[ Kosongkan sekolah dalam tiga hari atau kalian terima akibatnya! ]
Nama sekolah itu adalah SD Lentera, sedang menghadapi masalah besar yang berkaitan dengan surat-menyurat.Sekolah itu sangat berarti untuk Raina, terlebih dia terlalu mencintai anak-anak didiknya yang sudah seperti keluarga sendiri, tak peduli berhadapan dengan masalah sebesar apapun, Raina rela pasang badan di kala guru-guru lain justru tidak begitu peduli, bahkan Pak Budi mendesaknya menyerah.Raina tentu terbelalak membaca pesan dari nomor tak dikenal yang diabaikan beberapa hari lalu.Segera saja, guru matematika itu mencocokan tanggal pesan itu terkirim.Tanggal tiga …, sedangkan hari ini tanggal enam!"Astaga! Berarti, hari ini mereka akan datang," gumam Raina tanpa sadar.Rasanya, dia ingin merutuki dirinya yang memiliki kebiasaan tidak meladeni nomor tak dikenal. Bahkan, Rania membuka pesan ini hanya karena mengusir kebosanan menunggu antrian kasir.Jadi, begitu transaksi selesai, perempuan itu pun lekas berlari.Sayangnya, di dekat pintu keluar minimarket, terdapat keramaian tak biasa!Sekuat tenaga, perempuan bertubuh mungil itu pun berusaha menerobos.Akan tetapi, Rania justru merasakan tangannya ditarik dengan kuat oleh seorang pria. Tak lama, tubuhnya, bahkan dipeluk.Raina sontak mengangkat kepalanya dan menyadari pelakunya adalah Bayu Edgardo, aktor tampan yang setahunya sedang naik daun.Pantas saja, ada banyak orang di sana."Kamu mau ke mana, Sayang? Teganya, ninggalin pacarmu sendirian," ucap pria itu tiba-tiba.Raina jelas terperangah. "Sepertinya Anda salah o–"Cup!Belum sempat menyelesaikan ucapan, Bayu tiba-tiba membungkam mulutnya dengan bibir.Sontak kerumunan menjadi ramai.Terlebih, Bayu intens sekali mencium Raina!Begitu kesadaran perempuan itu kembali, dia pun mendorong tubuh kekar Bayu. “Kamu!” teriaknya.Anehnya, Bayu hanya menyunggingkan bibirnya sebelah, lalu menarik tangan Raina pergi menuju mobil pria itu."Berapa aku harus membayarmu?" ucap Bayu begitu di dalam mobil.Raina seketika melengkungkan alis. "Maksudmu?""Apa perlu kuperjelas?" gantung pria itu lalu membuka amplop coklat di dashboard samping.Setelah mengeluarkan seikat uang 10 jutaan, dia pun melemparkannya ke pangkuan Raina."Segitu cukup? Atau masih kurang?"Tangan pria tampan itu pun menambahkan lagi sebanyak dua ikat lagi.Kala menyadari maksud Bayu, wajah Raina tampak geram.Pria itu ingin membayar ciuman pertamanya dengan uang tiga puluh juta?Bug!Raina melempar balik uang tersebut ke muka Bayu.Aktor itu sontak terkesiap. Diinjaknya rem secara mendadak.Cit!"Apa kau sudah gila?" pekiknya dengan nada tinggi.Alih-alih memperlihatkan wajah bersalah atau menyesal, Rania justru tersenyum puas karena berhasil membuat Bayu kesal."Mentang-mentang orang kaya, bukan berarti kamu bisa seenaknya saja!" makinya pada Bayu, "Tidak semua perempuan bisa kamu beli dengan uangmu!""Tidak bisa dibeli dengan uang?” Bayu menaikkan sudut bibir, “apa maksudmu, kau mau jadi pacar sungguhan setelah ciuman tadi?"Raina tidak segera menyahut.Hal ini membuat Bayu semakin memojokkannya, "Ngaku saja kau suka dicium olehku! Tidak usah segela pakai beralasan kalau berbeda dari perempuan lain."Plak!Raina menampar Bayu. Dia sudah sangat geram dengan tingkah pria itu yang seenaknya.Dilihatnya Bayu yang menggertakkan gigi. "Apa? Mau balas?" tantangnya."Selain tak berakhlak, kamu ini seorang pengecut yang hanya berani sama perempuan!"Raina rasanya ingin memaki terus pria di hadapannya ini kalau tak ingat bahwa dia harus segera kembali ke sekolah."Asal kau tau, lebih baik aku dicium sapi daripada dicium sama bajingan sepertimu!"Setelah berkata demikian, Raina pun membanting pintu mobil dengan kasar–meninggalkan Bayu yang terperangah.Sungguh, ini pertama kalinya ada perempuan yang begitu berani terhadapnya.Nyatanya selama ini, kaum hawa berlomba ingin menjadi kekasihnya….