Baru saja membuka pintu apartemen, Andreas dengan brutal mencium bibir Reyna yang seperti biasanya hanya dapat menerimanya. Reyna membalas ciuman Andreas dengan mengalungkan kedua tangannya hingga mereka berdua terjatuh di atas sofa. Keduanya bangun hanya untuk melepaskan masing masing pakaiannya, Andreas kembali menciumi tekuk leher Reyna ketika keduanya telah melepaskan pakaian bagian atas mereka. “Aaahh…!” lenguhan Reyna tercipta saat Andreas menjilat panjang bagian tekuk leher wanita itu. Reyna menjambak kecil rambut Andreas yang kini berada tepat di depan dadanya. “Ah…,” lenguh Reyna tak tertahankan ketika tangan Andreas dengan berani meremas buah dada kirinya. “Pak Andreas,” lenguh Reyna yang berbisik manja seperti dengan sengaja ingin membuat pria di atasnya itu semakin ingin melakukan lebih. Reyna menarik kepala Andreas dengan lembut ketika bibirnya mulai terasa kosong dan ingin mencium pria itu kembali. “Emnghh…, mnghhssshhsllrrrpp…,” lenguhan Reyna benar benar terdeng
"Keluarkan lidahmu," perintah Andreas. Reyna menjulurkan lidahnya membuat Andreas yang berada dibelakang bisa melumatnya dengan mudah. “Ehmn…, ahsshh…, mnghsh!” Reyna melenguh ketika Andreas semakin mmepercapat gerakan pinggulnya di bawah sana. Andreas mulai membayangkan jika dirinya tengah menjilati milik Reyna yang berada di bawah sana. “Kira-kira bagaimana rasanya ya?” Pikir Andreas yang begitu terdengar mesum. “Ah! Pak!” lenguhan Reyna terdengar seperti panggilan yang panas untuk Andreas. Mendengar hal itu Andreas memilih untuk mengganti posisi tanpa melepaskan juniornya di dalam miss v Reyna. Andreas membalikan tubuh Reyna menjadi tengkurep di bawah membelakanginya, dengan dirinya yang berada di atas tubuh wanita itu. “Uh!” lenguh Andreas saat merasa miliknya terjepit begitu kencang dan membuatnya ingin keluar saat itu juga. “Ah!” lenguh Andreas. Andreas merem melek dibuat Reyna yang sebetulnya hanya diam tanpa melakukan apapun, hanya saja miss v-nya di dalam sana berhasil
Reyna berkaca di meja rias yang berada dalam kamar pribadinya. “Ini tidak terlalu buruk bukan?” gumam Reyna sembari melihat plester di dahinya. Reyna menghela napasnya ketika teringat permintaan Ken yang memintanya untuk mengajak Andreas ke club malam ini. “Sejujurnya, aku juga sudah lama tidak ke tempat seperti itu,” ucap Reyna nampaknya ingin ikut, mumpung diajak juga oleh Ken. “Pertama, mari bertanya lebih dulu.” ujar Reyna yang nampak bersemangat. Reyna keluar dari dalam kamar menuju ke ruangan kerja Andreas kembali. “Permisi Pak,” ujar Reyna tepat di bilik pintu sembari mengintip Andreas yang kini telah melihatnya. Andreas mengode dengan matanya seakan mengizinkan Reyna untuk masuk ke dalam menemuinya. “Malam ini Dokter Ken mengajak Bapak pergi,” ujar Reyna pada Andreas yang menganggukan kepala.“Bapak sudah tahu?” tanya Reyna yang dibalas deheman oleh Andreas. Reyna menggaruk lehernya yang tidak gatal. “Lalu, jawaban Pak Andreas mau atau tidak?” tanya Reyna pada Andreas yan
