejut. Seketika, mereka datang dan membantu Raina. “Cepat pergi kau, Pak guru berhati jahat!” usir salah satu anak. “Betul, cepat pergi dari sekolah kami sekarang juga!” Bugh! Mereka rama-ramai melempari Pak Budi dengan bola-bola kertas. Sebagian bola-bola kertas yang berterbangan ke
Tiba di depan pintu, Raina hendak membukanya dengan kunci di tangannya, tetapi ia memiliki keyakinan bahwa Bayu berada di rumah sehingga tidak jadi mencolokkan kunci tersebut.Dia langsung menyentuh gagang pintu, dan menurunkannya.Ceklek!Dan benar saja, pintu terbuka begitu saja. Kriet ….Ia mendorong pintu tersebut membukanya lebar, agar dapat leluasa meneliti ke dalam ruangan.Raina memiringkan kepala, dia yakin ada Bayu di dalam sana, tetapi dia tak menemukan pria itu.Sementara tanpa sepengetahuannya, Bayu lari kalang kabut ketika dia membuka pintu, takut ketahuan mengintipnya. Tak menemukan siapapun, Raina menelengkan kepala, sembari mengenang ketika pagi tadi, apakah dia lupa mengunci rumah? Raina menyadari dirinya memang terkadang ceroboh, tapi soal kunci rumah dia sering memeriksa hingga dua kali. Meskipun tak dapat mengingatnya dengan jelas, tapi Raina masih sangat yakin pasti semua yang sedang terjadi saat ini merupakan ulah Bayu. "Atau dia yang habis masuk tadi, terus
Perlahan tapi pasti, Raina mendekatkan bibirnya, hendak memberi napas buatan untuk Bayu.Dia benar-benar berhasil dikelabui oleh Bayu.Hingga pada posisi yang sangat dekat, ia tiba-tiba merasakan hembusan napas pria itu—Raina sontak membuka mata.Dan dia menemukan Bayu sedang menatapnya. Betapa ia terkesiap, tetapi tidak langsung beranjak justru terbengong. Tubuhnya mendadak kaku ikut membalas tatapan Bayu.“Sedang apa kau?” tegur Bayu.Raina pun tersadar dari lamunannya.Ia segera beranjak detik itu juga, tetapi tak dibiarkan Bayu.Pria itu menarik pinggangnya hingga keseimbangannya hilang— Ia pun terjatuh ke dalam pelukan Bayu.Sementara bibirnya menyosor bibir Bayu.Betapa syok yang dirasakannya, jantung Raina berdebar-debar.Setelah tersadar, Raina memberi pria itu pelajaran, dengan menggigit bibirnya.“Ah!!” Bayu menjerit histeris. “Sial! Kenapa kamu menggigitku?”Bayu reflek mendorongnya hingga posisi mereka menjauh. Raina terjungkal di lantai.“Masih nanya kenapa? Dasar baji
Faktanya, kegiatan belajar mengajar hari ini bahkan lebih kacau dari kemarin!Bukan hanya soal pelajaran, tetapi juga tentang perhatian terhadap anak-anak, mengawasi hampir 100 murid, dia tentu saja kecolongan.Seorang murid kelas satu melaporkan temannya keluar area sekolah! “Bu Nana, Tristan keluar gerbang! Katanya mau pulang!”“Apa?” Betapa terkejutnya dia, hingga seketika bangkit dari posisi duduk.“Iya, Bu Nana, dia sudah keluar!”“Kami melarangnya, tapi dia tidak mau dengar!” terang yang lainnya.“Sudah lama dia keluar?” selidik Raina.“Barusan, Bu.”Ia pun bergegas menyusul ke gerbang, tanpa lupa memperingatkan anak-anak yang lain agar tetap di kelas.Sungguh bagaikan menelan buah simalakama, meninggalkan seratusan anak lainnya di sekolah tanpa orang dewasa yang mengawasi tentu sangat beresiko.Pikiran Raina terbagi-bagi, membuatnya begitu panik, dan kebingungan.“Tristan!”Beruntung, dia segera menemukan anak muridnya itu begitu tiba di gerbang.Tristan belum pergi jauh.Tetap
Bayu mengajak Raina pergi dengan berlari, tidak menggunakan kendaraan, menuju ke suatu tempat yang masih menjadi rahasia.Sekian menit mengimbangi langkah Bayu, Raina mulai kelelahan.Dilepasnya genggaman Bayu dari pergelangannya sehingga langkah mereka terhenti.“Sebenarnya kamu mau ngajak aku kemana sih?” tanya Raina usai mengatur napas yang ngos-ngosan kala sejenak.“Ke taman itu,” tunjuk Bayu.Kebetulan mereka memang sudah tiba di tempat tujuan yang berada tepat di hadapan mereka saat ini. Adalah sebuah taman bunga yang indah. Semakin memukau saat terkena pancaran sinar bulan purnama.Raina tampak mengagumi tempat itu, membuatnya melupakan masalah-masalah yang ada kala sejenak.“Aku kok nggak tau ya, ada taman bunga seindah ini di daerah sini,” ucap Raina.Bayu sontak menanggapi, “Are you kidding me?”“Kamu sudah tinggal di daerah sini selama belasan tahun, tapi tidak tau sama taman ini?”“Iya karena aku memang jarang melewati jalan yang satu ini sih.” Raina membela diri. Namun