***"Argh! Mimpi apa aku semalam bisa sesial ini …."Raina masih terbayang kelakuan Bayu terhadapnya, terutama tentang insiden ciuman itu.Semakin dipikir, Raina semakin tidak rela karena ciuman pertamanya berakhir setragis itu."Bajingan itu … kalo ketemu lagi aku akan mendorongnya ke jurang biar dimakan kuda lumping!" umpatnya sembarangan sembari melirik tajam ke mobil Bayu yang ternyata telah berputar arah, dan menjauh.Untungnya, ada angkutan umum yang melintas di hadapannya.Segera saja, dihentikannya untuk menuju sekolah.Hanya saja, begitu tiba, apa yang ditakutkan Raina sungguh terjadi!Orang-orang bertubuh besar sudah berkumpul di sekolah dan membuat lapangan berantakan.Bangku dan meja yang rusak berserakan di mana-mana."Sial…." paniknya kala teringat pada murid-muridnya yang tak terlihat sama sekali.Ia berlari ke sana dan ke mari mencari mereka.Sungguh, Rania khwatir bila terjadi sesuatu pada anak-anak itu."Bu Nana!" Suara anak laki-laki tiba-tiba terdengar.Raina sontak mencari asal suara dan menemukan salah satu muridnya muncul dari gerbang sekolah."Andre!" teriaknya."Kamu tidak apa-apa? Apa mereka menyakitimu? Di mana yang lain?" berondong Raina cepat.Hanya saja, bocah laki-laki itu justru tampak bingung karena pertanyaan Raina terlalu banyak untuk dicerna oleh anak kelas satu SD sepertinya.Memahami kebingungannya, Raina pun bertanya kembali,"Ceritakan pelan-pelan saja. Di mana teman-teman kamu?""Mereka sudah pulang, Bu."Raina menghela napas lega. "Syukurlah.""Tapi, Bu Nana … orang-orang jahat itu sudah menghancurkan sekolah kita!" adu Andre dengan gaya khas anak seusianya."Jadi, Andre mau membuat perhitungan dengan mereka!"Anak itu mengepalkan tinju dengan tangan mungil miliknya.Raina tergelak kecil, merasa sedikit terhibur atas sikap Andre."Terima kasih ya, Andre, kamu sudah sayang sama sekolah kita. Tapi tidak perlu membuat perhitungan sama mereka, biar bu Nana yang urus.""Tapi, Andre mau bantu Bu Nana!"Tubuh Raina bergerak reflek mendekap anak didiknya yang menggemaskan itu."Tentu Andre boleh membantu. Tolong bantu doakan bu Nana supaya berhasil mendapatkan kembali sekolah kita, ya.""Doa adalah cara terbaik untuk membalas orang-orang jahat," tambah Raina untuk meyakinkan Andre.Meski ragu, bocah polos yang masih berseragam putih merah itu akhirnya mengangguk.Raina pun tersenyum. Hanya saja … diam-diam ia berpikir, apa yang harus dilakukannya sekarang?Bersambung ...."Kalau sekolah benar-benar digusur, gimana nasib anak-anak? Mereka tidak bisa belajar lagi," lirih Raina sedih.Perempuan itu telah bergumul lama mengenai tempatnya mengajar agar tak digusur.Raina bahkan sudah menjual semua aset berharga yang ia miliki dan mengambil seluruh tabungannya. Namun, tetap saja tidak cukup untuk menebus tanah tempat sekolah berdiri.Mereka kalah bersaing dengan perusahaan besar di pelelangan.Namun, siapa sangka pengosongannya akan secepat ini?Padahal, Raina masih berusaha mencari cara supaya mereka tidak benar-benar diusir dari sana.Raina mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, tempat ia berada saat ini, "Atau aku pindahkan mereka ke sini saja?"Satu-satu hartanya yang masih tersisa, peninggalan orang tuanya, adalah sebuah rumah yang cukup besar dan nyaman.Akan tetapi, rumah ini jelas masih terlalu sempit untuk menampung murid-muridnya yang kian bertambah banyak.Lagipula, di situ tidak ada lapangan buat olahraga atau keperluan upacara.Kurang efis