"Kamu bisa membuktikannya?" tanya Andreas dengan wajah serius, sembari menatap Reyna yang berhasil gelagapan dibuatnya.Reyna yang ditanya seperti itu jadi kebingungan sendiri harus mengatakan apa, alhasil wanita itu memilih pergi dan berlari menjauh dari kamar Andreas. Andreas yang melihat tingkah Reyna hanya bisa menggelengkan kepalanya saja, lalu menatap jam di nakas yang telah menunjukan bahwa hari sudah mulai sore. Andreas merasa cukup segar ketika akhirnya dirinya biaa tidur walau hanya beberapa jam saja, bahkan mimpi buruk yang biasa menghantuinya kini tak kunjung datang saat Reyna berada di dalam pelukannya. “Ada manfaatnya juga aku menikahinya,” gumam Andreas seraya tersenyum kecil. Andreas kembali ke ruangan kerjanya, pria itu kembali membuka data data medisnya beberapa tahun silam yang selama ini ia sembunyikan rapat rapat dari orang lain selain Ken dan Clara yang memang ada di tempat kejadian bersamanya. Walau saat kejadian persisnya hanya Andreas seorang disana. “Tid
Andreas dan Reyna akhirnya berangkat menuju ke club, tak sampai setengah jam keduanya bahkan sampai dan segera masuk ke dalam sana. Andreas mengangkat tangannya saat melihat Ken berada disana, sedangkan Reyna sudah asik masuk tanpa mengikuti Andreas yang juga tak menyadari bahwa Reyna tak berada di dekatnya. Andreas menghampiri teman temannya. “Datang sendiri?” tanya Ken pada Andreas yang menoleh ke belakang ketika ingin menunjukan bahwa dirinya tak benar benar datang sendirian. Namun ia malah kehilangan sosok Reyna. “Mungkin saja dia ingin bersenang senang sendirian.” Pikir Andreas yang mengingat bahwa Reyna yang sebetulnya ingin kemari karena merindukan tempat berisik ini. “Kenapa mengadakan pesta disini, kamu tahu aku tidak menyukai tempat seperti ini?” ujar Andreas pada Ken yang tersenyum seraya menunjuk Clara yang tengah duduk dengan seorang pria tampan. “Pacar barunya?” tanya Andreas seraya meminum segelas kecil alkohol yang ada di tangannya. Ken menganggukan kepalanya. “M
“Aku tidak mungkin menyukainya,” ucap Andreas tanpa berani menatap Ken.Ken tertawa kecil, saat mengetahui bahwa sahabatnya ini baru saja berbohong kepadanya. “Kamu yakin dengan ucapanmu?” tanya Ken. Andreas terdiam sesaat. “Damian, disini!” panggil Ken pada seorang yang baru saja masuk ke dalam club malam. Mendengar nama Damian Andreas terlihat menoleh dengan tatapan tak suka pada pria tersebut. “Kamu mengundangnya juga, tanpa memberitahuku?” tanya Andreas yang nampaknya terlihat sangat kesal pada Ken.“Apa salahnya, Damian ikut ke pestaku. Toh sebelumnya kamu baik baik saja dengan kehadirannya, aku juga baru tahu kalau Damian sedang mengejar Reyna,” ujar Ken. Andreas mengerutkan keningnya. “Jadi karena itu kamu sengaja mengundangnya kemari, bahkan menghubungi Reyna secara pribadi agar wanita itu juga ikut malam ini?” tanya Andreas pada Ken yang bertepuk tangan. “Selain yang paling kaya, ternyata kamu juga sahabatku yang paling pintar!” ujar Ken membuat Andreas merasa kepanasan.