Rasanya wajar bila Raina curiga.Bagaimana bisa seorang pria asing yang tiba-tiba mengusiknya ini tahu masalah hidupnya sejauh ini? "Kamu tidak perlu tahu. Yang jelas, kamu hanya perlu menjawab mau jadi pacarku dan aku akan membantumu!" ucap Bayu kala merasa posisi keduanya sudah kembali berbalik."Tapi—”"Kamu yakin siap kehilangan sekolah itu?" potong pria itu lagi.Raina terdiam seribu bahasa.Ia terlalu lemah saat membicarakan soal penggusuran sekolah.Sementara itu, Bayu tampak tersenyum puas melihat Raina tampak tak berdaya."Aku tidak akan memaksa. Yang jelas, kamu bisa pikirkan baik-baik tawaranku!"Bayu tersenyum. Ia lalu berbalik dan pergi dari kediaman Raina yang tampak memantung.Perempuan itu kembali teringat pada penggusuran sekolah.Ia pun kembali mencari cara agar anak didiknya tetap bisa menuntut ilmu di sana.Sempat ia memikirkan tawaran Bayu. Hanya saja, Raina menganggap pria itu sedang membual.Bayu tidak mungkin bisa mengembalikan sekolah padanya, kan? Meski kay
Dom tidak seharusnya membeberkan perihal kemana mereka harus membawa Raina pergi karena larangan Bayu.Tapi, dia keceplosan.Dengan panik, Dom pun berkata, "Cepat bawa dia ke mobil sekarang juga!"Mendengar itu, Raina memberontak. "Bilang dulu, mau ngapain ke bridal?" tanyanya meminta kejelasan.Dom menghela napas. "Bayu ada pemotretan baju pengantin. Dia nunggu kamu di sana," alasannya."Bener begitu?"Raina tidak percaya pada asisten Bayu itu karena seperti ada sesuatu yang disembunyikannya.Hanya saja, Raina memang tak berdaya.Dia tetap ikut dengan orang-orang yang dikirim Bayu, yang katanya akan membawanya menuju bridal.Sesampainya di tempat yang dituju, Raina semakin curiga ada yang tidak beres."Kamu bilang Bayu ada pemotretan, kenapa aku harus ikut didandani?""Iya karena kamu akan menemani Bayu. ‘Kan kalian pasangan.""Harus begitu?" Raina mengernyitkan wajah.Dom menanggapi dengan anggukan. "Pemotretan pengantin tanpa wanita gimana ceritanya coba?" Merasa perkataan asisten
"Bagus!" Bayu segera menarik kertas yang baru selesai ditandatangani Raina. "Ingat, jadi istri yang patuh! Kalau tidak, tanggung sendiri akibatnya."Raina tak menjawab.Ucapan Bayu seakan mengandung makna mengerikan.Apalagi, detik selanjutnya Bayu tiba-tiba beranjak dari sofa, dan berjalan ke arahnya.Raina segera bersikap waspada.Hanya saja, Bayu ternyata melewatinya begitu saja.Langkah Bayu lurus ke arah kamar!"Di sini hanya ada satu kamar, kamu tidur di ruang tamu untuk malam ini!" ucap Bayu tanpa menoleh.Raina sontak bernafas lega. "Tidur di sofa jauh lebih baik, sangat empuk."Sembari merenggangkan otot-otot yang telah bekerja keras di sepanjang hari ini, Raina membaca ulang selebaran berisi peraturan pernikahan kontrak yang ditinggalkan Bayu.Rupanya tidak seburuk yang ia kira.Terdapat beberapa hal menguntungkan baginya.Seperti, selama pernikahan kontrak, mereka bebas menjalani kehidupan masing-masing.Pekerjaan maupun pergaulan.Mereka hanya perlu tampil mesra selayaknya
Setelah melalui drama singkat, Raina benar-benar memulai pekerjaannya.Sejujurnya dia masih terngiang dengan ucapan Bayu sejenak lalu, "Tidur pakai jeans pasti tidak nyaman." Kemudian memberinya pakaian ganti. Lagipula itu sudah pagi, buat apa Bayu masih memberikan pakaian tersebut, tentu terasa ambigu, seperti Bayu memintanya kembali tidur.Sebenarnya saat ini memang masih terlalu pagi, jam di dinding menunjukkan jam 3 subuh.Namun Raina tak mahu membuang waktu sia-sia.Sesuai dengan ucapannya tadi, dia harus lekas menuntaskan pekerjaan yang sangat banyak supaya tidak terlambat pergi ke sekolah.Tetapi tidak membutuhkan waktu terlalu lama juga baginya bersih-bersih, karena apartemen Bayu teramat terawat. Hanya dalam waktu kurang dari satu jam dia telah menyelesaikan semua pekerjaan.Raina diam-diam mengagumi Bayu, tidak ada pembantu unitnya begitu bersih. Tentu jarang ada laki-laki seperti ini.“Pantas saja dia memintaku memperhatikan kebersihan,” senyumnya polos.Sejenak Raina men
“Tenanglah, nanti akan ada guru baru yang mengajari kalian,” sahut Raina pada akhirnya.Dia tak ingin membuat murid-murid kesayangannya itu khawatir.“Benarkah?”“Tentu saja, Bu Nana akan cari guru pengganti untuk kalian,” jawabnya lagi.“Baguslah. Horeee!”Anak-anak yang polos itu tampak tenang kembali. Raina lalu meminta mereka melanjutkan kegiatan merapikan kelas yang tinggal sedikit lagi.Padahal semua sungguh tidak sedang baik-baik saja.Raina berpikir keras apa yang harus dilakukannya sekarang. “Ke mana aku harus mencari guru pengganti untuk mereka?" lirihnya tanpa sadar.Lalu, bagiamana caranya dia membayar gaji guru-guru tersebut, sementara pihak yayasan juga kabarnya telah lepas tangan?Dia juga tidak bisa mengandalkan uang SPP anak-anak, mereka semua berasal dari keluarga kurang mampu. Selama ini mereka hanya membayar sebisanya saja."Apa aku harus meminta bantuan pria menyebalkan itu lagi...?"Raina menggelengkan kepala, tak setuju.Jadi di sinilah dia saat ini--melangkah l
Raina buru-buru menegakkan posisi. Betapa wajahnya bertambah panas.“Ma-maaf, aku bukan sengaja.”Saking malu, ia sampai tak berani menatap wajah Bayu lagi.Untungnya Bayu tidak menggodanya, pria itu mengembalikan topik utama mereka. Dia menerangkan alasan kenapa pria itu di rumah Raina.“Jadi ... apartemenku terlalu kecil untuk ditinggali berdua. Tidak mungkin kan kamu tidur di sofa setiap hari?”“Maka, aku memutuskan untuk sementara, kita tinggal di sini saja,” ringkas Bayu.Entahlah, sebenarnya Raina tetap menolak Bayu pindah yang ke rumahnya, tetapi lidahnya seperti kaku tak dapat bersuara.Akibat kejadian saat lalu, dia mendadak kikuk.Alih-alih berdebat dengan Bayu, dia justru ingin cepat-cepat berlalu dari hadapan pria itu.Sejenak dia memang segera berlalu, menuju ke arah kamarnya tanpa menanggapi ucapan Bayu sama sekali.Ceklek!Raina membuka pintu kamarnya.Ketika akan melangkah masuk dia menyadari sesuatu yang membuat matanya perlahan membulat besar.Desain kamarnya yang t
“Atau aku—”Bayu menurunkan nada bicara, tetapi Raina segera memotong.“Kamu ini apa tidak bisa menghormati orang sedikit saja?”“Hampir setiap malam aku hanya tidur dua sampai tiga jam, tidak bisakah kamu membiarkan aku istirahat sebentar, hah?!” pekiknya penuh emosi.Raina seakan sedang mengalami mood swing, mungkin efek dari tidur yang terganggu.Raina bersikap begini, Bayu bergeming. Tidak terlihat hendak memarahinya balik. Tampak pengertian.Hal ini sedikit meredam suasana hati gadis itu.“Di kulkas ada makanan, panaskan saja kalau mau makan,” imbuhnya dengan nada yang sedikit diturunkan, “Atau kalau tidak berselera kamu juga bisa memesannya di luar, kan? Jadi, tolong jangan ganggu aku. OK!”Tak lama, Raina pun memasuki kamar kembali, menutup pintu dengan kuat, serta tak lupa menguncinya.Ia membenamkan wajahnya di bantal, dan kembali tertidur dalam waktu singkat.Untungnya, Bayu tidak mengusiknya lagi setelahnya, membiarkan dia tidur dengan tenang.Lumayan lama Raina terlelap, s