Andreas terbangun dengan keadaan dirinya sudah berada di dalam kamarnya. Pria itu memegangi kepalanya yang ternyata di dahinya terdapat handuk putih yang sudah mengering. “Aku…, sakit?” pikir Andreas kala itu seraya mencoba untuk bangkit dari tidurnya. Andreas berjalan dengan kepala yang masih terasa berat, namun ia tak mendapati Reyna di dalam kamar wanita itu. Andreas kembali menuju ke dapur dan hanya menemukan sop rumput laut di atas kompor. “Reyna!” panggil Andreas kala itu. Namun Reyna tak kunjung datang kepadanya, hal itu membuat Andreas mungkin berpikir bahwa Reyna sedang keluar untuk membeli sesuatu. Andreas memilih duduk di atas sofa sembari menyalakan televisi, pikirannya mulai terbayang beberapa kejadian tadi malam yang tak bisa diingatnya dengan jelas. Sampai suara pintu apartemennya berbunyi, membuat Andreas langsung berdiri seraya menatap Reyna yang baru saja masuk. “Habis dari mana?” tanya Andreas ketika tangan Reyna penuh dengan belanjaan. Reyna terlihat meliri
Reyna meruntuki dirinya sendiri di dalam kamar, wanita itu terus memukuli kepalanya sendiri ketika dirinya menyesali apa yang baru saja terjadi. “Aku berniat mendiamkan Pak Andreas seharian karena alasan kemarin, tapi hanya karena diberikan tiket ke Jepang saja aku sudah bisa membalas panjang lebar ucapannya dengan senyuman pula,” gumam Reyna yang sangat kesal dengan dirinya sendiri. Mencintai memang terasa menyenangkan namun hal yang menyenangkan bisa lebih cepat berubah menjadi hal yang menyedihkan. “Padahal keberangkatannya masih di minggu depan, tapi kenapa rasanya jantungku tak bisa berhenti berdetak secepat ini,” pikir Reyna yang langsung menyimpan tiketnya di laci meja samping tempat tidur. “Ah, hampir saja aku menyatakan cinta pada Pak Andreas tadi malam,” gumam Reyna sendirian seraya menatap langit langit kamarnya. Reyna keluar kamar untuk menyeduh teh panas, lalu setelah itu ke balkon apartemen yang jarang sekali ia tempati. “Karena masih pagi, langit terlihat sangat nye
Andreas menatap Reyna yang berada tepat di sebelahnya, tengah tertidur di atas kasurnya tanpa menggunakan busana apapun. Mereka berdua, seusai bercinta tadi malam nampaknya langsung ketiduran. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Reyna yang perlahan bangun saat menyadari wajahnya terasa ada yang terus menghujami ciuman. Cup! Cup! Cup!Seakan tak cukup telah mencium istrinya sedari tadi, Andreas mulai meremas pinggul Reyna yang kini hanya tertutupi selimut saja. "Kenapa belum berangkat kerja?" tanya Reyna yang sepertinya tahu bahwa Andreas masih belum puas dengan permainan ranjang mereka kemarin. Padahal habis dari ruang tamu mereka sempat pindah ke kamar untuk bercinta lagi. "Haruskah aku mengambil cuti lagi hari ini?" tanya Andreas membuat Reyna menggelengkan kepalanya. "Sudah sana mandi," ucap Reyna yang dengan sengaha mengusir suaminya untuk segera bekerja.Andreas mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana dengan mandi bersama?" tanya Andreas membuat Reyna segera menggelengkan kepala. "Tid
Andreas masih dengan baju santainya masuk ke dalam sebuah bar tempat di mana Anita berada. “Hah,” lenguh Andreas karena mendadak hujan turun saat dirinya masih berada di luar. “Bukankah kontrak kerja kami sudah di tanda tangani?” tanya Andreas membuat Anita menganggukan kepalanya. “Kita tidak bisa bertemu diluar jam kerja begini,” ujar Andreas dengan tegas. Anita tersenyum. “Tapi kamu tetap datang, tandanya kamu sangat membutuhkan Alisa sebagai model perusahaanmu ya?” ujar Anita membuat Andreas menghela napasnya. “Jadi apa inti pertemuan ini,” ucap Andreas yang nampaknya tak mau berbasa-basi lagi. “Hari ini adalah hari cuti saya, saya harap pertemuan ini penting sampai harus merelakan beberapa jam dari hari istimewa ini,” ucap Andreas yang akhirnya duduk di depan Anita. “Hm, sepertinya saya sudah sangat menganggu hari Pak Andreas yang sedang bermesraan dengan istri ya?” ujar Anita sembari memberikan satu amplop coklat yang diletakannya di meja. Andreas mengambilnya sebelum akhi
Anita terus memperhatikan Andreas yang kini sedang membuka buku menu di tangannya, sebelum akhirnya pria itu mengangkat satu tangan untuk memanggil waiters dan segera memesan makanan. “Kenapa terus melihat jam, sedang terburu-buru?” tanya Anita. Andreas menggeleng, pria itu masih memiliki etika bisnis selama kliennya tidak meminta hal yang tak masuk akal. Menurut Andreas, yang dilakukan Anita sangat normal karena itu ia tak protes sama sekali. “Apa yang kamu lakukan setelah makan malam?” tanya Anita ketika makanan keduanya telah disajikan di hadapan mereka. “Saya harus segera pulang,” ucap Andreas sembari memotong steak di hadapannya. Anita menganggukan kepalanya. “Mungkin ini terdengar tidak sopan, apa Pak Andreas sudah menikah?” tanya Anita membuat Andreas menganggukan kepalanya. Anita tertawa kecil. “Apa hubungan kalian rahasia, saya tidak pernah tahu Pak Andreas sudah menikah?” ujar Anita membuat Andreas merasa sedikit tersentak karena ia baru menyadari bahwa dirinya dan Rey
Andreas memandangi kecantikan Reyna yang kini dikelilingi oleh lampu-lampu indah di sekitar kapal dan laut yang gelap. Senyum Andreas yang nampak tulus seakan berhasil membuat hati Reyna tersentak. “Saya baru menyadarinya, bahwa kamu sangat amat cantik,” ucap Andreas membuat Reyna ikut menyentuh tangan Andreas yang kini sedang membelai pipinya begitu lembut. “Aku memcintaimu,” ucap Andreas sebelum akhirnya menarik tubuh Reyna ke dalam pelukannya. Yang sebelumnya rasa napsu melanda Andreas, kini perasaan menyentuhlah yang kerap dirasakan pria itu. “Hah! Aku bisa gila rasanya,” gumam Andreas bergumam tepat di telinga Reyna. Perlahan Andreas melepas pelukannya setelah mengirup kasar aroma tubuh istrinya. “Setiap bersamamu, aku benar benar tidak tahan,” ucap Andreas sembari menatap mata Reyna. Reyna tersenyum ketika mendengar ucapan Andreas yang menurutnya sangat menggelitik perutnya. “Kenyataan bahwa kamu menyukaiku, juga tidak bisa aku percaya,” ucap Reyna membuat Andreas tersenyum
Reyna melebarkan mulutnya ketika membuka penutup matanya, beberapa jam sebelumnya Andreas memintanya untuk menutup mata dengan selendang kecil itu. Kini mereka sudah berada di atas kapal pesiar dan di tengah laut lepas. “Silahkan duduk, tuan putri,” ucap Andreas pada Reyna yang kini tersenyum begitu lebar sembari mengelus perutnya yang mulai membesar. Reyna duduk di kursi yang telah disiapkan sebelumnya dengan bunga bunga di atasnya. Keduanya tak banyak bicara dan hanya memakan makanan mereka dengan tenang, hingga Andreas mengajak Reyna untuk berdiri di pinggiran kapal seraya melihat pemandangan laut lepas. “Kamu tidak akan muntah di lenganku kan?” tanya Andreas yang kini sedang memeluk tubuh Reyna dari belakang. Reyna tertawa kecil sebelum Andreas menggenggam tangannya yang berada di tiang penyangga kapal. “Maaf jika pernyataan cinta ini terlambat, aku tidak mau lagi mendengar lagi kata berpisah dari mulutmu,” ujar Andreas membuat Reyna merasa tidak enak hati sejenak. “Tapi ti
"Saya pikir sekarang kita sedang bekerja," ucap Reyna dengan lirih."Jangan mengatakannya lagi, atau acara ini berakhir dengan hal yang tak terduga," ucap Andreas. Reyna menelan salivanya. "Saya masih merasa kaku ketika memanggil dengan sebutan Andreas saja," balas Reyna dengan jujur. "Kalau begitu tidak ada lagi kata saya, hanya aku dan kamu lalu nama kita," ucap Andreas kembali. "Pilihlah saham yang kamu inginkan," ujar Andreas sebelum akhirnya pelelagan saham di lakukan. "Saya tidak terlalu mengerti perihal saham," ujar Reyna pada Andreas. "Jangan khawatirkan hal itu, semua yang di lelang hari ini sudah mendapat proses verifikasi terlebih dahulu. Bukan hanya itu, tamu yang hadir disini mendapatkan undangan. Tidak semua pembisnis bisa masuk kemari Reyna," ujar Andreas. Reyna mengangguk walau tetap ada keraguan di dalam dirinya jika saja ia suatu saat bisa merugikan Andreas. "Woah, bukankah harga ini gila?" gumam Reyna. "Hotel Rezinton di Brazil senilai 20, penawaran di mulai
Andreas menatap Reyna dari kejauhan di dalam mobil sehabis pulang kantor sebelum akhirnya mwlangkahkan kaki keluar menghampiri istrinya yang berada di lobi gedung olahraga. Mulai hari ini Andreas memang menjadwalkan Reyna untuk mengambil kelas yoga ibu hamil, walaupun tidak setiap hari. Andreas masuk ke dalam gedung dan berdiri tepat di hadapan Reyna. “Sudah menunggu dari tadi?” tanya Andreas penuh perhatian. Reyna menelan salivanya merasa keanehan dengan sikap Andreas sebelum akhirnya mengangguk karena tahu bahwa saat ini mereka sedang berada di tempat umum yang mana mungkin saja Andreas sengaja ingin menciptakan keharmonisan.Seakan tak pernah mendengar kata cerai dari istrinya, Andreas mencoba untuk bersikap biasa saja. “Kenapa mendadak ingin menjemput saya?” tanya Reyna. “Ikutlah dulu, ada yang ingin saya tunjukan,” ujar Andreas sembari mempersilahkan tangannya untuk di genggam oleh Reyna.Reyna melihat kanan dan kirinya memastikan bahwa tidak ada satupun yang melihat mereka k
“Jadi kita simpulkan semua settingan iklan di dalam hutan lagi, memang tema tersebut sudah lama tapi saya yakin akan membuat membuat pembaruan,” Andreas termenung hingga harus disadari oleh asistennya sendiri. “Baiklah, rapat sampai disini dulu tolong berikan salinan proposalnya ke ruangan saya segera,” ucap Andreas yang sebetulnya tak mendengar satu kata pun dari karyawannya yang baru saja mempresentasikan proposal kerja baru. Kalimat perpisahan yang diucapkan Reyna malam kemarin membuat Andreas tak bisa fokus bekerja sama sekali. “Bercerai,” gumam Andreas sendirian yang kini hanya duduk termenung di kursi kerjanya. Sang asisten menatap bosnya dalam-dalam mencoba membaca pikiran pria tersebut. Andreas menghela napas panjang lalu mengetik sesuatu di ponsel pintarnya. ‘Kenapa wanita menginginkan perceraian?’ Andreas membaca salah satu artikel yang mendukung pertanyaannya. “Ehm, urusan ranjang,” gumam Andreas ketika melihat poin pertama tersebut. “Kenapa juga urusan ranjang bisa
Reyna mematung, matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa dirinya sedang tidak berhalusinasi. "Apa yang baru saja aku katakan pada Pak Andreas,” ujar Reyna dalam hatinya sembari menutup mulut dengan satu tangannya. Reyna menggigit bibir bawahnya saat melihat Andreas yang tengah asik melakukan perintahnya. “Tu-tunggu, saya tidak bisa melihatnya!” ujar Reyna yang pada akhirnya menutup mata. Andreas tertawa kecil. “Nampaknya kamu terlalu banyak berbicara sedari tadi,” ucap Andreas sembari mendekati Reyna. Pria itu menurunkan perlahan kedua tangan Reyna yang menutupi wajahnya sendiri, setelah saling bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya keduanya kembali berciuman. Kali ini tak mau berlama lama, Andreas meniduri Reyna dengan hati-hati. “Humnckpmngsh,” lenguhan dari bibir Reyna keluar semakin keras ketika junior Andreas mulai masuk ke dalam kewanitaan Reyna. “Ah!” lenguh Reyna dengan wajah memerah menatap Andreas yang nampak tersenyum kepadanya. Andreas menciu